Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Start-up Xerpihan berdiri sejak September 2020, menyasar pasar jasa editing dan proofreading.
Tim Xerpihan berupaya mengembangkan kecerdasan buatan.
Xerpihan mulai menyasar segmen pengguna korporasi.
Bagi Yasin Agung Nugroho atau Yasa, jasa penyuntingan dan perbaikan tulisan atau proofreading kini bukan sekadar pekerjaan paruh waktu. Lulusan teknik kimia Universitas Gadjah Mada ini mampu menciptakan peluang baru dari jasa proofreading lewat start-up digital bernama Xerpihan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yasa mendirikan Xerpihan pada September 2020 demi menangkap peluang dari besarnya kebutuhan akan jasa merapikan konten tulisan. Menurut dia, volume produksi tulisan tak ubahnya produksi video. Setiap hari, terdapat 7,5 juta unggahan tulisan baru di blog Internet, berlomba dengan produksi harian video baru di YouTube yang mencapai 720 ribu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan beragam gaya penulisan dan tema, semua orang berlomba menjual naskah yang menarik. Karena itu, kata Yasa, jasa bantuan penulisan pun semakin dibutuhkan. “Kami ingin menjadi wadah untuk layanan bahasa dan penulisan yang tech-enabled,” kata dia kepada Tempo, kemarin.
Platform digital Xerpihan menawarkan jasa penerjemahan, proofreading, hingga subtitle atau terjemahan film dan transkrip teks. Yasa bersama sejumlah developer teknologi informasi merancang kecerdasan buatan yang bisa merapikan naskah dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Xerpihan juga memberikan layanan personal, seperti proofreading, translation, subtitle, dan transkripsi. TEMPO/Nita Dian
Xerpihan dipasarkan secara business to customer (B2C), di mana calon pengguna pengguna hanya perlu mengisi page order dan membayar pada kanal transaksi yang telah disediakan. Xerpihan memungut tarif mulai dari Rp 250 ribu per 3.500 kata dalam bahasa Indonesia dan 2.500 kata dalam bahasa Inggris.
Yasa mengatakan skema B2C tersebut membutuhkan waktu dan sumber daya yang besar. Apalagi Xerpihan masih membutuhkan lebih banyak portofolio dan promosi melalui media sosial untuk menarik konsumen. Yasa pun mengajak Satria Hafizh Rizkitama Harsono, rekan lama yang berprofesi sebagai software engineer, untuk membantu memecahkan persoalan teknis. Sejak Satria bergabung, aplikasi Xerpihan mulai dilengkapi fasilitas speech to text atau mengubah suara menjadi tulisan.
Dengan inovasi tersebut, Yasa dan tim Xerpihan mulai mencari klien korporasi. “Kami mencoba B-to-B secara perlahan,” tutur dia. “Model bisnis ini dijalankan sambil memperbaiki user interface (UI) dan user experience (UX).”
Meski bukan pemain tunggal dalam jasa penyuntingan, Yasa mengklaim hanya sistem pemesanan Xerpihan yang tersedia secara otomatis. Selain jasa utamanya, Xerpihan menyiapkan konten edukasi bagi pengguna. Hingga saat ini, ada tujuh kegiatan Xerpihan yang melibatkan penulis ternama dan editor profesional.
Sambil menambah sumber daya, Yasa masih mencari calon pemodal eksternal. Dia berharap start-up Xerpihan bisa disokong entitas ventura kelas dunia. Yang terbaru, perusahaan sedang menyiapkan layanan audio-to-text dan writing assistant untuk naskah bahasa Indonesia dan Inggris. “Tahun ini kami berekspansi ke sektor tulisan kreatif.”
YOHANES PASKALIS
CEO Xerpihan, Yasa Nugroho (tengah depan), dan tim. Dok. Xerpihan
Profil
Nama: Xerpihan (dalam proses pendirian PT Xerpihan Kata Digital oleh notaris)
Awal berdiri: September 2020
Sektor usaha: jasa penerjemahan, proofreading, subtitle, dan transkrip teks.
Co-founder: Yasin Agung Nugroho (CEO dan co-founder) serta Satria Hafizh Rizkitama Harsono (co-founder)
Pendanaan: pribadi serta dari pendapatan layanan
Alamat: Jalan Semangu 4a, Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo