Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pramugari jet pribadi RDG Airlines, Tamara Anggraeny, kembali diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus pencucian uang dari hasil gratifikasi dan suap Gubernur Papua nonaktif Lukas Emembe pada Jumat, 15 September 2023. Ini bukan pertama kali Tamara diperiksa KPK sebagai saksi. Pada 29 November 2022, Tamara pernah diperiksa bersama Roby selaku pegawai PT Mulia Multi Remitter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada pemeriksaan sebelumnya Tamara mengaku hanya ditanya-tanya soal jadwal penerbangan Lukas Enembe dengan pesawat pribadi, yang diakuinya beberapa kali dilakukan dengan dia bertindak sebagai awak kabin namun enggan menyebut tujuannya. Meski demikian, sosoknya sudah terlanjur menjadi sorotan publik, termasuk gaya hidupnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melirik akun Intagram miliknya, Tamara kerap memamerkan fotonya di tempat yang wah dengan busana yang tak kalah wah, seperti fotonya dengan latar Menara Eiffel di Paris, Prancis. Lalu, benarkah gaya hidup mewah identik dengan para awak kabin?
Gaya hidup gemerlap
Sebagian orang mungkin melihat gaya hidup para awak kabin begitu gemerlap. Gaji mereka dianggap cukup besar. Contohnya awak kabin maskapai Amerika Serikat, Delta dan United Airlines, yang bisa mendapatkan USD 25.000-60.000 (sekitar Rp. 375-900 juta) setahun. Namun menurut cabincrewhq.com, soal gaji tergantung pula pada maskapai di mana ia bekerja. Maskapai seperti Emirates, Etihad, Air Canada, dan Qatar Airways disebut berani menggaji tinggi awaknya.
Namun di balik bayaran yang tinggi itu, mereka juga harus berjuang dengan gaya hidup. Salah satunya, mereka juga sering menghabiskan uang untuk memenuhi gaya hidup yang tinggi. Contohnya, mereka biasa mendapatkan fasilitas mewah terkait pekerjaan dan ternyata dalam kehidupan di luar pekerjaan pun mereka berusaha untuk hidup dengan gaya yang sama sehingga sering membuang uang untuk hal-hal yang sebenarnya tak dibutuhkan.
Dalam beberapa kasus, gaji tak cukup untuk membiayai gaya hidup mentereng. Kebiasaan mahal yang sering dilakukan adalah belanja barang mahal dan liburan yang mewah, dan sering makan di tempat-tempat mewah. Gaya hidup yang gemerlap itulah yang sering mendatangkan anggapan miring terhadap para awak kabin atau pramugari karena banyak orang sanksi apakah gaji mereka cukup untuk melakoni gaya hidup kelas atas tersebut.
Pilihan Editor: Ingin Jadi Pramugari? Perhatikan 5 Syarat Umum ini