Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Jumlah gerai kuliner Gibran dan Kaesang terus menyusut.
Alpha JWC Ventures mengucurkan pendanaan besar untuk startup Kaesang dan Gibran.
Bisnis kuliner Gibran dan Kaesang dianggap hanya FOMO.
GERAI penjual kudapan Sang Pisang terlihat mencolok di sudut area parkir sebuah minimarket di Jalan Tubagus Ismail, Coblong, Kota Bandung. Kios itu cukup unik karena memakai bekas peti kemas besi yang dimodifikasi sedemikian rupa, antara lain dengan lubang jendela untuk menerima pesanan. Di Kota Bandung, gerai Sang Pisang milik Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo, itu adalah satu dari dua yang tersisa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Mela, penjaga gerai Sang Pisang Tubagus Ismail, beberapa tahun lalu ada banyak gerai serupa di Bandung. “Sekarang sudah pada tutup,” ujarnya kepada Tempo, Rabu, 4 September 2024. Kini, selain di Tubagus Ismail, gerai Sang Pisang yang masih beroperasi adalah cabang Kompleks Mekarwangi, Bojongloa Kidul. Gerai Sang Pisang Tubagus Ismail, menurut Mela, baru beroperasi lima bulan, pindahan dari cabang di Jalan Dipati Ukur yang tak jauh dari situ.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di gerai tersebut, lalu-lalang pembeli selama beberapa jam bisa dihitung dengan jari. Menurut Mela, pada hari biasa, angka penjualan kotor gerai itu mencapai Rp 200-300 ribu. Di akhir pekan, pembeli cenderung lebih ramai sehingga omzet yang didapatkan bisa tiga kali lipatnya. “Produk yang best seller dan jadi favorit adalah Banana Nugget, harganya Rp 30-an ribu,” katanya.
Grand Opening Mangkok Ku dan Goola di Living World Alam Sutera. FOTO/Instagram/mangkokku_id
Sang Pisang adalah satu dari beberapa bisnis kuliner yang didirikan Kaesang Pangarep. Berdiri pada 2017, Sang Pisang pernah memiliki 73 gerai yang beroperasi di 25 kota. Tujuh tahun berselang, yang tersisa hanya 12 gerai. Merujuk pada akun Instagram resmi Sang Pisang, @sangpisang2017, ada sepuluh gerai di Jakarta dan sekitarnya serta dua di Bandung. Puluhan lain tutup permanen.
Perusahaan boga lain milik Kaesang adalah Mangkokku. Nasibnya serupa. Restoran penyaji rice bowl atau donburi—nasi dengan beragam lauk yang disajikan di mangkuk—ini didirikan Kaesang dan kakaknya, Gibran Rakabuming Raka, pada 2019. Mereka menggandeng pebisnis kuliner Randy Julius Kartadinata dan koki selebritas Arnold Poernomo sebagai mitra. Pada 2022, Mangkokku mengoperasikan 50 cabang di Jakarta dan sekitarnya serta di Surabaya, Bandung, Malang (Jawa Timur), Semarang, dan Solo (Jawa Tengah).
Pada tahun yang sama, Mangkokku mendapat pendanaan seri A senilai US$ 7 juta atau sekitar Rp 101 miliar dari angel investor seperti Alpha JWC Ventures, Emtek Group, dan Cakra Ventures. Ini adalah kucuran dana kedua setelah pada 2020 Alpha JWC Ventures berinvestasi US$ 2 juta atau sekitar Rp 29 miliar. Pendanaan itu antara lain digunakan untuk membuka 100 cabang baru.
Tapi, alih-alih bertambah, jumlah cabang Mangkokku menyusut. Menurut laman media sosial Mangkokku, kini tersisa 33 cabang di Jakarta dan sekitarnya serta di Bandung, Surabaya, Semarang, dan Malang. Tempo menyambangi salah satu gerai Mangkokku di kawasan Senayan, Jakarta Selatan. Suasananya cukup ramai pada siang. Beberapa pembeli silih berganti makan di tempat. Banyak pula pengantar makanan online yang datang mengambil pesanan.
Tak hanya membangun gerai makanan, Gibran dan Kaesang juga pernah mendirikan gerai minuman bernama Goola bersama pengusaha Kevin Susanto dan Benz Budiman. Berdiri pada 2018, Goola menawarkan minuman tradisional seperti es doger dengan kemasan modern. “Kami ingin anak Indonesia bangga dengan produk sendiri, bangga minum es doger,” tutur Gibran pada Juli 2019. Goola, yang juga beroleh modal dari Alpha JWC Ventures sebesar US$ 5 juta atau sekitar Rp 71 miliar, hanya bertahan dua tahun. Goola dilaporkan berhenti beroperasi pada 2020 dan menutup semua gerainya.
Jejak usaha kuliner Gibran dan Kaesang lain adalah kios martabak Markobar dan minuman Ternakopi. Markobar dirintis Gibran sejak sang ayah masih menjabat Wali Kota Solo. Kini gerai Markobar hanya tersisa empat di Jakarta. Sedangkan Ternakopi yang dikelola Kaesang telah lama bangkrut. “Kemarin sebelum pandemi sempat punya 40 outlet, tapi setelah pandemi hilang semua, enggak laku,” ucap Kaesang pada Mei 2022.
Layunya bisnis kuliner anak-anak Jokowi berbanding terbalik dengan derasnya pendanaan yang pernah mengucur. Tempo meminta tanggapan dari Gibran dan Kaesang tentang kinerja bisnis kuliner yang mereka jalankan, tapi surat dan pertanyaan via pesan pendek yang dikirimkan tak berbalas. Rekan bisnis mereka, seperti Chief Executive Officer Mangkokku Randy Julius Kartadinata, juga tak memberi tanggapan.
Gerai Markobar 1996 milik Cawapres Nomor Urut 2, Gibran Rakabuming Raka di Transmart Pabelan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, 22 Desember 2023. TEMPO/Septia Ryanthie
Beratnya persaingan bisnis kuliner dinyatakan Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies Nailul Huda. Menurut dia, produk yang dijajakan gerai kuliner Kaesang dan Gibran cenderung mengikuti arus. Aksi bisnis mereka mirip dengan gejala fear of missing out alias FOMO atau latah dan takut ketinggalan. “Ketika trennya selesai dan berganti, pasti sepi, apalagi kalau tidak ada inovasi,” ujarnya.
Lebih jauh, Huda menilai usaha kuliner Kaesang dan Gibran yang meredup setelah mendapat pendanaan fantastis sebagai anomali. Dia membandingkannya dengan Kopi Kenangan yang berdiri pada 2017 dan meraih pendanaan dari perusahaan modal ventura yang sama. Kopi Kenangan mampu menjadi perusahaan rintisan atau startup makanan dan minuman pertama yang berstatus unicorn atau memiliki valuasi di atas US$ 1 miliar. Kopi Kenangan mempunyai 868 cabang di 64 kota.
Sedangkan Managing Partner Inventure Indonesia Yuswo Hady berpendapat, perusahaan dua "pangeran" Jokowi yang rontok bersamaan memperkuat dugaan bahwa usaha yang mereka bangun sarat dengan unsur "aji mumpung". Menurut dia, bisnis Kaesang ataupun Gibran bisa unggul ketika berdiri di tengah masa kepemimpinan Jokowi sebagai presiden karena popularitas merek mereka bisa terdongkrak dan dikenal masyarakat tanpa perlu menggelontorkan biaya iklan. "Brand mereka mudah dikenal dan menimbulkan rasa penasaran konsumen,” katanya.
Salah satu menu yang disajikan di restoran Mangkok Ku di jalan Tanjung Duren Raya, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, 27 Juni 2019. Tempo/Bintari Rahmanita
Di sisi lain, banyaknya pendanaan serta mitra bisnis yang mendekat tak bisa lepas dari pengaruh Jokowi sebagai kepala negara. Menurut Yuswo, hal ini menjadi sentimen negatif bagi merek atau perusahaan Gibran dan Kaesang karena dibayangi isu nepotisme dan konflik kepentingan. “Selama Jokowi menjabat presiden, mungkin dampaknya menguntungkan. Tapi untuk jangka panjang belum teruji."
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Ahmad Fikri dari Bandung berkontribusi pada penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Redup Gerai Dua Pangeran"