Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sumber protein yang merupakan salah satu nutrisi penting bagi tubuh harus mudah dijangkau oleh seluruh masyarakat untuk menghadapi tantangan ketahanan pangan dan malnutrisi di dunia. “Meskipun ukurannya kecil, kacang-kacangan tidak boleh kita sepelekan. Mereka memiliki kandungan gizi yang tinggi dan manfaat yang luar biasa untuk menanggulangi kerawanan pangan dan masalah gizi,” ujar Yurdi Yasmi, Direktur Divisi Produksi dan Perlindungan Tanaman, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) dalam peringatan Hari Kacang-kacangan Sedunia pada 10 Februari 2025.
Masyarakat diharapkan dapat mengakses sumber protein dengan harga murah. Namun, Indonesia masih memiliki tantangan dalam memenuhi sumber protein. Hal tersebut juga diperparah akan kekhawatiran terkait peningkatan angka kekurangan dan kelebihan gizi, khususnya stunting dan obesitas.
Banyak masyarakat yang berpikir bahwa daging dan susu merupakan sumber protein paling utama. Nyatanya, sumber protein juga dapat diperoleh dari kacang-kacangan. Kacang-kacangan merupakan biji yang dapat ditanam dari tanaman polong-polongan yang dibudidayakan untuk dikonsumsi. Selain mudah didapatkan, harga kacang-kacangan lebih terjangkau bagi masyarakat.
Kacang-kacangan kaya akan serat larut air, vitamin, dan mineral yang membantu menurunkan kolesterol. Kacang-kacangan baik untuk dikonsumsi karena rendah lemak dan mampu mengendalikan gula darah. Selain itu, kacang-kacangan juga memiliki manfaat untuk membantu mencegah dan menurunkan risiko penyakit, seperti diabetes dan penyakit jantung.
“Kacang-kacangan diharapkan dapat menjadi lebih populer dalam pertanian dan untuk dikonsumsi maupun dalam pola makan, karena harganya yang terjangkau serta manfaatnya bagi kesehatan, dan lingkungan,” kata Yurdi.
FAO memperkirakan bahwa konsumsi kacang-kacangan global per orang rata-rata dapat meningkat dari yang awalnya 7 kg per tahun pada 2022 menjadi 8,6 kg per tahun pada 2032. Indonesia menjadi salah satu negara yang menghasilkan komoditas unggulan kacang-kacangan terbesar di Asia. Pada 2018-2019, Indonesia berhasil menyumbang hampir 8,5 persen dari produksi kacang-kacangan global.
Kacang-kacangan merupakan kunci bagi sistem pertanian tangguh. Produksi kacang-kacangan dapat mendukung kesuburan tanah melalui fiksasi nitrogen dengan rotasi tanaman. Mengembangkan kacang-kacangan sebagai komoditas pertanian juga dapat membantu memulihkan degradasi lahan. Kacang-kacangan membantu mengatasi perubahan iklim karena tumbuhan tersebut mampu beradaptasi dalam kondisi cuaca yang ekstrem dan dapat tumbuh meskipun kondisi tanah kekurangan unsur hara.
Kacang-kacangan juga meningkatkan penyerapan karbon dalam tanah serta membantu memutus siklus hama secara alami. Sebagai tanaman yang sering menjadi bagian dari sistem tumpang sari, kacang-kacangan dapat mengurangi erosi pada tanah sekaligus meningkatkan produktivitas lahan secara keseluruhan.
Kacang-kacangan telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu bagian dari bahan pangan nabati di Indonesia. Olahan kacang-kacangan telah menjadi menu sehari-hari, seperti misalnya tempe, tahu, dan kudapan lokal lainnya. Kacang-kacangan menjadi salah satu komponen dari Skor Pola Pangan Harapan (PPH) untuk mengukur kualitas pangan dan menjadi indikator kecukupan gizi.
Berdasarkan data dari Bappenas, Indonesia memiliki lebih dari 12.000 jenis kacang-kacangan. Akan tetapi, hanya sebagian kecil dari jenis kacang-kacangan tersebut yang dikonsumsi oleh masyarakat. Kekayaan bahan pangan yang dimiliki Indonesia tersebut tidak boleh dibiarkan tanpa diolah secara maksimal.
Contoh kacang-kacangan lokal bergizi tinggi yang sering dilupakan adalah kacang tolo (Vigna unguiculata) dan kacang komak atau koro (Lablab purpureus). Kacang-kacangan tersebut dapat diolah menjadi kudapan dan makanan khas nusantara tinggi protein. Berbagai inovasi juga tengah dikembangkan dengan melibatkan kacang-kacangan tersebut sebagai bahan untuk memproduksi tempe dan tahu dari varietas kacang-kacangan lokal pengganti kedelai.
“Ragam kacang-kacangan Indonesia yang kaya ini mungkin sering kali terlupakan di wilayah perkotaan. Namun, di pedesaan, mereka adalah sumber protein dan sumber pendapatan sehari-hari bagi banyak petani keluarga,” ujar Rajendra Aryal, Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste.
Rajendra mengungkapkan bahwa petani keluarga memiliki peran penting dalam melestarikan keanekaragaman hayati untuk bahan pangan dan komoditas pertanian. Maka dari itu, upaya untuk mendukung pertanian keluarga untuk terus maju menjadi semangat dari program kemitraan antara FAO dan Kementerian Pertanian saat ini.
Rajendra mengatakan, “Pada Hari Kacang-Kacangan Sedunia hari ini, kami mengajak masyarakat Indonesia untuk merayakan keberagaman kacang-kacangan di Indonesia. Hari ini dan setiap hari, mari kita konsumsi lebih banyak kacang-kacangan lokal yang dapat ditemui di sekitar kita.”
Pilihan Editor: Sejarah FAO Memerangi Kelaparan dan Kemiskinan Dunia Sejak 1945
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini