Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Nama Sri Mulyani Indrawati disebut-sebut masuk dalam bursa pencalonan Gubernur Bank Indonesia atau Gubernur BI untuk menggantikan Perry Warjiyo yang bakal mengakhiri masa jabatannya pada Mei tahun 2023 ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menanggapi hal ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa soal pemilihan Gubernur BI sudah diatur dalam undang-undang. “Itu prosesnya sudah ada,” ujarnya dalam dalam acara Konferensi Pers Hasil Rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan atau KSSK I Tahun 2023 di Gedung Djuanda I Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, pada Selasa, 31 Januari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pada konferensi pers itu, juga hadir pula Gubernur BI Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa.
Sri Mulyani menyebutkan, dia bersama KSSK masih fokus menjalankan tugas yang saat ini diembannya. “Karena ini adalah tugas utama kita yaitu menjaga stabilitas sistem keuangan dan menjaga pemulihan ekonomi,” kata Sri Mulyani.
Masa jabatan Perry Warjiyo sebagai Gubernur BI pada tahun ini akan habis (2018-2023). Dengan begitu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan mengajukan nama calon baru Gubernur BI kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk dilakukan uji kepatutan dan kelayakan.
Selanjutnya: Menurut Undang-Undang....
Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (PPSK) disebutkan bahwa pejabat Gubernur BI diusulkan dan diangkat oleh presiden dengan persetujuan DPR RI.
Sri Mulyani Sempat Dinilai Layak Jadi Presiden Bank Dunia pada 2019
Pada tahun 2019, Menteri Keuangan Sri Mulyani dinilai layak untuk menjadi presiden baru dari lembaga keuangan internasional, World Bank alias Bank Dunia. Sri Mulyani dinilai sebagai kandidat yang kuat dan dihormati secara global untuk menggantikan presiden sebelumnya yang mengundurkan diri yaitu Jim Yong Kim.
"Inilah waktu untuk sebuah perubahan," kata Mark Sobel, US Chairman dari Official Monetary and Financial Institutions Forum atau OMFIF, sebuah lembaga think tank yang berbasis di London, Inggris. "Orang luar Amerika harus memimpin Bank Dunia," begitu Sobel waktu itu menulis artikel di laman resmi OMFIF.
Sobel menyebutnya sebagai perubahan karena sejak didirikan pasca perang dunia kedua 1945, Bank Dunia selalu dipimpin warga Amerika Serikat. Kim juga berkewarganegaraan ganda, yaitu Korea Selatan dan Amerika Serikat. Ini sebenarnya wajar karena negara-negara maju mendominasi ekonomi global pasca perang.
Kepergian Kim dinilai menjadi kesempatan yang tepat untuk mengubah situasi ini. Jika seandainya negara-negara berkembang ingin mengubah tradisi ini, maka Sobel menilai mereka harus segera menemukan kandidat pengganti Kim.
Selanjutnya: Selain Sri Mulyani....
Selain Sri Mulyani, Sobel juga menyebut nama mantan Menteri Keuangan Nigeria Ngozi Okonjo-Iweala. Sri Mulyani dan Ngozi sama-sama merupakan bekas Direktur Pelaksana Bank Dunia, posisi di bawah Presiden Bank Dunia.
Walau begitu, Sobel menyebut bahwa Presiden Amerika Serikat kemungkinan akan berupaya agar Presiden Bank Dunia tetap dipegang oleh warga negaranya. Kondisi ini, kata Sobel, bakal serupa dengan yang terjadi di Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF).
Menanggapi hal tersebut, Kementerian Keuangan waktu itu tak berkomentar banyak soal Menteri Keuangan Sri Mulyani yang disebut-sebut sebagai kandidat kuat Presiden Bank Dunia menggantikan presiden sebelumnya yang mengundurkan diri, Jim Yong Kim. Sri Mulyani merupakan Menteri Keuangan 2005-2010 di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyonoatau SBY dan 2016 sampai sekarang di bawah masa pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu saat itu, Nufransa Wira Sakti, berujar Sri Mulyani masih fokus mengurus dan keuangan negara. "Sesuai dengan tugas dan tanggung jawab beliau sebagai Menteri Keuangan," kata dia melalui pesan singkat kepada Tempo, Sabtu, 12 Januari 2019.
AMELIA RAHIMA SARI | FAJAR PEBRIANTO | ANTARA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini