Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Gajah Nganggur Di Cilegon

Berdasarkan laporan dr Price Waterhouse & akuntan negara, PT. Krakatau Steel menderita kerugian yang tiap tahun makin bertambah. (eb)

13 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA kabar baik buat PT Krakatau Steel. Menurut Menko Ekuin/Ketua Bappenas Prof. Dr. Widjojo Nitisastro, India sudah menyatakan minat untuk membeli sejumlah besar besi spons dari pabrik baja di Cilegon, Jawa Barat. Pernyataan itu dikemukakan oleh Prof Widjojo pekan lalu, dalam perjalanan pulang dari New Delhi, ibukota India, bersama rombongan Presiden Soeharto. Tak dijelaskan oleh Menko lkuin Widjojo, kapan kiranya kapal-kapal mulai mengangkut besi spons dari pelabuhan Cigading, yang terletak dikompleks Krakatau Steel yang 2.300 hektar itu. Tapi pernyataan yang keluar dari Prof. Widjojo itu bisa dipastikan akan membuat lega Dir-Ut PT Krakatau Steel Ir. Tunky Ariwibowo. Besi spons, yang di kalangan industri dikenal sebagai adalah bahan baku untuk membuat baja. Termasuk salah satu produksi Krakatau Steel yang berhasil, besi spons itu kabarnya sulit untuk dijual. "Sekarang banyak menumpuk di Cilegon," kata sebuah sumber Krakatau Steel baru-baru ini kepada TEMPO . Menurut rencana, di akhir 1979 Krakatau Steel menghasilkan 500 ribu ton besi spons. Sedang di tahun 1980 ini, produksi besi spons diperkirakan mencapai dua kali jumlah itu. Adapun pabrik besi spons di Krakatau Steel memiliki kapasitas produksi sebanyak 2 juta ton serahun. Sampai sekarang banyak kapasitas yang masih berlebih di Krakatau Steel: selain besi spons, juga billet -- bahan baku untuk membuat besi baja berbentuk segi empat--dan wire rod, yakni bahan baku untuk membuat berbagai jenis kawat. Masih banyak lagi produksi jenisjenis besi dan baja yang belum mencapai sasaran produksi sepenuhnya di Krakatau Steel. Itu diakui oleh Dir-Ut Ariwibowo sendiri, ketika menerima Menteri Perindustrian A.R. Soehoed, di cilegon pertengahan November lalu. Tapi yang agaknya paling merisaukan para pejabat itu adalah tersiarnya berita bahwa Krakatau Steel yang sekarang menderita rugi yang bukan kepalang. Seperti diungkapkan koran Sinar Pagi, sejak tahun 1977 sampai dengan enam bulan pertama 1980, PT Krakatau Steel menderita rugi Rp 350 milyar (US$ 560 juta). Adapun sumbernya disebutkan berasal dari laporan kantor akuntan terkenal Price Waterhouse dan dari Akuntan Negara. Alkisah, laporan dari Price Waterhouse dan Akuntan Negara itu menyebutkan bahwa di tahun 1977 pabrik itu direncanakan merugi sebanyak Rp 7,6 milyar Tapi nyatanya kerugian yang diderita jauh lebih bcsar Rp 18,6 milyar. Setahun kemudian pabrik yang dipimpin Dir-Ut Ariwibowo itu memperkirakan akan mengidap rugi Rp 7,9 milyar, tak jauh berbeda dari yang direncanakan pada 1977. Tapi dalam praktek kerugian itu membengkak menjadi Rp 52,9 milyar. lalu di tahun 1979, lebih dahsyat lagi rcncana rugi adalah Rp 40,8 milyar, tapi kenyataan rugi mencapai Rp 87 milyar. Anehnya, rencana kerugian seperti dikemukakan pihak akuntan itu, semakin- besar saja. Maka pada 1980, kerugian pun direncanakan bakal mencapai Rp 158,6 milyar. Tapi dalam enam bulan pertama tahun l980 saja, proyek besi baJa yang masih banyak menganggur itu sudah merugi Rp 88,3 milyar. Kerugian selama dua kuartal itu, katanya, adalah berdasarkan laporan direksi, dan belum diperiksa oleh Akuntan Negara. Cacad Bawaan Kalau benar sampai begitu besar kerugiannya, pabrik besar itu masih saja merupakan suatu gajah nganggur (whiteelephant). Santoso Donoseputro, wakil ketua Komisi Vl DPR, dalam sebuah percakapan dengan TEMPO baru-baru ini mengibaratkan PT Krakatau Steel bagaikan seorang penderita penyakit "waterhoofd" --suatu cacad bawaan yang biasanya diderita oleh anak kecil yang berkepala besar. Kalau sinyalemen yang dikemukakan oleh Santoso itu benar, bisa dipastikan pabrik itu tak akan panjang usia. Tapi syukurlah Menteri Perindustrian A.R. Soehoed cepat-epat menjelaskan duduk soalnya, di depan Komisi VI DPR yang membidangi masalah Energi dan Penanaman Modal, 2 Desember. "Itu har.ya merupakan perkiraan rugi-laba yang dibuat oleh akuntan," katanya. Sedang ditinjau dari segi masuk keluarnya uang sesuai dengan arus-kas (cash-flow), menurut Soehoed, pabrik baja komplit (integrated) itu berjalan baik. "Krakatau Steel bukan sekedar pabrik saja, tapi merupakan suatu pusat pengembang an prasarana," kata Soehoed. Menurut Soehoed, beban investasi prasarana kira-kira sama besarnya dengan investasi yang mengalir ke unitunit produksi. Dengan kata lain, Menteri Perindustrian itu ingin berkata, Adalah tidak pada tempatnya kalau investasi di bidang prasarana, seperti pelabuhan dan jalanjalan dimasukkan dalam perhitungan untungrugi. "Jumlah kerugian seperti diungkapkan dalam koran bukan kerugian yang sebenarnya, rapi kerugian karena faktor biaya penyusutan," katanya. Bisa Menggelembung Mendukung kcterangan rekannya, Menteri PAN/Wakil Ketua Bappenas J.B. Sumarlin tak lupa memberikan contoh prasarana PLTU yang sebagian besar masih dibiarkan tak terpakai. Kelima PLTU yang dibuat perusahaan Jerman Siemens AG, sebagai proyek serah-kunci (turn-key) itu berjumlah 400 MW. "Tapi yang terpakai baru sekitar 80 megawatt (MW)," kata Sumarlin. Sebuah sumber yang mengetahui tak membantah, banyak proyek prasarana di Krakatau Steel yang kini masih menganga. Tapi menurut sumber itu kerugian sebanyak Rp 350 milyar itu tidak termasuk perhitungan biaya prasarana. "Itu melulu dilihat dari kegiatan unit-unit produksi," katanya. Bicara soal banyaknya uang yang sudah tertanam dalam proyek baja itu, sumber TFMPO itu memperkirakan tak kurang dari UU$ 2.7 milyar. "Itu termasuk penyelesaian seluruh tahap 1, termasuk kegiatan dalam tahun ini," kan-nya. Kalau diperhitungkan penanaman dalam tahap II, jumlahnya "bisa kembali menggelembung sampai di atas US$ 3,5 milyar," kata sumber tersebut. Beberapa pengamat merasa was-was juga melihat besarnya uang yang disedot ke dalam proyek itu. "Apalagi kalau ke-4 tahap jadi dilaksanakan," kata seorang pejabat Krakatau Steel di Jakarta. Pembagian investasi dalam empat tahapan itu, yang dikerjakan oleh perusahaan Kaiser Engineering dari AS, juga dikenal sebagai Master Plan PT Krakatau Steel. Dan sudah selesai dikerjakan pada akhir 1976.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus