Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Persaingan bisnis ride hailing diwarnai dengan munculnya pemain baru: Zendo.
Selain telah memiliki 700 pengemudi, Zendo saat ini telah merangkul 2.000 mitra di 70 kota di Indonesia.
Transaksi transportasi online diperkirakan mencapai Rp 12,66 triliun tahun ini.
OJEK daring yang dikelola Serikat Usaha Muhammadiyah, Zein Delivery Order alias Zendo, meramaikan persaingan bisnis layanan on-demand berbasis aplikasi digital atau ride-hailing. Mereka muncul di tengah pasar ojek online yang didominasi Gojek dan Grab.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Zendo telah mengaspal di Tulungagung, Jawa Timur, sejak 2015 dengan pendirinya Lutfy Azizah. Pada 2024, Zendo berkolaborasi dengan Serikat Usaha Muhammadiyah untuk mengembangkan sayapnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain memiliki 700 pengemudi, Zendo saat ini telah merangkul 2.000 mitra di 70 kota di Indonesia. Layanan yang ditawarkan beragam, dari transportasi sepeda motor dan mobil, belanja, jasa kebersihan, hingga pengiriman makanan ataupun barang.
Sekretaris Jenderal Serikat Usaha Muhammadiyah Ghufron Mustaqim mengatakan layanan Zendo yang dikelola institusinya sengaja dikonsep berbeda dengan platform lain. Dia mengklaim Zendo mengedepankan layanan, keamanan, dan harga yang terjangkau untuk lapisan masyarakat. Masyarakat yang ingin menggunakan layanan Zendo harus lebih dulu bergabung dalam grup WhatsApp. Setelah masuk grup, mereka bisa memesan lewat aplikasi perpesanan tersebut.
Begitu pula pengemudi Zendo. Sistem kerjanya berbeda dengan platform lain. Menurut Ghufron, driver akan mendapat pesanan sesuai dengan daftar antrean. Pengemudi yang selesai mengantar pelanggan akan berada di urutan paling bawah. Karena itu, para pengemudi tidak perlu berebut pelanggan seperti penyedia layanan lain. “Biar adil ke driver,” katanya ketika diwawancarai Tempo, Minggu, 19 Januari 2025.
Khusus para pengemudi Zendo di Tulungagung, kata Ghufron, mereka berstatus pegawai. Karena itu mereka mendapat tunjangan hari raya. Status itu berbeda dengan para driver platform lain yang menjadi mitra. Sementara itu, di kota lain, Ghufron mengatakan manajemen sedang mencari bentuk pengelolaan yang sesuai.
Munculnya Zendo tidak terlepas dari tumbuhnya bisnis ride-hailing di Indonesia. Google, Temasek, serta Bain & Company memproyeksikan gross merchandise value dari sektor ini bisa mencapai US$ 16,8 miliar.
Portal data dan statistik Statista juga mencatat pendapatan perusahaan ride-hailing di Indonesia meningkat. Pada 2023, revenue perusahaan ride-hailing mencapai US$ 3,27 miliar dan melambung menjadi US$ 3,51 miliar pada 2024.
Bukan hanya Zendo, Maxim Indonesia pun terus mengembangkan sayapnya. Pada awal tahun ini Maxim sudah menjangkau 301 kota di Indonesia. Kota terakhir yang dijajaki Maxim adalah Sambaliung, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
“Setelah berhasil mencapai kota ke-100 di Labuan Bajo dan kota ke-200 di Magetan pada 2023, kami bersyukur pada awal 2025 Maxim dapat mencapai total 301 kota di Indonesia dalam kurun waktu yang relatif singkat,” ucap Development Director Maxim Indonesia Dirhamsyah.
Center of Economic and Law Studies (Celios) juga memperkirakan transaksi transportasi online pada tahun ini mencapai Rp 12,66 triliun. Jumlah itu meningkat dibanding pada 2023 yang mencapai Rp 11,94 triliun. “Kami masih melihat ada permintaan untuk bisnis ride-hailing ini seiring dengan kenaikan mobilitas masyarakat,” kata Direktur Ekonomi Digital Celios Nailul Huda, Rabu, 29 Januari 2025.
Nailul mengatakan persaingan bisnis ride-hailing juga akan makin terbuka, terutama di kota tier 2 dan 3. Dua wilayah ini dikategorikan kota menengah dan kota yang masih berkembang. Dia menyebutkan pangsa pasar kota besar atau tier 1 seperti Jakarta telah dikuasai dua pemain besar, yakni Gojek dan Grab.
Adapun platform anyar seperti Maxim, Zendo, Gorontalo-Jek, Ko-Jek di Kalimantan, Si-Jek di Situbondo, atau Jogja-Ride di Yogyakarta akan berjalan di aspal kota tier 2 dan tier 3. “Zendo dan sebagainya memang muncul di daerah yang belum dikuasai Gojek dan Grab,” kata Nailul.
Tumbuhnya bisnis ride-hailing juga berdampak pada bertambahnya jumlah pengemudi ojek online. Serikat Pekerja Angkutan Indonesia serta Asosiasi Pengemudi Transportasi dan Jasa Daring Indonesia memperkirakan ada 4 juta pengemudi ojol yang tersebar di Tanah Air pada 2024. Jumlah itu meningkat dari 2023 yang sebesar 3,1 juta. “Ada 1,25 juta ojol di Jabodetabek,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Transportasi dan Jasa Daring Indonesia Raden Igun Wicaksono, Rabu, 29 Januari 2025.
Peneliti Next Policy, Dwi Raihan, mengatakan munculnya pemain baru dalam bisnis ride-hailing ini memang akan memaksa sejumlah perusahaan besar, seperti Grab dan Gojek, berbagi kue pendapatan. Secara bisnis, Raihan mengatakan fenomena ini akan menciptakan ekosistem ride-hailing yang makin kompetitif. “Mendorong mereka berinovasi dan memperbaiki kualitas layanan,” tuturnya. ●
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo