Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Setya Novanto Awali Bisnisnya dari Jualan Madu dan Beras

Setya Novanto mengawali bisnisnya berjualan madu dan beras saat ia masih kuliah di Surabaya.

17 November 2017 | 11.27 WIB

Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto menghadiri peresmian pembangunan atap bangunan Gedung Panca Bakti DPP partai Golkar di Jakarta, 12 November 2017. Pembangunan gedung itu diperlukan karena gedung yang ada sudah tidak memadai. Tempo/Fakhri Hermansyah
Perbesar
Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto menghadiri peresmian pembangunan atap bangunan Gedung Panca Bakti DPP partai Golkar di Jakarta, 12 November 2017. Pembangunan gedung itu diperlukan karena gedung yang ada sudah tidak memadai. Tempo/Fakhri Hermansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto mengalami kecelakaan pada Kamis malam, 16 November 2017. Ia kini dirawat di RS Medika Permata Hijau Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Sebelum kecelakaan, Setya Novanto berulang kali dipanggil oleh Komisi Pemberantasan Korupsi untuk menjalani pemeriksaan proyek KTP elektronik atau e-KTP. Dari 11 panggilan yang dilayangkan, delapan kali Setya Novanto tak datang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nama Setya Novanto disebut-sebut termasuk pemegang saham di PT Murakabi Sejahtera. Murakabi adalah salah satu konsorsium peserta lelang proyek e-KTP. Namun atas pengaturan terdakwa Andi Agustinus alias Andi Narogong, PT Murakabi hanya sebagai perusahaan pendamping.

Mayoritas saham PT Murakabi dimiliki PT Mondialindo Graha Perdana. Sementara sebagian besar saham PT Mondialindo dikuasai keluarga Setya Novanto.

Hal itu terungkap berdasarkan kesaksian mantan Direktur Utama PT Murakabi Sejahtera, Deniarto Suhartono di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin, 6 November 2017. Selain di PT Murakabi, Deniarto juga menjabat komisaris PT Mondialindo Graha Perdana.

Baca: Setya Novanto Masuk Daftar Buron, Pengacara Pertanyakan Wewenang

Menurut Deniarto, Novanto memiliki 14 perusahaan di satu kantor yang sama, yaitu Menara Imperium lantai 27. Anehnya pegawai di 14 perusahaan itu hanya berjumlah tiga orang.

Jauh sebelum proyek e-KTP merebak, nama Setya Novanto selalu menjadi kontroversi. Rekaman percakapan antara orang yang diduga dirinya beredar saat meminta jatah saham Freeport seperti yang dilaporkan bekas Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia, Sudirman Said sekitar dua tahun lalu.

Namanya mulai dikenal publik ketika tersandung kasus Bank Bali. PT Era Giat Prima, perkongsiannya dengan Djoko S. Tjandra—pemilik Mulia Group—menjadi juru tagih cessie Bank Bali di empat bank yang dilikuidasi pemerintah.

Dari piutang Rp 904 miliar, Setya Novanto mendapat fee Rp 546 miliar, yang diduga mengalir ke kas Partai Golkar. Kendati jelas merugikan negara, kasus ini dihentikan Kejaksaan Agung. "Itu bukti saya tak bersalah," kata Setya seperti dikutip dari Majalah Tempo, November 2015.

Setya Novanto mengaku tidak mudah dalam mengawali kariernya untuk menjadi sekarang. Dia mengaku harus berjualan madu dan beras untuk menutupi hidup saat kuliah di Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya. Berbagai pekerjaan dia lakoni, dari menjadi anggota staf penjualan PT Sinar Mas Galaxy, diler mobil Suzuki, hingga menjadi model dan terpilih jadi pria tampan Surabaya pada 1975.

Lulus kuliah, dia pindah ke PT Aninda Cipta Perdana, penyalur pupuk PT Petrokimia Gresik untuk wilayah Surabaya dan Nusa Tenggara Timur, milik Hayono Isman, Menteri Pemuda dan Olahraga kabinet Presiden Soeharto, yang tak lain teman sekelas Setya di SMA Negeri 9 Jakarta. Menjadi penyalur pupuk itulah awal mula persinggungan Setya dengan Nusa Tenggara Timur.

Selama tiga periode menjadi anggota DPR dari Golkar, ia mewakili provinsi itu. Di Kupang, ia memiliki rumah 700 meter persegi, dua lantai, yang dilengkapi kolam renang. Rumah itu belakangan menjadi Novanto Center. Tiap kali berkunjung ke sana, ia rajin menyumbang banyak gereja, petani, dan peternak.

Pada 1982, ia balik ke Jakarta untuk meneruskan kuliah sarjana akuntansi di Universitas Trisakti. Pekerjaannya di perusahaan pupuk tetap diteruskan dan ia menumpang tinggal di rumah Hayono di Menteng. Menurut Leo Nababan, Wakil Sekretaris Jenderal Golkar, selain menjadi anggota staf, Setya menjadi sopir pribadi keluarga Hayono.

Setya menikah dengan Luciana Lily Herliyanti, putri Brigadir Jenderal Sudharsono, mantan Wakil Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat. Menjadi menantu pejabat kepolisian membuat Setya punya akses ke dunia bisnis. Ia dipercaya mengelola pompa bensin milik mertuanya di Cikokol, Tangerang.

Dari pompa bensin, usahanya merembet ke peternakan, kontraktor, jual-beli bahan baku kertas, tekstil, hotel, hingga lapangan golf. Perusahaannya tersebar di Jakarta, Batam, dan Kupang. Meski usahanya berhasil, perkawinannya kandas. Ia bercerai dengan Lily dan menikahi Deisti Astriani Tagor. Dari pernikahan itu, Setya Novanto memiliki empat anak.

TIM TEMPO

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus