Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sempat Terganjal, SBI Turun

13 April 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RAMALAN Dewan Gubernur Bank Indonesia soal penurunan inflasi bulan Maret ini menjadi kenyataan. Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) kembali turun setelah naik dan tertahan di posisi 11,4 persen dua pekan ini. Penurunannya sembilan poin ke level 11,31 persen. Lelang SBI jangka waktu satu bulan berhasil menyerap dana Rp 22 triliun atau 85,88 persen dari jumlah lelang bank sentral. Kepala Biro Komunikasi BI, Rusli Simanjuntak, menjelaskan nilai tukar rupiah bulan ini stabil. Ekspansi uang primer masih tetap di bawah target indikatif. "Tapi tetap harus diwaspadai," kata Rusli, "mengingat kondisi pasar yang rentan serta sentimen global dan regional." Kebijakan moneter bulan ini, menurut Rusli, tetap terfokus pada stabilisasi ekonomi makro. Untuk itu BI akan konsisten menyerap kelebihan likuiditas melalui operasi pasar terbuka. Seirama dengan perkembangan inflasi dan nilai tukar, penurunan suku bunga SBI akan terus berlanjut. Sampai akhir Februari 2003, tingkat suku bunga SBI satu bulan menurun tajam sebesar 45 basis poin dari 12,69 persen menjadi 12,24 persen—dibandingkan dengan penurunan bulan Januari. Dengan stabilnya kondisi moneter, ada petunjuk kondisi perbankan juga membaik. Ini terlihat dari perbaikan likuiditas, permodalan, dan profitabilitas, meskipun fungsi intermediasi perbankan melambat sepanjang Januari lalu. Sebelumnya, Gubernur BI Syahril Sabirin mengaku bahwa bank sentral sengaja menahan penurunan suku bunga SBI untuk meluruskan dampak ekonomi yang tak menentu setelah invasi AS ke Irak. Namun Direktur Utama Bank Mandiri E.C.W. Neloe menilai penahanan suku bunga SBI dapat mengancam sektor perbankan. "Itu satu ancaman," kata Neloe pekan lalu. Sebagai lembaga penyalur kredit komersial, Bank Mandiri mengkhawatirkan tingkat suku bunga yang terus-menerus tinggi. "Sudah perang, ekspor kita susah, bunga tinggi, ujung-ujungnya bisa macet," Neloe menambahkan. Dia berharap perang di Irak tidak akan terlalu lama dan tingkat suku bunga juga tidak terus meninggi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus