Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Nyeri sering dikeluhkan sebagai salah satu gejala penyakit. Padahal, kini nyeri dapat menjadi sumber utama penyakit itu sendiri. Ketua Jakarta Pain Intervention, Neuromodulation, and Sonologist International Conference, dr. Alief Noeriyanto Rahman, mengatakan manajemen intervensi nyeri (IPM) dapat menunjang pengelolaan dan penanganan berbagai masalah nyeri secara lebih optimal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Nyeri merupakan suatu hal yang ditakuti oleh hampir semua pasien karena menimbulkan rasa tidak nyaman, berakibat pada terhambatnya aktivitas sehari-hari, dan secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas hidup pasien," katanya, Minggu, 21 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menjelaskan beragam jenis nyeri yang dirasakan seseorang, seperti nyeri akut, nyeri kronis, nyeri nosiseptif, nyeri viseral, nyeri somatik, nyeri neuropatik, bahkan nyeri siluman yang tidak diketahui asalnya dari mana. Menurutnya, penanganan nyeri merupakan hal kompleks, personal, dan berbeda pada setiap pasien, tergantung masalah kesehatan yang dimiliki.
Nyeri yang ditangani secara baik, terutama nyeri kronis, mampu meningkatkan kualitas hidup pasien. Dia menambahkan prosedur IPM adalah tindakan minimal invasif yang dilakukan dengan panduan alat untuk mengobati nyeri akut dan kronis secara jangka panjang atau permanen.
Pemulihan lebih cepat
IPM dilakukan dengan cara memasukkan obat, zat, atau alat tertentu ke dalam bagian tubuh tertentu yang menjadi sumber nyeri. Selanjutnya, saraf yang menjadi bagian dari perjalanan nyeri tersebut diblok menggunakan alat pemandu seperti ultrasonografi (USG), fluoroskopi, C-Arm, dan alat penunjang lain.
Dia menilai prosedur itu efektif dalam menangani sejumlah kasus nyeri karena sejumlah keunggulan, antara lain penggunaan bius lokal, sehingga risiko lebih kecil, membantu pasien mengurangi atau menghentikan konsumsi obat nyeri, bahkan pemulihan yang lebih cepat dan dini. Alief menambahkan nyeri berkembang menjadi suatu ilmu yang saat ini sangat populer di kalangan peneliti dan pendidik.
Selain itu, seiring semakin canggihnya teknologi, penyakit itu dapat ditangani dengan berbagai cara, baik terapi bedah maupun nonbedah. Ilmu nyeri yang semakin berkembang mendorong para ahli, khususnya di bidang kedokteran, untuk terus mendalami ilmu nyeri agar suatu saat dapat menjadi salah satu terapi konservatif, paliatif, bahkan definitif yang tentunya disesuaikan dengan kondisi pasien.
Pilihan Editor: Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter