RUANG auditorium di lantai bawah Departemen Penerangan berubah.
Ada sudut penerima tamu, sejumlah meja kursi pengunjung, serta
banyak bahan informasi di rak-rak. Berkarpet tebal, warna hijau
muda, ruangan itu dilengkapi dua mesin teleks, bernomor 44349
dan 301 DEP JKT dan sebuah telepon 347091. Itulah serambi ruang
depan penerangan Pusat Informasi Nasional (PIN).
Diresmikan Menteri Penerangan Haji Harmoko pada Hari Kebangkitan
Nasional, 20 Mei lalu, PIN melengkapi perangkat penerangan
Deppen yang telah ada. Hadir ketiga Menko (Polkam, Ekuin, dan
Kesra) pada upacara peresmian itu. Semuanya diminta Harmoko
mengajukan pertanyaan dan pesan ke daerah.
Melalui telepon Menko Kesra H. Alamsyah Ratuperwiranegara
bertanya kepada Ka Kanwil Deppen Sumatera Barat tentang
persiapan penyelenggaraan MTQ Nasional ke-13 di Padang. Menko
Ekuin Ali Wardhana, yang dengan serius menghadapi mesin teleks,
tampak lancar berhubungan dengan Kanwil Deppen Jawa Tengah di
Semarang. Ia menanyakan perkembangan harga 9 bahan pokok.
Sementara Menko Polkam Surono agak tersendat-sendat mengetuk
teleks menyampaikan pesan kepada Kanwil Deppen Sul-Sel, agar
stabilitas nasional dipertahankan. Semua itu merupakan sekelumit
gambaran bagaimana kegiatan PIN selanjutnya.
Dengan tambahan ruang di lantai atas, yang disebut "dapur
pengolah", sedikitnya ada 34 pejabat, dari eselon I-IV (sekjen
sampai kepala seksi) dan staf, bertugas bergantian selama 24 jam
terus menerus. lara pejabat itu dikelompokkan dalam
bidang-bidang polkam, ekuin, dan kesra. Ada sejumlah desk untuk
tiap-tiap bidang itu. Mereka bertindak antara lain sebagai
pengumpul, pengolah, dan penghasil produk informasi bidang
masing-masing. Hasil kerja mereka ini selanjutnya diteruskan
kepada para petugas pelayanan penerangan yang berada di serambi
depan penerangan tadi.
Dengan pembagian bidang yang sama, para petugas pelayanan
penerangan bertugas menerima dan meniawab pertanyaan dari segala
kalangan masyarakat. Juga mereka melayani permintaan bahan
informasi, menyediakan bahan referensi dan mendistribusikan
bahan penerangan kepada media massa. Mereka semua terdiri dari
para pejabat dari semua direktorat jenderal yang ada di Deppen
(Penerangan Umum, RTF dan Pembinaan Pers dan Grafika).
"Kehadiran PIN akan memberi getaran penerangan yang lebih luas,"
kata Menpen Harmoko pada upacara itu. Pengumpulan dan pelayanan
segala macam informasi mengenai dan sekitar masalah pembangunan
memang jadi sasaran utama kegiatan PIN. Mengenai segala rencana
pembangunan, PIN memperolehnya dari Bappenas. Sedang bahan
informasi mengenai pelaksanaan dan hasil pembangunan, diperoleh
dari departemen dan lembaga pemerintah. "Tapi pada dasarnya
segala informasi, sepanjang hal itu diketahui dan ada pada PIN,
bisa diminta masyarakat," tutur Drs. M. Gultom, direktur
Penerangan Umum (Penum), Deppen. Ia juga penanggung jawab
sementara PIN, sampai penanggung jawab tetapnya ditunjuk Menpen.
"Tapi tak berarti kami serba tahu," kata Gultom lagi. Karena itu
bahan informasi yang belum dipunyai, PIN akan mengusahakannya
dari pihak lain. Bisa dari aparat Deppen sendiri atau dari
departemen dan instansi pemerintah lainnya. Juga dari daerah
yakni dari Kanwil Deppen (di daerah tingkat I) dan Kantor Deppen
Kabupaten/Kotamadya yang dilengkapi Puspenmas (Pusat Penerangan
Masyarakat). Penerangan-penerangan di wilayah ini selain memberi
bahan informasi untuk PIN juga mendapat suplai data informasi
dari PIN, yang diwajibkan melengkapinya di daerah masing-masing.
Sampai Sabtu siang, setelah PIN selamat melewati hari pertamanya
bekerja 24 jam terus menerus, memang banyak pertanyaan
diterimanya. Sejak pertanyaan mengenai data PIN dan
peresmiannya, sampai tentang berapa jumlah masjid dan sarana
peribadatan yang dibangun pemerintah, jumlah kendaraan di DRI
Jakarta, dan bunga deposito berjangka sampai April. Semuanya --
kebanyakan per telepon -- menurut petugas, "sudah dijawab,
kecuali tentang deposito yang belum lengkap, karena bank tutup."
Pertanyaan yang tak bisa dijawab secara cepat, dijanjikan
menjawabnya kemudian. Sedang penanya yang datang langsung ke
kantor PIN di Merdeka Barat, diwajibkan menuliskan nama dan
pertanyaannya dalam formulir rangkap dua. "Bukan untuk
mempersulit, tapi guna pendokumentasian dan memperlancar
pencarian kembali, bila permintaan informasi baru bisa dijawab
kemudian," tutur seorang petugas.
Selain pertanyaan dan permintaan informasi, PIN juga menerima
masukan bahan informasi dan berita dari masyarakat, berupa apa
pun. Termasuk berita mengenai SARA (suku, agama, ras, dan
antargolongan), yang menurut Gultom, PIN hanya akan
menyajikannya sesuai kebijaksanaan resmi yang diambil instansi
yang berkompeten. Sedang bahan yang disajikan merupakan
informasi yang sudah jadi keputusan resmi pemerintah. Karena
itu, kata Gultom, "PIN tidak melakukan sensur, misalnya, suatu
berita boleh disiarkan atau tidak."
Tampaknya fungsi PIN tak berbeda dengan perangkat RRI, TVRI, dan
lainnya. "Semua sarana penerangan itu merupakan pendukung PIN,"
kata Gultom. PIN dan perangkat penerangan di daerah, menurut
Gultom, "ibarat dalam suatu peperangan: fungsinya bagaikan
pasukan infantri, yang menyiapkan landasan untuk bergerak."
Karena itu, katanya, juru penerangan (jupen) di daerah memegang
peranan amat penting. Ia berdiri paling depan dalam memberikan
motivasi dan penerangan kepada masyarakat.
Tapi sesungguhnya PIN bukan organisasi baru. Pembentukannya
sudah tercantum dalam SK Menpen 1975. Ia merupakan salah satu
unit dari Direktorat Jenderal Penerangan Umum. Anggarannya juga
diambil dari anggaran Ditjen ini. Bahwa pembentukannya baru
terlaksana sewindu kemudian, karena terlebih dulu Puspenmas yang
harus dibangun, sebagai perangkat penerangan di daerah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini