Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tiga Menguak Pasar

Penjualan mobil tahun ini diperkirakan mencetak rekor tertinggi. Jet Lee main di angkot.

16 Agustus 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENJUALAN mobil tahun ini bisa dibilang melaju bak di sirkuit Formula Satu. Sampai semester pertama tahun ini, penjualan sudah mencapai 220 ribu unit. Para produsen berharap memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah (lihat tabel). Apalagi, menurut ”adat” di Indonesia, penjualan di semester kedua biasanya lebih bagus ketimbang paruh pertama. Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Bambang Trisulo, memperkirakan pertumbuhan penjualan mobil akan mencapai 15 persen. Angka itu jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional, yang hanya sekitar 4,5 persen. Pertumbuhan sangat tinggi ini membuat sejumlah produsen mobil internasional melirik Indonesia. Menurut Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Elektronika, dan Aneka, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Subagyo, ada tiga pabrikan yang berniat menjajal pasar Indonesia. Ia lalu menyebut Fiat (Italia), Proton (Malaysia), dan Great Wall Motor Company (Cina). Dari tiga nama ini, Proton paling siap. Mereka memang telah lama berancang-ancang masuk Indonesia. Bahkan, ”kereta” merek Proton telah hilir-mudik sejak enam tahun silam di jalanan Jakarta dalam bentuk taksi. Niat Proton masuk ke sini tak lepas dari kisutnya pasar mereka di Semenanjung. Presiden Komisaris PT Proton Edar Indonesia, A. Safiun, menilai orang Malaysia semakin kritis terhadap mode. ”Mereka ingin mobil model terbaru,” kata Safiun. Menciptakan model baru ini yang tak sanggup diikuti Proton. Kantong Proton tentu tak setebal produsen mobil kelas dunia, seperti Toyota, yang mampu membiayai pengembangan model. Langkah pertama Proton adalah membeli fasilitas perakitan mobil milik Ningz Pacific. Tapi, Safiun enggan mengungkap nilai pembelian pabrik itu. Namun, di Malaysia, Mohamad Shah Abu Bakar, Managing Director Tracoma Holding Bhd.—perusahaan induk Proton Holding Bhd.—menyebut dalam tahap awal Proton merencanakan investasi di Indonesia US$ 19 juta hingga US$ 22 juta (Rp 175 miliar-Rp 200 miliar). Investasi terbesar akan ditanamkan ke dua perusahaan. Pertama, Proton Edar Indonesia, yang akan menjadi agen tunggal pemegang merek (ATPM), dan distributor. Kepemilikan Proton Edar akan dibagi antara Proton Holding Bhd. (95 persen) dan pihak Indonesia (5 persen). Kedua, PT Proton Tracoma Motor sebagai unit perakit. Di perusahaan ini, Proton dan sang induk, Tracoma, akan berbagi saham 51 : 49. Proton Tracoma rencananya juga akan mencari order perakitan mobil merek lain. Perusahaan inilah yang membeli pabrik Ningz di Cikarang. Mengintip dokumen di Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Proton Edar telah mengajukan 13 tipe kendaraan bermotor dan semuanya sudah mendapat tanda pendaftaran tipe (TPT), prosedur yang harus dipenuhi sebelum menjual mobil di Indonesia. Sebagian besar tipe yang didaftarkan merupakan mobil jenis sedan, seperti Wira, Waja, Satria, dan Iswara. Proton Wira juga didaftarkan dalam tipe mobil kendaraan serbaguna (multi-purpose vehicle/MPV), jenis yang paling laris di sini. Dalam daftar TPT yang diajukan Proton, tercantum juga Proton Arena, kendaraan niaga berbentuk pick-up ukuran 5 ton. Dari sekian tipe yang didaftarkan, Wira disebut-sebut akan menjadi ”kereta” buatan Cikarang pertama yang melaju di jalanan. ”Jenis yang akan keluar pertama masih dibahas,” kata Safiun. Ia hanya membuka jadwal peluncuran Proton pertama pada Maret 2005. Sekitar enam bulan setelah itu, baru akan nongol Proton model kedua. Produsen mobil lain yang sedang menimbang membuka fasilitas perakitan di Indonesia adalah Great Wall Motor Company. Perusahaan ”Tembok Besar” ini berspesialisasi di kendaraan penumpang serbaguna (MPV) dan angkutan niaga, dari kelas pick-up hingga truk. Di negeri asalnya, Great Wall mengklaim mobil buatannya—berbasis mesin Isuzu—menguasai separuh pasar mobil Cina. Kapasitas produksi Great Wall per tahun mencapai 100 ribu unit. Produk Great Wall juga melanglang ke negara lain. Tak kurang dari 3.000 unit mobil diekspor Great Wall setiap tahun ke Timur Tengah, Asia Barat, Afrika Utara, dan Amerika Selatan. Langkah Great Wall memang belum sejauh Proton. Subagyo menyatakan, perusahaan ini baru sampai tahap memilih mitra di Indonesia, yaitu Bharata Indonesia. ”Kami sempat mengajak mereka melihat aset produksi Bharata,” kata Subagyo. Rupanya, Great Wall merasa cocok dengan perusahaan pelat merah yang berbasis di Gresik, Jawa Timur, itu. Pada akhir bulan ini, Great Wall dan Bharata, yang selama ini memproduksi alat berat, akan menandatangani nota kesepahaman dalam acara Indonesia Solo Exhibition di Beijing. Great Wall bukanlah produsen mobil Cina pertama yang menjelajah Indonesia. Sekitar tiga tahun lalu, ada enam perusahaan importir yang mengajukan izin memasukkan mobil dari Negeri Sam Kok itu. Merek yang akan diimpor adalah Chanagan, Wuling, Huang Hai, Jac Jianghuai, dan Zhongguo Jiangnan. Kelimanya sempat menjalani uji coba kelaikan jalan di Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Dari kelima jenis itu, hanya satu yang terdengar dipasarkan, yaitu Jet Lee. Mobil yang namanya persis bintang silat itu diproduksi oleh Chanagan Automobile Corporation. Jet Lee, yang mesinnya berkapasitas 970 cc, diberi nama Indonesia, Dast, oleh sang importir, Asia Motor Industry. Di tahap awal, Asia Motor mengimpor Dast, yang mirip Suzuki Carry, secara utuh. Harga Dast alias Jet Lee dibanderol Rp 40 juta. Di daerah pinggiran Jakarta seperti di Setu, Jakarta Timur, Dast tampak digunakan sebagai angkutan kota. Proton dan Great Wall diperkirakan akan memainkan jurus yang sama masuk pasar Indonesia. Mereka akan membidik pasar mobil penumpang kelas menengah ke bawah. Safiun secara terbuka mengakui, Proton akan bertarung harga dengan produsen lain. ”Harga kami pasti lebih murah dari harga mobil yang telah dipasarkan di sini,” katanya. Safiun juga menyatakan perusahaannya akan masuk segmen yang paling digandrungi masyarakat Indonesia, yaitu mobil serbaguna seperti Kijang. Potensi masyarakat membeli mobil diyakini Safiun masih akan meningkat. Rasio jumlah mobil terhadap jumlah penduduk di Indonesia relatif lebih kecil dibandingkan dengan di negara tetangga. Di Thailand tercatat 1 mobil untuk 116 penduduk, Singapura 1 : 34. Di Indonesia? Baru 1 : 620. ”Jika pertumbuhan ekonomi membaik, kemampuan membeli mobil ikut naik,” katanya, yakin. Namun, jika melihat fenomena penjualan mobil yang meroket tahun ini, pertumbuhan bukanlah satu-satunya faktor. Banjirnya fasilitas pembiayaan tak bisa dilupakan. ”Sekitar 70 persen mobil yang terjual merupakan mobil kreditan,” kata Joko Trisanyoto, Direktur Pemasaran Toyota Astra Motor. Tingkat suku bunga yang rendah, sementara penyaluran ke sektor riil masih macet, mendorong bank mengguyurkan uang mereka ke kredit konsumen. Di mata konsumen sendiri, membeli mobil pada saat ini dengan mencicil (bunga kredit sekitar 8 persen hingga 9 persen untuk kredit empat tahun) bisa jadi lebih menguntungkan ketimbang harus menabung di bank. Pasalnya, rata-rata bunga tabungan (akhir minggu lalu sekitar 6,4 persen) sudah di bawah laju inflasi tahunan (per akhir Juli mencapai 7,2 persen). Jadi, bagaimana peluang para pemain baru itu? Bambang menyebutkan tiga faktor fundamental yang bisa menjadi senjata bersaing. Produk yang bagus, manajemen perusahaan yang baik, dan dukungan dana yang besar. ”Setiap pemain baru harus mempunyai napas panjang karena persaingan semakin berat,” tuturnya. Harus dipertimbangkan pula, belakangan ini pasar semua kelas hampir sudah ada pemainnya, mulai kelas di bawah Rp 100 juta hingga di atas Rp 200 juta. Thomas Hadiwinata, M. Syakur Usman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus