Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAWA Rudy Setyopurnomo pecah mendengar canda Kay Rala Xanana Gusmao, Perdana Menteri Timor Leste. Tak habis-habisnya Xanana memuji gaya diplomasi Gus Dur—sapaan akrab Abdurrahman Wahid—yang segar. Sore itu langit Dili cerah. Semilir angin meniup teras rumah dinas Xanana yang berada di pinggir Pantai Balibar.
"Gus Dur bertanya, Timor Leste minta apa," katanya membuka cerita. "Saya jawab, kalau minta dikasih enggak?" ujar Xanana, yang duduk di kursi rotan, Senin dua pekan lalu. "Gus Dur menjawab, hanya ada dua ‘Gus’ di dunia ini. Gus Dur di Indonesia dan Gusmao di Timor Leste, masak enggak dikasih?" Xanana didampingi orang kepercayaannya, Cirillo Cristovao, menerima Rudy bersama enam anak buahnya. Lengan kemeja putihnya dilipat, dua kancing atasnya dibiarkan terbuka.
Setelah mengisap rokok putih dalam-dalam, Xanana bertanya, "Ada apa jauh-jauh datang ke Dili?" Direktur Utama Merpati Airlines itu tak buru-buru menjawab. Ia menyerahkan cendera mata miniatur pesawat Merpati lalu berkata lirih, "Selamat terpilih lagi menjadi perdana menteri."
Pria yang baru dua bulan memimpin Merpati itu menyampaikan keinginannya menyokong transportasi udara Timor Leste. "Merpati milik Anda, Anda mau apa kami siap melayani," ucap Rudy. Bibir Xanana mengerucut, bola matanya terbelalak. "Waw!" ujarnya menoleh ke arah Cirillo. "Kita minta apa?" Cirillo hanya tersenyum. "Kita baru saja diberi Merpati, sudah ditawari minta lagi," kata Xanana sambil menunjuk ke arah miniatur pesawat. Seisi teras pun tertawa lepas.
Perbincangan Rudy dengan Xanana selama sekitar satu setengah jam tadi untuk memuluskan jalan Merpati membuka rute Dili-Kupang, Nusa Tenggara Timur, dan Dili-Darwin, Australia. Maskapai penerbangan pelat merah ini juga ingin menjadi flight carrier alias maskapai nasional Timor Leste. "Bendera Timor Leste bisa dipasang di pesawat Merpati," kata Rudy. Xanana menuturkan keinginan Rudy klop dengan komitmen Timor Leste-Indonesia dalam mengembangkan Dili, Kupang, dan Ambon menjadi satu kawasan ekonomi. "Kami sudah bersepakat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono," katanya.
Jeffry Winckler, Manajer Merpati Cabang Dili, mengatakan ada lima maskapai yang melayani penerbangan dari Dili, ibu kota Timor Leste. Merpati dan Batavia Air melayani rute Denpasar-Dili, Air Timor milik ÂSilkAir dari Singapura melayani Dili-Singapura, serta Airnorth dan Timor Air milik Vincent Aviation untuk Dili-Darwin, Australia. Penerbangan Dili-Darwin, dengan waktu tempuh 1 jam 50 menit, yang dibanderol Rp 3-5 juta (US$ 314-537) itu dinilai kelewat mahal. Bandingkan dengan Dili-Denpasar, dengan waktu perjalanan yang sama, cuma berharga Rp 1,1-2,1 juta. Itu sebabnya, Jeffry yakin Xanana akan merestui maskapai baru masuk, supaya harga turun.
Xanana menegaskan kunci meningkatkan hubungan ekonomi masyarakat Timor Leste, Indonesia, dan Australia adalah memperbanyak lalu lintas udara tiga negara tadi. Dalam dua dasawarsa ke depan, fokus pembangunan Timor Leste pada ekonomi dan pariwisata, sehingga ia berencana memugar Bandar Udara Baucau. Bandara ini dipilih lantaran landasannya lebih panjang ketimbang Bandara International Presidente Nicolau Lobato di Dili. "Nanti khusus untuk kargo," ujar Xanana.
Rute penerbangan Dili-Kupang juga mendesak dibuka karena lalu lintas orangnya cukup besar. Jika memilih perjalanan darat, mereka mesti keluar ongkos Rp 189 ribu atau US$ 20. Tak mengherankan bila beberapa maskapai swasta dalam negeri tergiur. "Ada yang sudah melobi Xanana," kata Jeffry.
Xanana tahu betul Merpati ingin jadi yang terdepan dalam bisnis penerbangan di negerinya. Ia meyakinkan Rudy bahwa Timor Leste tak pernah melupakan jasa Merpati, yang tak hengkang sewaktu kerusuhan memuncak di Timor Leste pada 2002 dan 2006. Namun pria 66 tahun itu tak mau mengumbar janji. "Tunggu setelah parlemen kami bersidang."
Perdana Menteri Timor Leste itu menutup obrolan dengan cerita pembicaraannya dengan Presiden Yudhoyono pada 2009. Kala itu, Xanana mengungkapkan pengalaman terbang dengan Merpati yang tak mulus karena pintu tak tertutup sempurna. Yudhoyono menanggapi serius, lalu menawarkan penerbangan dengan Garuda Indonesia untuk kembali ke Dili. Tapi tawaran itu ditolak halus. "Jangan anak tirikan Merpati," kata Xanana.
Akbar Tri Kurniawan (Dili)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo