Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sri Mulyani Wanti-wanti Dampak Keputusan Ekonomi Donald Trump

Menteri Keuangan Sri Mulyani mewanti-wanti dampak dari keputusan ekonomi Presiden Amerika Donald Trump.

12 Desember 2024 | 12.40 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mewanti-wanti dampak kebijakan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. Di masa kepresidenan Trump yang kedua kali ini, Sri Mulyani mengantisipasi kebijakan yang kurang lebih sama, tetapi keseimbangan fiskal AS masih harus dilihat nantinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Trump, presiden ke-47 Amerika Serikat, merupakan kandidat Partai Republik yang menggantikan Presiden ke-46 Joe Biden dari Partai Demokrat. Ia akan mulai menjabat pada 20 Januari mendatang. Presiden terpilih itu berjanji akan menerapkan pembatasan yang ketat terhadap imigran, meningkatkan produksi bahan bakar fosil, dan membebankan tarif besar terhadap para mitra dagang terbesar AS. Kebijakan-kebijakan Trump ditakutkan akan memundurkan progres menghambat krisis iklim hingga memicu perang dagang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Situasi ini kemudian akan cenderung menyebabkan terjadinya ketegangan yang makin tinggi,” kata Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTA Edisi Desember di kantor Kementerian Keuangan, Rabu, 11 Desember 2024.

Trump bahkan telah mengancam BRICS untuk tidak menciptakan mata uang baru atau mendukung mata uang lain yang akan menyaingi dolar AS. Jika BRICS melakukannya, Trump berjanji akan menjatuhkan tarif dagang 100 persen terhadap negara-negara anggota blok tersebut.

BRICS merupakan singkatan dari Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan, sebuah blok yang berupaya menantang tatanan dunia yang didominasi Barat. Kelompok ini mulai memperluas keanggotaannya tahun lalu dengan bergabungnya Ethiopia, Iran, Mesir, Argentina, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA). Indonesia sendiri telah menyampaikan keinginan bergabung BRICS.

Bukan hanya BRICS, Trump juga menjanjikan tarif besar terhadap tiga mitra dagang terbesarnya yakni Kanada, Meksiko, dan Cina. Ia mengancam akan menerapkan tarif sebesar 25 persen pada impor dari Kanada dan Meksiko, serta tarif 60 persen pada impor dari Cina.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa tarif perdagangan menjadi instrumen proxy dalam persaingan dan ketegangan politik global. Hal ini, menurutnya, akan berdampak langsung pada perekonomian dunia. Apalagi AS yang terdampak kebijakan Trump mengalami pasar saham naik, namun juga defisit naik, utang naik, dan imbal hasil dari obligasi naik.

“Ini mempengaruhi keseluruhan dunia. Inflasi yang tadinya diperkirakan akan menurun tapi karena policy mengenai tarif kemudian menyebabkan kemungkinan kenaikan dari harga-harga. Ini juga akan menyebabkan inflasi di Amerika tertahan,” kata dia.

Eks Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan tantangan terbesar yang harus diantisipasi Indonesia adalah dari sisi mitra dagang utama, yakni AS dan Cina. Harga saham dan aset di AS cenderung akan naik di bawah Trump, sementara Cina akan terbebani tarif 60 persen yang dijanjikan Trump.

“Dampak hubungan antara RRT (Republik Rakyat Tiongkok) dan Amerika memberikan dampak pada seluruh dunia,” ucap Sri Mulyani.

Menurut dia, Indonesia dan seluruh dunia harus mengantisipasi terjadinya hambatan perdagangan, harga komoditas tidak stabil karena adanya guncangan rantai pasokan, hingga tren dolar AS menguat. “Dan juga kita harus mengantisipasi tekanan terhadap aliran modal yang akan kembali ke Amerika Serikat,” tuturnya.




Nabiila Azzahra

Nabiila Azzahra

Reporter Tempo sejak 2023.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus