Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Persis Solo kebanjiran sponsor setelah dikelola Kaesang Pangarep.
Free Fire buatan Garena menjadi sponsor setia Persis Solo.
Perlu regulasi agar pendanaan olahraga transparan.
MENJELANG laga Persatuan Sepak Bola Indonesia Surakarta alias Persis Solo melawan Persatuan Sepak Bola Indonesia Semarang alias PSIS, Arizal Perdana Putra membawa kabar baru. Direktur Bisnis Persis itu mengumumkan lima sponsor yang menyokong klubnya pada Liga 1 Indonesia musim 2024/2025. Persis adalah klub sepak bola yang sahamnya dipegang putra Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep,
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam momen itu, Arizal duduk di antara para perwakilan sponsor, antara lain Free Fire, Sania, dan Pocari Sweat. Selain disokong tiga sponsor itu, Persis Solo mendapat dukungan keuangan dari Bank Ajaib Syariah dan Crystalline. “Masih ada beberapa brand calon partner yang berproses, doakan saja,” kata Arizal di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, pada Sabtu petang, 17 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari lima entitas yang diumumkan Arizal, ada dua yang paling lama menjadi sponsor Laskar Sambernyawa—julukan Persis Solo—yakni Free Fire dan Aladin. Sejak 2021, saat Persis masih berlaga di Liga 2 Indonesia, atau empat musim terakhir, keduanya menjadi sponsor setia.
Putra Joko Widodo, Kaesang Pangarep resmi menjadi pemilik Persis Solo setelah memiliki saham sebanyak 40 persen. FOTO/Twitter/@persisofficial
Aladin adalah bank syariah berbasis digital yang terafiliasi dengan John Dharma Kusuma. John adalah konglomerat ahli waris perusahaan rokok asal Kudus, Jawa Tengah, PT Nojorono Tobacco International. Di kancah sepak bola Tanah Air, bukan hanya Persis yang disponsori Aladin. Perusahaan yang sebelumnya bernama Bank Net Syariah ini juga menyokong klub juara Liga 1 musim 2023/2024, Persib Bandung.
Lain lagi dengan Free Fire. Game produksi perusahaan asal Singapura, Garena, ini hanya menjadi sponsor Persis Solo. Garena terafiliasi dengan Sea Limited, perusahaan yang juga menjadi induk niaga elektronik Shopee dan perusahaan teknologi finansial SeaMoney.
Adapun Sania menjadi merek baru yang terpampang pada seragam tanding Persis. Kendati demikian, produsen Sania, Wilmar, adalah nama lama dalam sejarah Persis. Perusahaan yang juga bermarkas di Singapura ini menyokong Persis pada musim 2021/2022. Merek Wilmar pun terpampang pada jersei tim ini pada musim tersebut.
Persis mengakhiri kerja sama dengan Wilmar pada April 2022. Langkah itu ditempuh setelah Komisaris Utama PT Wilmar Nabati Indonesia Master Parulian Tumanggor terseret kasus dugaan korupsi minyak goreng. “Penting bagi kami untuk mengambil sebuah keputusan serius sebagai penanda sikap," demikian petikan siaran pers manajemen Persis Solo pada 21 April 2022.
Toh, kini Wilmar—melalui Sania—kembali menjadi sponsor klub milik Kaesang Pangarep itu. Perwakilan Sania, Norman Fajar Wibowo, mengatakan perusahaannya tertarik bergabung karena melihat performa Persis. “Harapannya, Persis bisa jadi juara."
•••
HINGGA pekan ketiga Liga 1 Indonesia musim 2024/2025, Persis Solo berada di peringkat ke-17. Posisi itu hanya satu tingkat di atas PSS Sleman yang kini menjadi juru kunci klasemen.
Pada akhir musim sebelumnya, Persis bertengger di peringkat ketujuh klasemen Liga 1. Posisi itu menjadi yang terbaik sepanjang keikutsertaan kembali Laskar Sambernyawa di kompetisi kasta tertinggi liga Indonesia sejak dua musim silam. Persis berhak berpromosi ke Liga 1 setelah menjuarai Liga 2 2021. Sebelumnya klub ini mencicipi kompetisi utama di Indonesia pada 2007. Kala itu kompetisi yang setara dengan Liga 1 tersebut bertajuk Divisi Utama Liga Indonesia. Setahun setelahnya, Persis tidak masuk daftar tim di kompetisi itu.
Salah satu faktor yang membuat prestasi Persis mandek kala itu adalah kurangnya pendanaan. Hingga musim 2014, klub ini tak kunjung memiliki sponsor. Di sisi lain, pemerintah melarang penggunaan anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk mendanai klub sepak bola profesional. Hal itu termaktub dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2011.
Persis resmi berbadan hukum pada awal 2015 dengan nama PT Persis Solo Saestu. Sejalan dengan itu, Persis menggandeng sponsor pertama untuk mengarungi Divisi Utama Liga Indonesia 2015. Namun, pada Mei 2015, manajemen memutuskan membubarkan tim sebagai buntut dihentikannya kompetisi setelah Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dibekukan Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Setahun kemudian, dalam kompetisi Indonesia Soccer Championship, Persis menggandeng investor PT Syahdana Properti Nusantara (SPN). Saat itu SPN digadang-gadang bisa menyuntikkan dana hingga Rp 10 miliar demi mengangkat Persis kembali ke kompetisi utama liga Indonesia. Masuknya investor itu kemudian menarik sponsor-sponsor lain.Walhasil, pada 2017 dan 2018, seragam Persis dihiasi logo sejumlah perusahaan.
Launching jersey Persis Solo. FOTO/facebook/persis solo
Meski Persis disokong banyak perusahaan, impian naik kelas pada tahun itu tak terwujud. Pada 2019, hanya tiga perusahaan yang logonya dipajang pada seragam Persis: Medco Energi, SPN, dan PT Kalimasadha Nusantara. Saat Liga 2 Indonesia musim 2019 memasuki pekan ketiga, Persis terdampar di dasar klasemen. Saat itulah Kaesang mempertanyakan kinerja klub asal kotanya itu dalam sebuah cuitan di media sosial Twitter yang kini bernama X. "Ada apa dengan Persis Solo?" demikian tulisan Kaesang Pangarep. Dalam cuitan lain, ia mengatakan, “Mungkin Persis Solo butuh logo @SangPisang2017 biar auto menang."
Kala itu sudah muncul dukungan agar Kaesang menjadi sponsor, bahkan pemilik, Persis. Tapi kepemilikan saham mayoritas Persis Solo Saestu beralih ke Vijaya Fitriyasa pada akhir 2019. Vijaya, seorang profesional di bidang energi, saat itu sedang berkompetisi menjadi Ketua Umum PSSI. Belum juga bertanding di Liga 2—karena kompetisi sepak bola Indonesia turut terkena dampak Covid-19—Vijaya menjual sahamnya pada awal 2021.
Dalam rapat umum pemegang saham luar biasa Persis Solo Saestu di Hotel Alila Solo pada Maret 2021, terjadi peralihan kepemilikan. Kaesang menggenggam 40 persen saham Persis. Pemegang saham lain adalah Kevin Nugroho sebanyak 30 persen dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir 20 persen. Adapun sisanya dimiliki 26 klub internal. Kaesang juga ditetapkan sebagai direktur utama, sementara Mahendra Agakhan Thohir, putra Erick, ditunjuk menjadi komisaris. Pengumuman pemilik baru Persis ini dihadiri Gibran Rakabuming Raka yang ketika itu menjabat Wali Kota Solo.
Masuknya Kaesang membuka kembali keran sponsor Persis. Pada masa pramusim, Persis memiliki 11 sponsor yang terpampang di jerseinya. Selain Free Fire dan Aladin, logo yang menempel pada seragam pramusim itu antara lain Vidio, ID Express, Hanamasa, Sang Pisang, Plevia, Tokopedia, JPT, dan Indo Agro. Namun hanya tujuh logo yang akhirnya dipasang pada seragam Persis saat berlaga di Liga 2 2021/2022, yakni Free Fire, Bank Aladin Syariah, Gurih, Vidio, ID Express, Wilmar International, dan Gojek.
Suntikan dana segar dari sponsor tersebut mendongkrak kinerja Persis. Klub itu akhirnya menjuarai Liga 2 pada tahun pertama Kaesang menjabat direktur utama dan naik ke Liga 1. Setelah Persis naik kelas, jumlah dan komposisi sponsornya tak banyak berubah. Dua nama sponsor yang masih bertahan hingga kini adalah Free Fire dan Aladin. Dengan sokongan dana ini, Persis menjelma menjadi klub dengan pemain berharga pasar relatif tinggi. Situs Transfermarkt memperkirakan nilai pasar skuad Persis musim 2024/2025 melampaui Rp 70 miliar.
Koordinator Save Our Soccer, Akmal Maharli, mengatakan sponsor klub sepak bola di Indonesia sering hanya melihat faktor ketokohan sang pemilik, seperti pebisnis besar atau pejabat tinggi. Berbeda dengan sponsor di Eropa yang mempertimbangkan pengelolaan profesional. “Kalau yang punya klub adalah orang yang punya pengaruh, sponsor akan berbondong-bondong masuk,” tuturnya kepada Tempo.
Dalam konteks Persis, Akmal melihat ada banyak faktor yang membuat sponsor mau masuk. Selain kinerja tim yang cukup moncer setelah promosi ke Liga 1, dia meyakini ada faktor nonteknis seperti latar belakang Kaesang sebagai anak presiden dan adik Wali Kota Solo yang ikut mendorong minat sponsor.
Agar tak muncul tuduhan miring, Akmal mendorong pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat menerbitkan regulasi industri olahraga yang salah satu isinya mewajibkan klub menjalani audit dan melaporkan hasilnya kepada publik. “Agar klub tidak menjadi alat cuci uang, gratifikasi, atau kendaraan politik.”
Tempo berupaya meminta tanggapan dari Kaesang tentang pengelolaan Persis dan banjirnya sponsor melalui pesan tertulis dan surat ke kantor Partai Solidaritas Indonesia, partai politik yang ia pimpin. Namun, hingga laporan ini ditulis, tak ada tanggapan. Upaya serupa dilakukan kepada manajemen Persis Solo dan Kevin Nugroho; tim komunikasi Garena, Aladin, dan Orang Tua selaku produsen Crystalline; serta Wilmar. Mereka pun tak menjawab.
Dalam konferensi pers pada 17 Agustus 2024, Head of Business Development, Esports, and Community Garena Wijaya Nugroho mengatakan keputusan perusahaannya menyokong Persis Solo didasarkan pada perkembangan positif tim tersebut. "Kami lihat progresnya dari Liga 2, kemudian Liga 1, kemarin ada di sepuluh besar, lalu tujuh besar," katanya. Militansi pendukung Persis juga menjadi faktor.
Kepada Tempo, Sudarmadi Widodo selaku Direktur Komunikasi Korporat Otsuka—produsen Pocari Sweat yang telah tiga tahun menjadi sponsor Persis—mengatakan pemilihan tim yang disponsori mempertimbangkan potensi kinerja di setiap turnamen. Karena itu, Sudarmadi menambahkan, perusahaannya menjadi sponsor banyak klub, antara lain Persija Jakarta, PSIS Semarang, Dewa United, Persik Kediri, dan Persipa Pati. “Tidak khusus Persis.”
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Septhia Ryanthie dari Solo berkontribusi pada artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Sponsor Setia Laskar Sambernyawa"