Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) mencatat hingga Desember 2024, total kelolaan aset perusahaan mencapai Rp 25,1 triliun. Angka tersebut meningkat 4,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presiden Direktur BFI Finance Sutadi mengatakan, pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan piutang pembiayaan dikelola (managed receivables) yang keseluruhannya naik 9,6 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp 24,1 triliun. Sementara itu, pembiayaan baru mencapai Rp 20 triliun atau meningkat 5,1 persen yoy.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Porsi piutang pembiayaan terbanyak menurut Sutadi, adalah pembiayaan berjaminan kendaraan roda empat dan roda dua sebesar 59,5 persen. “Diikuti oleh pembiayaan alat berat dan mesin sebesar 15,5 persen, dan pembiayaan berjaminan properti sebesar 5,0 persen,” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip Kamis, 27 Februari 2025.
Pembiayaan untuk pembelian kendaraan roda empat bekas dan baru berkontribusi sebesar 16,1 persen. Sedangkan pembiayaan berbasis syariah dan lainnya sebesar 3,9 persen.
Pertumbuhan piutang tertinggi dilaporkan berasal dari segmen pembiayaan kendaraan roda empat bekas via showroom, yakni sebesar 35,3 persen (yoy). Peningkatan kinerja diiringi dengan kelolaan rasio pembiayaan diragukan dan macet atau Non Performing Financing (NPF) yang terjaga di posisi bruto 1,25 persen dan neto 0,21 persen hingga 31 Desember 2024.
Angka NPF ini disebut lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 1,36 persen. Serta jauh lebih rendah lagi dibandingkan rata-rata industri yang berada di level rasio bruto 2,70 persen. “Adapun NPF coverage tercatat sebesar 2,7 kali dari nilai NPF bruto, yang menunjukkan tingkat kehati-hatian perusahaan,” ucap Sutadi.
Rasio pinjaman terhadap ekuitas atau gearing ratio BFIN adalah 1,3 kali. Jauh di bawah batas maksimum yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan yakni 10 kali dan di bawah rata-rata dengan kisaran 2,31 kali.
Secara keseluruhan, Sutadi menambahkan, perusahaan membukukan total pendapatan sebesar Rp 6,3 triliun sepanjang 2024. Total perolehan laba setelah pajak senilai Rp1,6 triliun. Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) tercatat masing-masing sebesar 8,0 persen dan 15,7 persen.
Selain itu BFI melaporkan sumber pendanaan berkembang hingga Desember 2024. “Sumber pendanaan terbesar berasal dari pendanaan bank dalam negeri sebesar 60 persen dari total pinjaman Perusahaan, disusul oleh penerbitan obligasi sebesar 19 persen,” ujar Sutadi.