Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Masih banyak rumah di luar Jakarta yang belum memiliki jamban sehingga warga masih buang air besar di sungai. Hal ini bisa mencemari lingkungan dan menyebarkan virus polio. Spesialis anak Wanda Gautami mengatakan penularan virus polio dapat terjadi apabila orang berkontak dengan kotoran yang sudah terinfeksi virus tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tinjanya, misal ada di air atau makanan yang dikonsumsi, itu akan jadi bahan penularan. Atau tangan kita menyentuh barang yang berkontak dengan tinja orang yang terinfeksi, virus itu juga bisa masuk ke mulut kita,” kata Wanda dalam diskusi daring yang digelar Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading, Selasa, 16 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menular lewat air liur
Lulusan Universitas Indonesia itu juga menjelaskan penularan polio bisa terjadi melalui air liur. Misalnya, berbagi makanan dengan orang lain atau bergantian alat makan. Selain berkontak dengan orang yang terjangkit virus polio, riwayat vaksin yang tidak lengkap juga bisa meningkatkan risiko anak terkena polio sebab tubuh tidak memiliki antibodi untuk mencegah atau melawan virus tersebut. Lalu, anak yang mengalami gizi buruk dan kebersihan di lingkungan tidak terjaga dengan baik juga berisiko lebih besar tertular virus polio.
“Misal vaksinnya sudah lengkap tapi gizi dan kebersihannya tidak dijaga dengan baik juga bisa menimbulkan risiko terinfeksi polio,” papar Wanda.
Ia pun mengimbau orang tua mengajarkan kebiasaan cuci tangan memakai sabun atau memberikan air dan makanan yang matang. Wanda berpesan kepada orang tua agar bisa memanaskan air atau makanan MPASI untuk anak di suhu 70 derajat Celcius selama 30 detik atau 60 derajat Celcius harus dipanaskan 30 menit untuk memastikan virus di dalamnya mati.