Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Paranoia merupakan gangguan kepribadian berkaitan proses berpikir yang membuat pengidapnya memiliki kecurigaan atau ketidakpercayaan yang tidak rasional terhadap orang lain.
Orang dengan paranoia mungkin dapat merasakan adanya ancaman bahaya meskipun mereka sebenarnya tidak dalam bahaya. Pikiran paranoid bisa menjadi gejala dari penyakit mental atau gangguan kepribadian.
Relatif Jarang Terjadi
Melansir Cleveland Clinic, paranoia relatif jarang terjadi. Para peneliti memperkirakan bahwa paranoia hanya mempengaruhi 0,5% hingga 4,5% dari populasi umum di Amerika Serikat. Sekitar 75% orang dengan paranoia memiliki gangguan kepribadian lain seperti gangguan avoidant dan borderline.
Setiap orang mengalami pikiran paranoid di beberapa titik dalam hidup mereka, tetapi paranoia adalah pengalaman gejala yang konstan dan tidak berdasar. Gejala paranoia bervariasi dalam tingkat keparahan dan dapat mengganggu semua bidang kehidupan. Gejalanya meliputi:
- Stres atau kecemasan yang konstan terkait dengan keyakinan yang mereka miliki tentang orang lain
- Ketidakpercayaan orang lain
- Merasa menjadi korban atau teraniaya ketika tidak ada ancaman
- Melakukan isolasi
Ketidakpercayaan dan kecemasan pada orang lain secara terus-menerus dapat membuat interaksi dengan orang lain menjadi sulit dan menyebabkan masalah dengan pekerjaan dan hubungan pribadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Melansir healthline, orang dengan paranoia dapat merasa bahwa orang lain berkomplot melawan mereka atau mencoba menyakiti mereka secara fisik atau mental. Mereka mungkin tidak dapat bekerja dengan orang lain dan dapat bermusuhan atau terpisah, yang kemudian dapat mengarah ke tindakan isolasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Penyebab paranoia biasanya terjadi karena gangguan kepribadian atau penyakit mental lainnya seperti skizofrenia. Belum sepenuhnya dapat dipahami mengapa sejumlah orang mengembangkan gangguan kepribadian. Hal ini bisa jadi merupakan kombinasi dari sejumlah faktor, seperti genetika, stress, dan masalah pada otak.
Penggunaan narkoba juga dapat menyebabkan paranoia. Penggunaan metamfetamin dapat menyebabkan perilaku paranoid dan delusi. Obat lain yang dapat menyebabkan proses berpikir paranoia meliputi PCP dan LSD.
Pengobatan paranoia tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan gejala dan mungkin termasuk pengobatan dan psikoterapi. Psikoterapi bertujuan untuk membantu orang dengan paranoia menerima kerentanan mereka, meningkatkan harga diri mereka, mengembangkan kepercayaan pada orang lain, dan belajar mengekspresikan dan menangani emosi dengan cara yang positif
HATTA MUARABAGJA
Baca juga : Akhirnya, Nicholas Saputra Unggah Foto Diri di Akun Media Sosialnya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.