Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perubahan iklim menjadi salah satu ancaman serius yang menghantui dunia saat ini. Dampaknya yang semakin nyata telah mengubah pola cuaca, meningkatkan suhu global, dan menyebabkan masalah-masalah ekstrem seperti kekeringan yang memprihatinkan. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan perubahan gaya hidup menjadi kunci mengantisipasi krisis air dampak perubahan iklim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Menghadapi perubahan iklim kuncinya itu kita harus berani mengubah gaya hidup selama ini,” kata Dwikorita, Senin, 16 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menjelaskan perubahan gaya hidup yang dimaksud adalah mengurangi penggunaan energi fosil dan beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan seperti listrik, surya, dan air. Kenaikan suhu bumi yang memicu krisis air disebabkan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida (CO2). Kenaikan konsentrasi CO2 ini berasal dari penggunaan energi fosil seperti kendaraan bermotor dan industri.
Ia mengatakan masyarakat perlu mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih ke transportasi umum untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab perubahan iklim.
"Jadi kita harus mengurangi penyebabnya, salah satunya mengendalikan gas rumah kaca karena itu asalnya dari energi fosil," paparnya.
Kekeringan panjang
Dwikorita mengatakan kenaikan suhu global akan menyebabkan kekeringan yang lebih panjang dan intens. Hal ini sudah mulai terlihat di Indonesia pada 2023, di mana sebagian wilayah mengalami kekeringan yang lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya.
“Menurut data global, di akhir abad ke-21 kenaikan suhu global bisa mencapai 3,5 derajat Celcius. Artinya, kekeringan akan semakin parah dan tidak pandang bulu, baik di negara maju maupun negara berkembang,” ujarnya.
Melihat urgensi perubahan ini, ia mendorong masyarakat mengadopsi gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Gaya hidup berwawasan lingkungan, yang sering disebut sebagai Green Lifestyle, adalah salah satu kunci mengatasi krisis perubahan iklim.
Dwikorita juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara negara dan sektor masyarakat untuk menghadapi krisis air yang disebabkan perubahan iklim. World Water Forum ke-10 yang akan digelar di Bali pada 2024 diharapkan dapat menjadi platform untuk memperkuat kerjasama ini. Ajang ini diharapkan akan menjadi momentum penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perubahan gaya hidup untuk mengantisipasi krisis air yang semakin nyata akibat perubahan iklim.