Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Covid-19 menyerang sistem pernapasan dan merusak kesehatan.
Latihan meditasi dan pernapasan dapat membantu menstabilkan kondisi paru-paru dan membangun kekebalan tubuh.
Meditasi secara daring menjadi solusi di tengah pandemi.
BRENDA ie-McRae mengajak seratus orang duduk tegak bersila dan rileks. Ia meminta semua peserta meditasi memejamkan mata, tersenyum, dan mengucapkan “semoga saya berbahagia” di dalam hati. Ia berkali-kali mengingatkan agar semua orang tersenyum dengan menaikkan ujung bibir dan mata untuk membangkitkan rasa bahagia. “Sis dan bro, ingatlah kebaikan yang sudah pernah kalian lakukan, misalnya menimang bayi” katanya.
Melalui aplikasi Zoom, instruktur meditasi cinta kasih dari Yayasan Dhammasukha Indonesia itu memandu meditasi daring Bulan Purnama Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) pada Jumat malam, 27 Agustus lalu. Selama 25 menit, Brenda mengajak peserta membayangkan teman spiritual dan mendoakannya agar bahagia. Tujuannya adalah mendapatkan energi cinta kasih dan menjaga imunitas tubuh.
Brenda menggunakan latihan meditasi berdasarkan ajaran Buddha kuno. Metode ini disebut meditasi pandangan terang, yaitu ketenangan dengan kebijaksanaan. Metode ini diajarkan oleh Bhikku Bhante Vimalaramsi Mahathera yang berlatih meditasi Vipassana atau menghapus penderitaan.
Saat membimbing meditasi, Brenda menekankan meditasi itu bisa dipraktikkan semua kalangan tak memandang keyakinan, jenis kelamin, dan umur. Meditasi cinta kasih bertujuan menenangkan batin, welas asih, tenang, dan bahagia.
Setiap peserta merasakan dampak meditasi yang berbeda-beda. Ada sensasi hangat di tubuh, nyaman, dan rileks. Sebagian orang baru pertama kali mengikuti meditasi dengan teknik transfer energi itu. “Mood saya jadi bagus,” ujar salah seorang peserta meditasi, Ni Luh Ayu Fatima Aphrodita.
BWCF menggelar meditasi Bulan Purnama secara daring bersama komunitas Yoga Patanjali sejak Februari lalu. Menurut kepercayaan masyarakat Cina, cahaya bulan menyerap energi dingin atau yin dan menurunkan energi yang atau panas dari tubuh manusia. Energi yang di antaranya amarah, dendam, dan dengki. “Bulan purnama menuntun orang pada energi positif,” ucap Direktur Eksekutif BWCF, Yessy Apriati.
Meditasi sebelumnya yang digelar pada 25 Juli lalu dipimpin guru yoga dan meditasi asal Meksiko, Inés Somelleraa. Berbeda dengan Brenda, Inés menggunakan teknik meditasi kesadaran, berpusat pada keheningan pikiran yang mengikuti naik-turun napas. Menurut salah seorang pendiri Empu Sendok Arts Station itu, memusatkan perhatian pada napas bermanfaat karena menenangkan pikiran. “Napas menjadi kendaraan. Tanpa napas tidak ada kehidupan,” katanya.
Kesadaran itu menyangkut kreativitas dan intuisi seseorang, faktor terpenting dari gaya hidup sehat. Meditasi, ucap koreografer tari ini, seperti doa yang memiliki efek menenangkan karena membantu orang mengendalikan emosi dan keadaan. Pada tingkat yang lebih dalam, hal ini membantu regenerasi jaringan tubuh. Jaringan itu menghubungkan organ, struktur tulang, dan aliran darah. Jaringan tubuh yang sehat membantu mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh.
Covid-19 menyerang sistem pernapasan dan merusak kesehatan. Dampaknya juga membuat orang stres, depresi, dan mengalami gangguan mental. Latihan meditasi dan pernapasan dapat membantu menstabilkan kondisi paru-paru dan membangun kekebalan tubuh. Meditasi mendukung pola hidup sehat seperti olahraga, asupan nutrisi tepat, pikiran positif, mengelola stres, dan rasa syukur.
Sesi meditasi yang dibimbing Inés melibatkan rohaniwan dan budayawan Gregorius Budi Subanar SJ yang mengantarkan semedi dengan nembang satu bait teks Sang Hyang Kamahayanikan, kitab Buddhis Jawa yang ditulis sekitar 929-947 Masehi oleh Mpu Shri Sambhara. Lagu yang telah disadur dalam bahasa Jawa itu mengajarkan puncak pengetahuan yang berhubungan dengan meditasi dan ucapan terima kasih kepada Tuhan.
Romo Banar membawakan tembang “Panyuwunan” karya mendiang Romo Kuntara Wiryamartana SJ. Sajak itu berisi permohonan kesabaran, kesehatan jiwa, obat, rasa percaya, dan syukur dalam suasana pagebluk yang penuh penderitaan. “Dalam kesabaran orang akan memiliki keleluasaan wawasan,” ujar Romo Banar.
Melatih kesabaran juga muncul dalam meditasi yang dibimbing dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia dan penasihat Urban & Spritual Society, Turita Indah Setyani, 27 Juni lalu. Turita yang mengkaji naskah sastra Jawa kuno menggunakan teknik meditasi yang terdapat dalam Serat Wirid Hidayat Jati, kitab Islam Kejawen karya Raden Ngabehi Ranggawarsita. Tekniknya sederhana, bernapas melalui hidung dan mengembuskannya juga lewat hidung.
Peserta meditasi hanya perlu memejamkan mata dan menekuk lidah ke langit-langit mulut. Teknik ini memperlancar peredaran darah, mengendalikan emosi, dan menenangkan pikiran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Yessy, jumlah peminat meditasi gratis itu meningkat sejak Februari hingga Agustus 2021. Awalnya pesertanya hanya 30 orang lalu bertambah hingga 200 orang. Mereka tertarik ikut meditasi karena mengalami tekanan atau frustrasi di tengah pandemi Covid-19.
Meningkatnya minat orang bermeditasi secara daring selama masa pandemi juga terjadi di layanan terapi kesehatan Toms Hepi Wellness Center. Sebelum pandemi merebak, layanan terapi ini menyediakan meditasi tatap muka di kantornya di Kecamatan Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pendirinya, Muhammad Arief Aditama, memindahkan meditasi tatap muka ke daring sejak awal masa pagebluk.
Toms—sapaan Muhammad—memberi nama meditasi gratis itu Immune Booster Meditation. Ia menggunakan metode fokus pada pikiran, perasaan, dan tubuh. Ia mengombinasikan teknik meditasi kuno dari khazanah ilmu pengobatan Cina dan teknik dari Barat.
Alumnus Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada itu membagikan lima materi sederhana tentang meditasi melalui aplikasi Telegram. Ada lima jenis tahap meditasi yang dia ajarkan. Pertama, meditasi dasar yang menekankan pada pernapasan. Selanjutnya, meditasi organ yang berfokus pada ketahanan fisik dan meditasi emosi mengendalikan kecemasan. Level berikutnya adalah meditasi semesta yang berhubungan dengan alam dan yang terakhir meditasi perisai untuk menangkal energi negatif.
Semua materi dan praktik meditasi itu dia bagikan melalui video dan Telegram sehingga setiap peserta bisa mempraktikkannya di rumah masing-masing. Setiap tahap meditasi mengambil durasi 20-30 menit.
Toms selama ini mempelajari pengobatan kuno Jawa dan Cina melalui berbagai pelatihan. Ia membuka pendaftaran kelas meditasi daring itu melalui akun Facebook dan Instagram Toms Hepi. Semula jumlah pesertanya hanya 30 dan kini bertambah menjadi 240 orang. Sebagian pesertanya adalah mahasiswa dari Jerman, Serbia, dan Lituania yang belajar di sejumlah kampus di Yogyakarta.
Dwi Rahmanto, salah seorang peserta meditasi, merasakan banyak manfaat kesehatan fisik dan pikiran yang didapatkannya. Dwi rutin bermeditasi dengan menggunakan petunjuk Toms di rumahnya. Setiap hari, dia meluangkan waktu 20 menit untuk bersemedi. “Pikiran dan batin jadi tenang. Hidup lebih bahagia,” ujar Dwi.
Panduan meditasi saat masa pandemi juga muncul pada film dokumenter serial yang ditayangkan Netflix. Bertajuk Headspace Guide to Meditation, ahli meditasi asal London, Andy Puddicombe, memandu meditasi delapan serial yang masing-masing berdurasi 20 menit.
Andy yang punya pengalaman bermeditasi di Pegunungan Himalaya, Tibet, dan belajar di biara, menggunakan tampilan animasi selama membuka hingga memandu meditasi. Visual animasi bernuansa cat air berwarna-warni, seperti pada langit biru, laut, dan bunga.
Ada juga gambar bergerak kera yang melompat-lompat dan mobil di jalan raya yang menggambarkan pikiran manusia yang berkelana dan kerap gelisah. Delapan episode tentang meditasi itu membantu orang mengatasi stres, rasa sakit, kemarahan, melepaskan masa lalu, dan menumbuhkan rasa syukur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo