Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Telegraf dan Burung Dara

14 Mei 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Reuters bisa dibilang pemain paling tua di bisnis kantor berita. Paul Julius Reuter mendirikannya pada 1851. Ketika itu Reuter tinggal di Aachen, Jerman, yang juga dekat ke Belanda dan Belgia. Ia memulai bisnis kantor berita dengan menggunakan telegraf. Pemuda 34 tahun itu mengirimkan berita ke Brussels, Belgia, yang jaraknya sekitar 76 mil.

Selain itu, Reuter juga menggunakan jasa burung dara untuk bertukar informasi. Setahun kemudian Reuter memindahkan kantornya ke London, Inggris. Di negeri baru, bisnisnya malah makin bersinar. Apalagi setelah ia melakukan kontrak dengan bursa saham London. Reuters menyediakan layanan bursa saham kepada para pialang yang ada di Paris, Prancis.

Pada era 1980, Reuters berkembang makin pesat. Hampir semua surat kabar di berbagai belahan dunia menjadi pelanggan Reuters, yang memiliki kantor di 200 kota yang tersebar di 131 negara dalam 19 bahasa ini. Mulai 1964, Reuters sudah menggunakan jaringan komputer untuk memasok produknya. Dua puluh tahun kemudian Reuters menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan saham di bursa efek London dan Nasdaq di Amerika Serikat.

Sejak itu mereka terus mengepakkan sayap dengan membiakkan berbagai produk bisnis, tak hanya menyediakan berita seperti bisnis utamanya selama ini. Pada 1994 Reuters mendirikan televisi untuk pasar keuangan, sehingga mereka dapat menyediakan layanan data keuangan, baik di pasar uang maupun di bursa saham secara internasional.

Bisnis yang disebut belakangan itu kini malah menjadi lahan utama Reuters. Pendapatan dari bisnis berita jauh lebih kecil daripada yang diperoleh layanan data keuangan. Tahun lalu, misalnya, dari pendapatan Reuters sebesar US$ 5,1 miliar (Rp 46 triliun), sumbangan segmen media hanya US$ 338 juta atau tak lebih dari 7 persen.

Namun, dalam perkembangannya, kehadiran Bloomberg perlahan-lahan membuat mereka tertinggal. Terdorong keinginan kembali menjadi nomor satu, Reuters merombak manajemen dan menunjuk Thomas H. Glocer, orang Amerika, sebagai bos. Untuk pertama kalinya kantor berita ini dipimpin oleh seorang yang bukan wartawan.

Glocer, yang masuk pada 2001, langsung melakukan pembenahan, termasuk mengurangi karyawan. Dia juga menggagas berbagai produk baru agar dapat menang dalam persaingan. Beberapa produk itu antara lain jasa yang ditujukan pada penjual dan manajer aset, yakni dengan menyediakan informasi khusus tentang sekuritas, fixed-income, produk derivatif, dan perdagangan mata uang.

Kini, di bawah bendera Thomson-Reuters, setapak langkah baru akan diayunkan. Mereka ingin kembali menjadi yang terbesar tanpa meninggalkan ciri khasnya sejak dulu: mempertahankan independensi jurnalistiknya. Untuk yang satu ini, mereka tak mau berkompromi.

IB

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus