Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

YLKI Minta Pemerintah Lebih Ketat Awasi Peredaran Obat Antibiotik

YLKI mendesak pemerintah untuk lebih ketat dalam mengawasi peredaran obat antibiotik di masyarakat.

1 Desember 2024 | 17.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau YLKI mendesak pemerintah untuk lebih ketat dalam mengawasi peredaran obat antibiotik di masyarakat. Menurut Ketua Plt Pengurus Harian YLKI, Indah Suksmaningsih, 70 persen obat antibiotik yang banyak beredar di pasar saat ini diperdagangkan tanpa resep dari dokter.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Ini membuktikan tidak ada pengawasan ketat yang dilakukan oleh pemerintah. Sehingga masyarakat bebas membeli antibiotik tanpa mendapatkan penjelasan dosis penggunaannya,” kata Indah dalam keterangan resminya seperti dikutip, Minggu, 01 Desember 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia melanjutkan berdasarkan hasil survei YLKI tahun 2020 lalu ditemukan lebih dari separuh responden tidak pernah berkonsultasi dahulu dengan dokter ketika membeli obat antibiotik. Dan di antara responden yang pernah membeli, lebih dari separuhnya menyatakan bahwa apoteker atau petugas yang ada di apotik atau toko obat tidak menanyakan atau meminta resep dokter terlebih dahulu.

“Pernyataan Kepala Badan POM yang mengungkap data penggunaan antibiotik tanpa resep dokter sebagai peringatan adanya bahaya resistensi pada manusia akibat penggunaan antibiotik yang berlebih,” ucapnya.

Selain itu, Indah juga menyinggung soal penggunaan obat antibiotik pada ayam ternak. Dalam studi YLKI tahun 2021 lalu, dari total 110 karkas ayam yang diuji, 80 persen di antaranya terkontaminasi bakteri kebal antibiotik. Hal ini menunjukkan banyak antibiotik dijual dipasaran tanpa resep dokter yang digunakan pada ternak, khususnya ayam broiler.

“Konsumen tentunya akan sangat dirugikan jika mengkonsumsi daging ayam yang sudah terkontaminasi bakteri resisten tersebut,” ujar dia.

Menyikapi hal tersebut YLKI meminta pemerintah untuk lebih mengetatkan pengawasan terkait peredaran obat antibiotik yang ada di lapangan. Ia juga menyarankan pemerintah untuk meninjau ulang regulasi pemberian atau pembelian antibiotik di apotik dan toko obat. Terutama penggunaan antibiotik di peternakan hewan, yang menurut World Health Organization (WHO) bisa menjadi sumber dari pandemi baru akibat bakteri yang resisten antibiotik.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus