Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENTERI Perminyakan Irak, Tayeh Abdul Karim, ternyata memang tak
menghadiri konperensi persatuan negara eksportir minyak (OPEC)
di Caracas, dengan alasan sakit. Tapi seperti sudah diperkirakan
sebelumnya, Irak merasa tak lagi "lucu" untuk menghadiri suatu
konperensi yang sudah bisa dipastikan tak akan menaikkan harga
minyak. Sama halnya seperti waktu di Bali, di ibukota Venezuela
itu ke-13 anggota OPEC gagal mencapai suatu persetujuan tentang
harga minyak. Dengan kata lain, harga yang rata-rata $ 12,70 per
barrel itu akan tetap berlaku sampai mereka bertemu lagi 6
bulan kemudian.
Tapi berbeda dengan di Bali yang sempat membuat Sheikh .Zaki
Yamani keluar sidang dan hampir saja pulang, di Caracas
--sekalipun dikabarkan kurang enak badan -- Menteri Perminyakan
Arab Saudi itu tak merasa perlu untuk ngotot kali ini. Iran,
yang mulanya dikenal paling ngotot untuk menaikkan harga, di
Caracas sikapnya berubah 180 derajat menjadi paling anti.
Padunya dua raksasa minyak yang sama-sama kerajaan itu tak pelak
lagi membuat banyak anggota, yang mendesak kenaikan harga antara
510 untuk mengimbangi merosotnya nilai dollar, tak bisa banyak
berkutik. Iran yang seiring Arab Saudi menunjukkan sikap
'oposisi loyal' terhadap keinginan Amerika dan para konsumennya
di Eropa membuat kelompok keras seperti Aljazair dan Libia
kabarnya bertanya-tanya apakah OPEC kini masih bisa berperan
sebagai penentu harga.
Tangan Kosong
Tapi Yunani dan Menteri Yamshid Amouzegar dari Iran sebaliknya
berpendapat kenaikan harga sekarang akan memukul OPEC sendiri
dan negara berkembang lainnya mengingat masih besarnya
persediaan minyak yang ada. Yamani berjanji akan meninjau
kembali harga minyak, begitu surplus minyak sudah bisa teratasi.
Sampai kapan? Itulah soalnya.
Menteri Pertambangan Dr Moh. Sadli yang baru akan kembali pada
penutup tahun ini, terpaksa harus pulang dengan tangan kosong.
Bagi Indonesia pembekuan harga di Caracas berarti perlu mencari
tambahan Rp 250 milyar dari sumber lain. Ada dua jalan yang bisa
ditempuh, sekalipun Pemerintah bisa menaikkan harga minyak
dalam negeri: satu alternatif yang baik secara ekonomis maupun
politis kurang kena saat ini. Secara ekonomis itu akan sulit
mengingat kenaikan harga minyak bisa menyulut inflasi pada saat
produksi beras parah sesudah musim kering yang panjang. Secara
politis juga kurang kena karena MPR sebentar lagi akan
bersidang. Maka jalan yang masih terbuka agaknya adalah dengan
menaikkan pendapatan dari pajak dengan segala konsekwensinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo