Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbagai produk kecantikan ditaruh dalam kondisi tak beraturan di Giant Ekstra Cibubur, Bogor, Jawa Barat. Jangankan petugas yang merapikan, karyawan yang biasanya menjaga etalase khusus kosmetik pun tak ada. Pada Selasa, 9 Juli lalu, konsumen mengambil sesuka hati barang yang akan dibeli. Tak sedikit yang membuka kotak kemasan, mencoba, lantas mengembalikannya asal-asalan bila tak sesuai dengan selera.
Begitulah kondisi supermarket yang akan ditutup pada akhir Juli ini tersebut. Manajemen mengobral semua jenis barang dengan potongan harga sampai 50 persen. “Diskon semua harga. Semua harus terjual habis. Hanya di toko ini,” begitu tulisan pada spanduk yang terbentang di dekat eskalator menuju area belanja, pekan lalu.
Giant Ekstra Cibubur satu dari enam gerai Grup Hero yang akan ditutup pada 28 Juli 2019. Lima gerai lain yang juga akan berhenti beroperasi adalah Giant Ekspres Cinere Mall, Giant Ekspres Mampang, Giant Ekspres Pondok Timur Tambun, Giant Ekstra Jatimakmur, dan Giant Ekstra Wisma Asri. Keenamnya berlokasi di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Kabar terbaru: Giant Ekstra di Maspion Square, Surabaya, juga akan stop beroperasi pada akhir Agustus nanti.
“Kami sedang melakukan transformasi bisnis agar mampu bersaing secara efektif dalam bisnis retail makanan di Indonesia,” ujar Direktur PT Hero Supermarket Tbk Hadrianus Wahyu Trikusumo dalam penjelasan tertulis, Kamis, 11 Juli lalu. Ia memaparkan, persaingan bisnis retail makanan di Indonesia meningkat beberapa tahun terakhir karena perubahan pola belanja konsumen. “Tantangan ini tidak hanya dialami Hero, tapi juga pelaku retail lain.”
Perseroan telah membuat tinjauan strategis tahun lalu. Hasilnya, perusahaan menilai perlu segera dilakukan perubahan pada bisnis makanan. “Menyadari tantangan ini dan kebutuhan untuk merespons perubahan permintaan pelanggan, kami mengatur kembali bisnis makanan yang menyebabkan dampak pada laporan 2018,” ia menambahkan.
Kinerja PT Hero terbilang buruk. Perusahaan merugi dua tahun berturut-turut. Pada akhir 2018, perseroan membukukan kerugian bersih Rp 1,25 triliun, melonjak dibanding posisi per Desember 2017 yang minus Rp 191 miliar. Padahal, pada akhir 2016, Hero masih memiliki laba bersih
Rp 120 miliar. Perusahaan mencatat pendapatan bersih tahun lalu turun 0,5 persen menjadi Rp 12,97 triliun. Penyebabnya: penjualan makanan susut 5 persen menjadi Rp 10,341 triliun.
Presiden Direktur Hero Patrik Lindvall dalam laporan keuangan 2018 menjelaskan bahwa supermarket dan hipermarket Giant membukukan penjualan lebih rendah dan peningkatan kerugian. Sebaliknya, Hero Supermarket berkontribusi positif karena perseroan meningkatkan standar kualitas, kesegaran, dan ketersediaan.
Grup Hero mengembangkan tiga jenis Giant. Pertama, Giant Ekstra dengan format toko hipermarket yang menawarkan berbagai produk makanan dan kebutuhan sehari-hari dalam satu atap. Kedua, Giant Ekspres, yang berkonsep supermarket. Yang terakhir Giant Mart dengan konsep minimarket. Dua jenis terakhir menawarkan produk makanan dan kebutuhan sehari-hari, tapi tidak selengkap dan seluas Giant Ekstra. Satu gerai bisnis makanan lain adalah Hero Supermarket.
Kinerja PT Hero Supermarket Tbk
Dalam bisnis nonmakanan, Hero mengelola Guardian Health & Beauty, juga gerai IKEA, yang menawarkan produk furnitur. Bisnis ini berkontribusi positif. Secara keseluruhan, penjualan tumbuh 21 persen menjadi Rp 2,629 triliun, terutama didorong promosi yang kuat pada kategori kecantikan di bisnis kesehatan dan kecantikan. Plus bertambahnya kunjungan ke toko IKEA dan peningkatan kontribusi dari bisnis e-commerce.
Patrik optimistis bisnis kesehatan dan kecantikan Guardian berpeluang tumbuh signifikan. Perseroan akan terus berekspansi mengembangkan format bisnis kesehatan dan kecantikan di Indonesia. Begitu pula investasi di bisnis IKEA, yang akan terus dilanjutkan dengan mempercepat pertumbuhan jaringan toko. “Kami telah memperbarui dan meluncurkan kembali platform online IKEA,” ucapnya.
Saat ini, pembangunan toko kedua IKEA di Jakarta Garden City sedang berlangsung. Perusahaan juga telah mendapat lokasi toko berikutnya di Bandung. Mereka pun berencana mengkonversi salah satu hipermarket Giant menjadi gerai IKEA. Ini akan menjadi proyek percontohan untuk memanfaatkan kembali lokasi bisnis makanan yang berkinerja buruk sekaligus mempercepat pengembangan bisnis IKEA.
Bukan baru kali ini kelompok usaha Hero menutup operasi tokonya. Sepanjang 2018, setidaknya ada 26 gerai Giant yang ditutup. Saat itu, manajemen telah mengidentifikasi pelemahan bisnis makanan. Sektor retail tertekan tak hanya oleh persaingan dalam industri, tapi juga oleh pemain online. Per Mei 2019, gerai Giant yang masih beroperasi sebanyak 125 unit.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti berpandangan, masyarakat kini memilih belanja ke minimarket yang juga menjual barang kebutuhan sehari-hari (fast-moving consumer goods/FMCG). Selain lebih dekat dengan permukiman, minimarket itu lebih memberikan kepraktisan karena konsumen tidak perlu mencari barang yang akan dibeli di area belanja yang luas.
Menurut Tjahya, hal itu tecermin dari hasil survei Nielsen yang menunjukkan konsumsi FMCG di retail modern tumbuh 6,6 persen. Rinciannya, minimarket tumbuh 12,1 persen, sementara supermarket dan hipermarket tumbuh negatif 6,8 persen.
Analis sektor retail dari Mirae Asset Sekuritas, Christine Natasya, menilai konsep hipermarket yang terlalu jumbo menyebabkan produktivitas tidak optimal. “Too big dan banyak penjualan yang kurang perlu,” tuturnya. Apalagi masyarakat era sekarang lebih suka berbelanja via online karena lebih murah atau ke minimarket yang lokasinya dekat.
Ketatnya persaingan bisnis retail juga dirasakan pemain lain, seperti PT Sarinah (Persero) dan PT Trans Retail Indonesia—pengelola Carrefour Indonesia dan Transmart. Juru bicara Trans Retail, Satria Hamid Ahmadi, mengatakan perusahaan telah memprediksi fenomena pergeseran pola belanja ke online lima-tujuh tahun lalu. Meski begitu, ia yakin sektor retail tidak akan pernah padam karena masyarakat terus membutuhkan konsumsi. Kuncinya: terus berinovasi dan berkreasi. “Harus menciptakan suasana toko agar konsumen tetap datang. Kalau jualan retail saja, mungkin sudah selesai.”
Sarinah memilih membuka peluang kerja sama dengan sejumlah pemain retail berplatform aplikasi yang sudah eksis, seperti Shopee dan Bukalapak. Direktur sekaligus analis Investa Saham Mandiri, Hans Kwee, mengingatkan bahwa kecenderungan perilaku generasi milenial harus diperhatikan. Sebab, kelompok ini yang akan menjadi pasar dan penentu arah industri retail ke depan.
Adapun Hero merencanakan transformasi dengan fokus utama pada bisnis supermarket dan hipermarket. Sedangkan IKEA akan berfokus pada strategi meningkatkan akses dan kenyamanan dengan mengembangkan bisnis online serta menambah jaringan toko.
RETNO SULISTYOWATI, EKO WAHYUDI, FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo