Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Iwan tanpa Lirik Liar

Lagu-lagu Iwan Fals tak lagi galak atau nakal, tapi terjual laris.

14 Mei 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gandhi yang dicari yang ada komedi Revolusi dinanti yang datang Azahari

Inilah penggalan lagu berjudul Rubah yang terdapat dalam album terbaru Iwan Fals bertajuk 50:50. Lagu ini masih menyisipkan aroma kritik. Namun, separuh album ini diisi lagu-lagu berbau cinta yang dibuat oleh beberapa rekan Iwan, seperti Bongky, Dewiq, Opick, Digo, dan Yockie Soeryoprayogo.

Ini strategi baru Musica Studio, perusahaan rekaman yang selama ini memproduksi lagu-lagu Iwan. Separuh dari 12 tembang dalam album ini adalah karya Iwan Fals dan selebihnya adalah karya orang lain. ”Ini kompromi untuk memperluas pasar,” kata Indrawaty Widjaja, Direktur Pengelola Musica. Mereka berharap penggemar loyal Iwan Fals masih bisa tune in, sementara mereka yang menyukai lagu-lagu cinta akan tertarik membelinya. Target Musica Studio yang memproduksi album ini, penjualannya bisa mencapai 150 ribu keping atau meraih Golden Platinum.

Di samping Rubah, lagu lain yang berbau sosial adalah Pulanglah. Ini adalah lagu yang khusus diciptakan Iwan untuk pejuang hak asasi manusia Munir. Iwan membuatnya saat ia berada di Sukabumi. Iwan menautkan rasa cinta kepada alam dengan penghormatan mendalam pada Munir. ”Jujur, aku kagum kepada Cak Munir,” kata Iwan.

Tembang yang kontemplatif, sedikit religius, ditulisnya dalam Ikan-Ikan. Pada lagu ini ia berbicara tentang kematian. Lebih kontemplatif tembang Cemburu. Ia mengatakan cemburu pada samudra yang menampung segalanya. Cemburu pada ombak yang selalu bergerak.

Betapapun semua itu masih memiliki Iwan Fals, namun kita memang tak lagi menemukan lagu-lagu Iwan yang provokatif.

Setelah album Swami, Iwan agaknya tak lagi meledak-ledak seperti ketika darah mudanya masih bergejolak. Kenakalannya dalam menuliskan lirik jauh berkurang. Apalagi, lagu cinta pada album 50:50 ini, yang tidak ditulisnya sendiri. Lembut, mendayu-dayu, dan tidak mewakili karakter Iwan Fals. ”Kadang aku memang tidak ’pede’ kalau membuat lagu bertema cinta sekarang ini,” demikian kilah Iwan saat konferensi pers.

Pencinta lagu Iwan Fals tak bakal menemui lirik cinta yang nakal dan kuat lagi seperti dalam Maaf Cintaku, Kembang Pete, Aku Antarkan, atau Lonteku. Sebuah ungkapan cinta yang terasa mewakili kalangan bawah, membumi, dan bukan di awang-awang.

Mendengarkan lagu-lagu cinta yang dinyanyikan Iwan di album ini terasa tak ada bedanya dengan tembang pop penyanyi lain saat ini. Kurang menggigit. Dan risih rasanya mendengar Iwan agak kenes. Meskipun pada penggarapan melibatkan orkestrasi garapan Addie M.S., tetap tak menunjukkan karakter Iwan Fals yang resah. Pada tembang Yang Tercinta karya Opick yang dipoles aransemen Addie M.S. memang syahdu, tapi rasanya kok malah lebih cocok jika tembang ini dibawakan almarhum Broery Pesolima ketimbang Iwan Fals.

Satu tembang yang mencoba merambah musik reggae bergulir dengan judul Mabuk Cinta. Aransemen Bongky (mantan anggota Slank, kini BIP), racikan reggae yang mengingatkan kita pada Anak Pantai-nya Imanez menyajikan lirik yang ringan, seringan musiknya. Atau, tembang Masih Bisa Cinta karya Dewiq, diaransemen Erwin Gutawa, dengan konsep pop rock yang kini tengah diusung banyak band baru. Lagu ini diakui Iwan sangat disukai putrinya, Anissa Cikal Rambu Basae. Sayang, aransemen Erwin terasa biasa, tak ada bedanya dengan gaya grup band Indonesia saat ini.

Kolaborasi yang melibatkan pencipta lagu lain bukan sekali ini dilakukan Iwan. Pada Juni 2003, Iwan melempar album Iwan Fals: In Collaboration With. Album ini masih menyisakan sifat nakalnya ketika ia membawakan karya Aziz Jamrud berjudul Ancur. Sisanya, lagu cinta yang tak jauh beda dengan album 50:50 ini. Dus, dua album terakhir ini serasa seperti album ”setengah hati” seorang Iwan Fals.

Andi Dewanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus