Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sobat Lama Menteri Laksamana

Jay Oentoro disebut sebagai tangan kanan Laksamana Sukardi yang mendapat banyak proyek, antara lain Indosat. Benarkah?

26 Januari 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI KALANGAN pemain saham, nama Jay Oentoro cukup berbunyi. Ia salah satu pemain saham yang punya jam terbang cukup tinggi, baik sebagai profesional maupun wiraswastawan. Tapi, di luar itu, tak banyak yang mengenal laki-laki berusia paruh baya yang berpenampilan necis ini. Namun, belakangan ini, nama Jay kerap disebut. Berita-berita miring mengiringi "ketenaran"-nya. Lulusan University of British Columbia itu disebutkan sebagai salah satu jembatan penghubung bagi orang-orang yang ingin bertemu dengan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Laksamana Sukardi. Jay, kabarnya, juga berfungsi sebagai celengan tempat menampung "upeti" bagi Laks, panggilan Laksamana. Ia juga digambarkan sebagai dayang-dayang yang selalu menyertai ke mana Laks pergi. Seorang sumber TEMPO menuturkan pernah beberapa kali melihat Laks bersama Jay runtang-runtung, bahkan sampai ke Singapura. Jay dan Laks memang pernah bekerja di satu kelompok kerja: Grup Lippo. Laks sebagai Direktur Pelaksana Lippobank tahun 1988-1993, sedangkan Jay bekerja di Lippo Securities tahun 1990-1995 dengan jabatan terakhir managing director. Ketika itu Jay dianggap berhasil mengangkat Lippo masuk jajaran sekuritas lokal papan atas. Namun nama Jay sempat tercoreng ketika Jade Securities?perusahaan pialang miliknya sendiri?ambruk lantaran terlalu berani memberi fasilitas main saham besar dengan modal kecil (margin trading) kepada investor. Laki-laki yang punya gaya bicara halus itu lalu mendirikan perusahaan baru, Alpha Securities, dan perlahan-lahan bangkit kembali. Bisnisnya makin moncer setelah Laksamana Sukardi menjadi Menteri Negara BUMN. Gosip pun bertiup, terutama setelah Alpha Securities kebetulan terserempet beberapa transaksi kontroversial di lingkungan Kantor Menteri Negara BUMN dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)?portofolio di bawah Laks. Alpha, misalnya, ikut tersandung kasus divestasi Indomobil di BPPN yang berakhir ricuh. Dalam swastanisasi Indosat, Jay Oentoro juga dituding turut bermain sebagai broker. Terakhir, senyampang rencana BPPN menjual saham Bank Danamon, nama Jay kembali mencuat. Alpha Securities, kabarnya, ingin menjadi konsultan keuangan lokal BPPN, mendampingi JP Morgan. Dengan menjadi konsultan lokal, Jay bakal punya akses untuk bermain. Ia setidaknya bisa ikut mempengaruhi siapa investor yang layak meminang Bank Danamon. Benarkah? Kepada TEMPO yang menemuinya di kedai kopi sebuah hotel di Jakarta pekan lalu, Jay membantah semua tudingan itu. Mengenakan setelan santai, kemeja kaus dengan motif garis cokelat putih, Jay menjawab pertanyaan dengan hati-hati, yang dipikirkannya dulu sebelum diucapkan. Jay, pemegang ijazah dalam bidang akunting dan keuangan ini, mengaku berteman dengan Laks sebatas hubungan profesional. "Saya memang respek pada Laks," ujarnya. Terkadang mereka melewatkan waktu bersama dengan bermain golf, tapi setelah Laks jadi menteri, menurut dia, ia jarang sekali bertemu dengan sobat lamanya itu. Alhasil, ia merasa heran disebut-sebut sering jalan-jalan dengan Laks. Terlebih sampai ke Singapura, dan untuk urusan melobi STT dalam tender swastanisasi Indosat. "Itu semua nggak benar," ucapnya tegas. Dalam soal divestasi Bank Danamon, kata Jay, posisi Alpha Securities juga terbatas sebagai pihak yang ingin melamar menjadi konsultan lokal. Sayangnya, gayung tak bersambut. Proposal yang mereka ajukan ditolak oleh BPPN. Alasannya, antara lain, karena kasus yang menimpa Alpha yang terkait dengan transaksi Indomobil belum selesai. Jay juga membantah ikut kasak-kusuk untuk memastikan penunjukan JP Morgan menjadi penasihat keuangan BPPN dalam divestasi Indosat. Menurut dia, Laks, Jonathan Chang (Presiden Direktur JP Morgan Indonesia), dan dirinya memang pernah sama-sama bekerja di Citibank. Tapi hal itu tak otomatis membuat JP Morgan ditunjuk menjadi konsultan BPPN. Terpilihnya JP Morgan, menurut Jay, semata lantaran tarif yang mereka ajukan lebih rendah ketimbang peserta tender yang lain. Biaya konsultansi yang diajukan JP Morgan cuma 0,85 persen dari nilai proyek, sedangkan tawaran peserta lain antara 1,5 dan 2 persen dari nilai proyek. "JP Morgan telah terpilih melalui proses tender yang adil dan transparan," katanya. Jadi, benarkah Jay sudah angkat kaki dari kancah divestasi Bank Danamon? Sumber TEMPO menyebut, setelah terserempet kasus Indosat, Jay Oentoro sudah semestinya agak menahan diri. "Itu untuk kebaikan dia sendiri," ujarnya. Kita lihat saja. Nugroho Dewanto, Dewi Rina Cahyani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus