Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Stabilitas ekonomi makro sampai '95

Wawancara Tempo dengan ahli ekonomi regional, iwan jaya azis, tentang perkembangan ekonomi dunia 1993, dan kondisi ekonomi Indonesia mendatang.

8 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WAJAH makroekonomi Indonesia 1994, seperti diperkirakan oleh Iwan Jaya Azis, akan lebih cerah. Tapi ia pesimistis kalau bicara tentang efisiensi kalangan swasta. "Anda kan tahu, akar masalahnya di mana," kata Iwan, datar. Pengajar pascasarjana Fakultas Ekonomi UI ini baru beberapa bulan terakhir menyibukkan diri lagi di Jakarta setelah untuk beberapa waktu mengajar di AS sambil membentuk keluarga bahagia dengan Erina Ekawati, asisten peneliti yang sangat diandalkannya. Tengah Desember lalu, Iwan Jaya, sang kampiun ekonomi regional ini, meluangkan waktu untuk sebuah wawancara dengan TEMPO. Petikannya: Menjelang tutup tahun, dapatkah Anda menjelaskan bagaimana perkembangan ekonomi dunia selama 1993? Kecenderungan pembentukan blok perdagangan makin meningkat selama 1993, khususnya sebelum putaran GATT diselesaikan 15 Desember. Bahkan APEC diusulkan oleh beberapa negara anggota menjadi semacam blok perdagangan. Recovery ekonomi dunia 1993 tidak sesuai dengan harapan: lamban dan belum menyelesaikan masalah struktural, seperti defisit perdagangan Amerika Serikat. Efeknya baru terasa sekitar tahun 1996. Mungkin sekali, laju pertumbuhan ekonomi Jepang tahun 1993 mencatat angka defisit. Menjelang akhir tahun ini, kekhawatiran menurunnya harga minyak juga semakin terasa. Satu penyebabnya, Irak dan Kuwait kembali mengekspor minyak. Dalam tubuh OPEC sendiri ada perbedaan pandangan cukup tajam, khususnya antara Iran dan Arab Saudi. Kondisi ekonomi Indonesia? Sejak Paket Deregulasi Mei 93 dikeluarkan, alokasi kredit mulai menunjukkan kenaikan. Sejak Agustus, persentase kenaikan kredit mencapai angka dua digit. Tapi hal itu hanya berlaku untuk kelompok nonbank pemerintah. Sebaliknya, pertumbuhan kredit bank pemerintah tak mampu menembus angka satu digit. Namun, perkembangan pesat pasar modal telah mempersulit otoritas moneter untuk tidak melampaui target jumlah uang beredar (M2) 17% setahun. Saya perkirakan, laju M2 tahun 1993 sedikitnya melebihi 20%. Sedangkan MI (uang kuasi) bisa di atas 30%. Di sektor riil, Pemerintah meluncurkan paket deregulasi Oktober yang tergolong berani. Melalui paket kebijakan itu, terjadilah pelimpahan wewenang di daerah tingkat dua. Dapat diperkirakan bahwa berbagai kemacetan, kejanggalan, serta kebocoran akan mewarnai periode setelah penerapan paket tersebut. Dengan latar belakang itu, saya perkirakan, pertumbuhan PDB pada tahun 1993 adalah sebesar 6,2% hingga 6,7%. Pertumbuhan ekspor nonmigas akan melambat, sekitar 17%. Bagaimana perkiraan ekonomi tahun depan? Pada tahun 1994 dan 1995, sektor pertanian dapat mencapai angka pertumbuhan rata-rata 3,7 per tahun. Walau demikian, industri nonmigas masih akan tetap menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi, yaitu 10% setahun. Sektor nonmigas masih akan didominasi oleh sektor industri. Saya menduga, pertumbuhannya dapat mencapai 20% per tahun. Pertumbuhan ekspor nonmigas dapat mencapai target Pemerintah dalam Repelita VI, yakni sekitar 18% setahun. Namun, impor nonmigas juga akan mengalami kenaikan. Nilai defisit transaksi berjalan berfluktuasi dari US$ 2,8 miliar sampai US$ 3,7 miliar selama 1994-95. Asumsinya, rupiah terus akan mengalami depresiasi terhadap dolar. Di sisi moneter, tidak ada hal mencolok yang akan terjadi, kecuali bahwa tingkat bunga cenderung turun lagi. Alokasi kredit akan kembali ke tingkat normal. Saya perkirakan, dalam tahun 1994-95, pertumbuhan arus modal asing terutama di pasar modal tidak akan terlalu tinggi lagi. Sebab itu, saya yakin, investasi swasta domestik akan mengalami kenaikan cukup besar selama 1994-95. Dengan pertimbangan itu, angka pertumbuhan PDB saya perkirakan mencapai 6,7% untuk 1994 dan 6,5% untuk tahun 1995. Skenario pesimistis pun masih akan memberikan angka di atas 6% setahun, atau sekitar 6,2% (1994) dan 6,1% (1995). Berapa perkiraan laju inflasi? Ya, 7% sampai 8% selama 1994-95. Dengan memperhitungkan perkiraan realisasi semester I APBN 1993-94, apakah target penerimaan dalam negeri akan tercapai? Selama semester I, penerimaan Pemerintah dari sektor nonmigas mencapai Rp 16 triliun. Dengan penerimaan dari migas, total menjadi Rp 23 triliun. Angka tersebut memang hanya 43,7% dari target anggaran 1993-94. Namun, saya yakin, target penerimaan akan tercapai. Tapi, dilihat dari sudut pertumbuhan, akan makin sulit bagi Pemerintah untuk terus meningkatkan persentase kenaikan penerimaan nonmigas. Selama 1991-92, penerimaan itu mencapai 21% dan 22%. Saya perkirakan, angka pertumbuhan penerimaan nonmigas akan 20% setahun untuk 1994 dan 1995. Artinya, secara implisit, elastisitas penerimaan nonmigas terhadap PDB mengalami penurunan. Tampaknya, pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai 1995 tidak ditandai dengan gejolak ekonomi makro yang berarti. Mikronya bagaimana? Saya yakin, stabilitas makroekonomi akan tercapai sampai 1995. Kalau terus hati-hati, mungkin juga sampai akhir Repelita VI. Namun, daftar masalah masih panjang di sisi mikro. Saya pesimistis, walaupun dengan Pakto 93, bahwa efisiensi akan tercapai, karena akar persoalannya belum tersentuh. Apa akar persoalannya? Ah, bosan menyebutkannya. Saya, Anda, dan banyak pihak, termasuk Pemerintah sendiri, sebenarnya sudah mengetahui. Adanya kekuatan monopoli yang terus membesar dan kurangnya transparansi. Apakah Anda melihat kemungkinan adanya perubahan strategi pembangunan di masa depan? Kalau berbicara strategi, tidak mungkin dalam satu atau dua tahun ke depan. Tapi, kalau gambaran seperti yang saya uraikan di atas dapat berlangsung sampai Repelita VI, dan bahkan sampai PJPT II nanti, maka satu prakondisi telah tercapai, yaitu stabilitas ekonomi makro. Dengan prakondisi ini, strategi industrialisasi yang bagaimanapun akan lebih dimungkinkan, termasuk strategi industrialisasi melalui teknologi yang lebih tinggi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus