Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.

7 Oktober 2023 | 15.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pialang memperhatikan Tampilan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (24/10/2017).Foto Agung Rahmadiansyah/Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bursa Efek Indonesia atau BEI mencatat transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu. Apa sebabnya?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Penilaian BEI, I Gede Nyoman Yetna, membandingkan transaksi harian di bursa nasional pada tahun ini dengan tahun lalu. Dari sisi trading value, rata-rata transaksi harian pada 2022 adalah Rp 14,7 triliun, sedangkan per 29 September 2023 rata-rata transaksi harian sebesar Rp 10,5 triliun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Terjadi penurunan yang signifikan hampir 29 persen (year to date/YTD)," kata Nyoman dalam acara yang disiarkan akun YouTube Ruang Seminar TV pada Sabtu, 7 Oktober 2023.

Menurut Nyoman, penurunan juga terjadi di frekuensi perdagangan sebesar 10,2 persen YTD. Volume perdagangan juga menurun 11 persen YTD.

"Mengapa penurunan ini terjadi? Tentu kita sadari adanya shifting investasi dari para investor dengan new normal, perubahan dari pandemik menjadi endemik," ujar Nyoman.

Dia menyebut, kini investor memiliki lebih banyak kesempatan untuk memilih investasinya, baik dari sisi instrumen maupun sektor riil yang sudah menggeliat kembali karena situasi new normal itu.

Lebih lanjut, dia menyebut salah satu indikator untuk mengetahui kontribusi pasar modal terhadap pertumbuhan perekonomian nasional adalah rasio antara kapitalisasi market (market capitalization) dengan produk domestik bruto (gross domestic product/GDP).

"Kalau kita bandingkan dengan beberapa negara, saya zoom ke Thailand dan Singapura sebagai negara tetangga, total market cap to GDP pasar modal Indonesia masih relatif lebih rendah," kata Nyoman.

Dia menuturkan, rasio market cap to GDP Indonesia hanya 45 persen. Sementara rasio market cap to GDP Thailand dan Singapura masing-masing mencapai 97 persen dan 115 persen.

"Artinya adalah ruang pertumbuhan, opportunity pasar modal kita terhadap kontribusi produk domestik bruto Indonesia akan lebar ke depan," tutur dia. "Jadi ruang pertumbuhannya masih luas."

Amelia Rahima Sari

Amelia Rahima Sari

Alumnus Antropologi Universitas Airlangga ini mengawali karire jurnalistik di Tempo sejak 2021 lewat program magang plus selama setahun. Amel, begitu ia disapa, kembali ke Tempo pada 2023 sebagai reporter. Pernah meliput isu ekonomi bisnis, politik, dan kini tengah menjadi awak redaksi hukum kriminal. Ia menjadi juara 1 lomba menulis artikel antropologi Universitas Udayana pada 2020. Artikel yang menjuarai ajang tersebut lalu terbit di buku "Rekam Jejak Budaya Rempah di Nusantara".

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus