Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Postbiotik merupakan zat yang diproduksi oleh mikroorganisme mati yang memberikan manfaat kesehatan inangnya. Sebagai produk perkembangan yang tersisa setelah probiotik memakan prebiotik, postbiotik termasuk zat yang disebut peptida, dikutip dari Health.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cara untuk menghasilkan postbiotik dalam tubuh mengonsumsi lebih banyak makanan prebiotik untuk memberi makan mikrob dalam usus. Misalnya, asparagus, bawang putih, bawang merah, dan pisang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Makanan kaya prebiotik lainnya, termasuk daun bawang, gandum, apel, kacang-kacangan, dan rumput laut. Ada pula konsumsi beberapa jenis probiotik seperti fermentasi sayuran, kefir, kombucha.
Manfaat postbiotik
Postbiotik diketahui memperlambat pertumbuhan bakteri berbahaya juga asam lemak rantai pendek. Itu memungkinkan bakteri baik untuk berkembang. Merujuk publikasi dalam jurnal Trends in Food Science and Technology, postbiotik terdapat senyawa yang meningkatkan pertumbuhan antara mikrobiota usus dan sistem kekebalan tubuh.
Postbiotik membantu menjaga kesehatan usus, mengurangi peradangan, mendukung sistem gula darah. Namun, orang dengan kekebalan yang terganggu membuat bakteri postbiotik rentan menyebabkan infeksi.
Ahli gastroenterologi Brian Weiner menjelaskan, postbiotik merupakan akhir dari probiotik dan prebiotik. Hasil akhir itu dibuat menjadi produk atau perawatan yang akan memiliki efek penyembuhan.
“Para ilmuwan membuat postbiotik ketika mereka mengambil bakteri, mencampurnya dalam wadah besar, membiarkannya menghasilkan senyawa bioaktif," katanya dilansir Cleveland Clinic. Setelah itu memasukkan bahan-bahan dalam bentuk pil atau yang serupa. "Harapannya produk akhir metabolisme bakteri ini memiliki manfaat terapeutik.”
Jika mengonsumsi suplemen probiotik untuk meningkatkan produksi postbiotik, berkemungkinan muncul efek samping pencernaan misalnya gas, kembung, dan ketaknyamanan perut ringan. Gejala ini cenderung menghilang setelah tubuh menyesuaikan diri.
BALQIS PRIMASARI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.