Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

89 Mati Diantara Dua Kali

Wabah penyakit muntaber berjangkit di daerah sekitar kali setail dan kali baru di desa karangdoro, banyuwangi, menyebabkan 89 orang meninggal.

31 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WABAH itu mulai berjangkit Selasa jam tiga sore, I3 Desember 177. hampir bersamaan, waktunya, daerah sekitar Kali Baru dan Kali Setail terkena. Korban muntah dan belak air terus menerus. Penduduk yang mengerti menggunakan air gula dan air garam. Ini membuat korban tahan beberapa jam. Tetapi yang tidak memperoleh pengobatan darurat segera saja meninggal tiga sampai empat jam kemudian. Anak bungsu Kepala Desa Karangdoro yang berwarna Wiyono (7 tahun) waktu jam tiga sore muntah berak ia segera diminumi kedua macam cairan itu. Lalu dibawa ke Puskesmas Jaia. Wiyono memperoleh pertolongan pertama dengan infus cairan ringer solution. Ia berhasil diselamatkan. Segera saja Kepala Desa memerintahkan bagi yang sedang sakit untuk dikirim ke Puskesmas Jajag, Pesanggaran dan Genteng agar memperoleh pertolongan pertama. Kepala Desa meminta satu tim khusus untuk mendatangi desa Karangdoro. Sore harinya serombongan tim medis datang. Mereka bekerja siang malam tiga hari tiga malam, di pendopo kelurahan lama. Sementara itu delapan Puskesmas sejak hari Rabu siang sudah dibanjiri korban. Sampai 19 Desember 1977 jam 2.00, yang meninggal dalam perawatan Puskesmas tercatat 89 jiwa, anak-anak dan orang dewasa. Tapi jumlah korban secara menyeluruh masih dihitung terus. Tim medis dari Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten sejak malam itu begadang mendatangi desa-desa yang dijangkiti wabah. Menurut pengamatan, korban adalah penduduk desa-desa yang dekat dengan aliran kedua sungai, "sehingga mungkin wabah itu datang bersama aliran sungai itu," kata seorang Camat. Penjelasan itu cocok dengan perkiraan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi dr. Mohtar dan kepala P4M dr. Djatmiko Wahyudi. Lewat para Kepala Desa yang dekat dengan aliran kedua sungai itu penduduk diperintahkan agar tidak lagi menggunakan air sungai itu. Maka selama dua tiga hari kedua sungai jadi sepi. Sekitar 19 desa dari empat kecamatan di daerah Banyuwangi Selatan berkabung, membaca tahlil. Di mana kira-kira sumber wabah ini? Diperkirakan, penyebabnya adalah sekelompok orang luar daerah Banyuwangi. Mereka adalah peleles. Leles adalah mencari sisa kopi di perkebunan kopi yang habis dipanen. Kopi yang, berjatuhan atau yang masih tinggal di pohon mereka kumpulkan. Mereka datang dari Jember, Banyuwangi Bondowoso sampai Probolinggo. Jumlahnya sekitar enam sampai tujuh ribu orang. Mereka bekerja siang malam. Kurang lebih sebulan mereka bergerak dari satu kebun ke kebun lain. Pemilik kebun atau pihak keamanan kebun sudah tak kuasa lagi membendung mereka. Banyak di antaranya yang jatuh sakit. Ada sekitar 30 orang yang kena muntaber. Mereka bisa ditolong. Tapi "diperkirakan mereka inilah yang meninggalkan bibit-bibit penyakit ini di tanah-tanah perkebunan," kata seorang pegawai kesehatan di Genteng. Tapi dan mana wabah pembunuh 9 orang itu datang, persisnya belum ada yang tahu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus