Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Ancaman Mematikan Lepto spirosis

Korban leptospirosis pascabanjir 2007 belum sebanyak yang terjadi pada banjir 2002. Ada kemungkinan jumlah korban terus bertambah.

19 Februari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sarnata, 61 tahun, terbaring tak berdaya di ruang perawatan Mawar, Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, Jakarta Pusat. Jarum infus menancap di pergelangan tangannya. Sudah lebih dari sepekan lelaki tua itu menjalani perawatan intensif karena positif terkena penyakit leptospirosis.

Penyakit ini menyerang setelah banjir menggenangi rumahnya di kawasan permukiman padat Ketapang Utara I, Krukut, Jakarta Barat, pada 2 Februari lalu. Kondisi ini memaksa dia dan keluarganya lebih banyak berkubang di genangan air kotor, sebelum tinggal di pos pengungsian.

Tiga hari setelah banjir melanda kawasan itu, Sarnata mulai merasa tak enak badan. Suhu tubuhnya meninggi. Kepada istrinya, dia mengeluh sakit kepala, mual, dan nyeri-nyeri di beberapa bagian tubuh. Sarnata akhirnya dilarikan ke RSUD Tarakan saat kondisi kesehatannya kian melorot. Ketika itu, Sarnata sudah setengah sadar.

Wakil Direktur Pelayanan RSUD Tarakan Dokter Sutirto Basuki, SpKK, MKes, mengatakan, saat datang, kondisi Sarnata sudah sangat parah. ”Ginjal dan hatinya sudah terganggu. Otaknya juga terganggu,” katanya. Penyakitnya sudah memasuki stadium tiga alias terakhir. Kondisinya harus terus dimonitor.

Menurut Basuki, Sarnata adalah pasien pertama di rumah sakit tersebut yang didiagnosis terkena leptospirosis. Memang masih ada seorang korban banjir asal Karet Tengsin, Jakarta Pusat, bernama Tabrani, 44 tahun, yang menderita penyakit sama. Hanya, Tabrani masih pada stadium ringan. ”Sekarang dia sudah mulai stabil. Demamnya sudah turun,” kata Basuki.

Menurut H Nazir, dokter spesialis penyakit dalam RSUD Tarakan, berat-ringannya kondisi pasien leptospirosis bergantung pada daya tahan tubuh seseorang dan cepat-lambatnya korban mendapat pengobatan. Selain itu, jenis dan banyaknya bakteri leptospira—nama bakteri leptospirosis—yang menginfeksi turut berpengaruh. ”Kadang-kadang orang yang mengidap leptospirosis tak cuma terjangkit satu jenis leptospira, bisa sampai tiga jenis,” katanya. Saat ini diketahui ada lebih dari 250 jenis bakteri leptospira dengan derajat keganasan berbeda-beda.

Leptospirosis ditularkan hewan atau lazim dikenal sebagai penyakit zoonosis. Penyakit ini menular melalui cairan yang tercemar bakteri leptospira dari kencing hewan yang terinfeksi, terutama tikus. Babi, sapi, kambing, domba, kuda, anjing, dan kucing juga bisa menjadi sumber penularan.

Penyakit ini sulit dihindari ketika banjir karena banyaknya genangan air keruh dan kotor. Selain itu, daya tahan tubuh para korban banjir yang lemah membuat penyakit ini lebih gampang mampir. Untuk itu, orang yang ”bergaul” dengan air (bekas) banjir harus waspada. ”Kalau mulai demam, segera memeriksakan diri ke dokter,” kata Nazir. Obat-obatan antibiotik, semacam amoxicillin atau doxycycline, cukup ampuh untuk mencegah memburuknya leptospirosis tahap dini.

Gejala awal leptospirosis adalah demam, seperti flu, disertai sakit kepala. Korban juga akan merasakan nyeri pada otot-otot, terutama otot betis. Beberapa hari kemudian, mata menguning dan air kencing menjadi kecokelatan seperti teh. Pada beberapa pasien, bahkan seluruh tubuhnya menguning. Pada stadium lanjut, penyakit ini bakal merusak organ lain, seperti ginjal dan hati (lihat infografis).

Yang juga harus diwaspadai, ternyata tak semua serangan leptospira menunjukkan gejala. Menurut Nazir, 15-40 persen kasus leptospirosis tidak menunjukkan gejala sama sekali. Kalaupun ada gejala, umumnya tergolong ringan dan tidak spesifik. ”Mirip infeksi biasa,” katanya.

Spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr Ari Fahrial Syam, menambahkan bahwa leptospirosis sering disebut sebagai demam kuning. Penyakit ini juga dikategorikan sebagai hepatitis nonvirus. Yang pasti, leptospirosis termasuk penyakit yang berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. ”Terutama bila penanganannya terlambat,” ujar Ari.

Ari mengingatkan leptospirosis berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, terutama pascabanjir. Pada banjir besar 2002, penderita leptospirosis mencapai 113 orang, dan 20 di antaranya meninggal. Tahun ini, ”baru” delapan kasus yang dilaporkan. Dua pasien dirawat di Rumah Sakit Cengkareng, dua di RSUD Tangerang, dua di RS Fatmawati, dan sisanya di RS Tarakan.

Itu tak menutup kemungkinan jumlah korban bakal bertambah. Soalnya, masa inkubasi penyakit ini, atau waktu yang dibutuhkan mulai kontak seseorang dengan cairan yang tercemar hingga timbul gejala-gejala, berkisar dua hari sampai empat minggu. ”Jika tidak waspada, dalam satu-dua minggu ke depan makin banyak orang terinfeksi leptospira,” kata Ari.

Ancaman leptospirosis di Indonesia memang tidak bisa disepelekan. Menurut International Leptospirosis Society, lembaga internasional untuk penelitian dan penanganan leptospirosis yang didirikan pada 1994, Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia dalam jumlah korban meninggal akibat leptospirosis. Indonesia juga baru punya satu rumah sakit khusus untuk penanganan penyakit akibat infeksi, yaitu RS Prof Dr Sulianti Saroso, Jakarta.

Nunuy Nurhayati


Hingga saat ini belum ada vaksin yang dapat mencegah leptospirosis atau obat yang dapat menaklukkan penyakit ini, kecuali antibiotik yang bisa menangkal perkembangan bakteri ini pada stadium dini. Itu sebabnya langkah-langkah pencegahan sangat penting dilakukan setelah banjir surut.

  • Karena sumber penularan utama tikus, rumah dan lingkungan sekitar harus selalu bersih dari sampah, terutama sisa makanan yang biasanya menjadi daya tarik tikus.
  • Selalu menggunakan alas kaki pada saat membersihkan sampah.
  • Gunakan sarung tangan dan sepatu boot bila berkecimpung di air kotor dan secepat mungkin membersihkan bagian yang terkena air kotor dengan sabun.
  • Setelah banjir surut, siram tempat-tempat di rumah yang bekas digenangi air dengan cairan disinfektan (karbol).
  • Jika ada luka di tangan atau kaki, segera bersihkan dan bubuhi obat antiseptik dan segera tutup lukanya.
  • Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan dan minuman bergizi tinggi.
  • Segera berobat ke puskesmas/rumah bila suhu tubuh meningkat. Dianjurkan minum antibiotik.

Bakteri leptospira menginfeksi tikus dan berbagai binatang lain. Bakteri berbentuk spiral ini dapat bertahan kurang lebih satu bulan di air tawar.

Menginfeksi manusia melalui luka pada permukaan kulit, dan selaput lendir (mulut dan tenggorokan), misalnya ketika mencuci muka dengan air yang tercemar bakteri leptospira atau mengonsumsi makanan yang sempat terendam air yang mengandung bakteri tersebut.

Masa inkubasi sejak bakteri masuk ke dalam tubuh hingga muncul gejala sekitar dua hari sampai empat minggu.

STADIUM SATU Demam menggigil, sakit kepala, sakit otot, mual, muntah, diare.

STADIUM DUA Mata kemerahan, silau kalau terkena cahaya, nyeri di ulu hati, badan jadi kuning, otot betis sangat nyeri dan pegal, terutama bila ditekan secara paksa. Dari pemeriksaan akan ditemukan pembesaran organ hati atau limpa, dan berbagai tanda infeksi lain.

STADIUM TIGA Terjadi komplikasi beberapa hal di bawah ini yang bisa terjadi satu per satu atau bersamaan: Hati: sakit kuning Ginjal: gagal ginjal Jantung: berdebar tidak teratur, membengkak dan gagal jantung yang dapat mengakibatkan kematian mendadak. Pankreas: mual muntah berwarna kehijauan disertai nyeri di ulu hati. Otak: penurunan kesadaran. Paru-paru: batuk darah, nyeri dada, sesak napas.

Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernapasan, saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva). Pada kehamilan: keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus