LOGAM berat selain mengganggu kesehatan, malah bisa menimbulkan kematian. Yang membuat bahan ini berbahaya, antara lain, tubuh lambat mengeluarkannya. Akibatnya, bahan tadi cenderung menumpuk dan terikat dengan jaringan, sehingga meracuni tubuh. Namun dalam jumlah tertentu juga bermanfaat bagi tubuh untuk membantu kerja enzim. Antara Cu, Pb, Hg, dan Fe, yang paling berbahaya adalah keracunan Hg. Ini bisa dilihat pada kasus Minamata -- korban berjatuhan di Jepang akibat keracunan air raksa ini. Kandungan Hg baru berbahaya bagi tubuh bila sudah mencapai angka 50-125 ppm. Walau senyawa Hg sukar menembus jaringan tubuh, efek racunnya bisa terjadi. Gejalanya, antara lain, di mulut timbul bercak abu-abu yang disertai nyeri. Hg dalam konsentarsi tinggi dapat mencapai epitel usus halus, hingga mendorong berak darah hebat dan shock yang membawa kematian. Gejala keracunan Hg menahun, di antaranya, menimbulkan radang gusi dan anemia. Gejala lain lazimnya muncul perubahan pada tingkah laku, seperti mudah tersinggung dan sulit tidur. Sedangkan pengaruh Pb berlangsung lambat dan awalnya biasanya tak diketahui. Karena itu sering dilakukan tes untuk mengetahui adanya penimbunan Pb dalam tubuh. Keracunan Pb pada anak lebih berbahaya daripada orang dewasa. Bagi mereka yang keadaannya normal dengan masukan 0,6 mg Pb sehari dalam jangka panjang dapat menderita keracunan. Misalnya, masukan Pb 2,5 mg sehari memerlukan waktu empat tahun, sedangkan masukan 3,5 mg hanya memerlukan beberapa bulan untuk mencapai keracunan. Gejalanya adalah, timbul mual dan muntah. Tahap selanjutnya mengundang rasa nyeri dan kelemahan pada otot. Lain lagi dengan Fe. Kelebihan zat besi ini, menurut hasil penelitian terakhir, bisa meningkatkan risiko penyakit jantung. Zat ini dapat mendorong pembentukan plaque (semacam kerak) di dinding pembuluh arteri, sehingga terjadi aterosklerosis, yaitu dinding pembuluh arteri jadi tebal dan mengeras. Dan kandungan zat besi ini mulai berbahaya jika sudah mencapai 200 mg. Walau demikian, dalam kondisi normal, zat besi tetap diper lukan tubuh. Dalam sel darah merah unsur besi terikat pada molekul hemoglobin yang bertugas membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Jika kekurangan zat ini juga bisa berakibat fatal, yakni muncul anemia (TEMPO, 3 Oktober 1992). Pada jumlah berapa bahan itu berbahaya bagi tubuh, tergantung kondisi tubuh masing-masing. Untuk Cu, misalnya, menurut Prof Iwan Darmansyah, bisa mengganggu mereka yang mempunyai penyakit keturunan, seperti menderita Wilson Deases, sehingga tubuhnya tidak mampu mengeluarkan logam berat itu dengan baik. Tentu bahan itu akan menumpuk dan meracuni tubuh. Menurut Iwan Darmansyah, keadaannya aman selama kandungan logam berat yang terdapat di makanan dalam syarat acceptable daily intake, bahan-bahan yang dimakan tiap hari tidak lebih dari 0,5 ppm. Alasan ahli farmakologi dari Universitas Indonesia ini: makanan yang dimakan sehari-hari toh tak terhindar dari bahan-bahan tersebut. Misalnya, kalau yang dimakan itu ikan laut, maka pasti mengandung Hg, karena laut sudah tercemar. Lalu Pb, biasanya bersumber dari asap kendaraan serta pipa air. Dan Cu terdapat pada makanan yang dimasak dengan bahan dari tembaga. Apalagi bagi makanan yang bersifat asam, maka bahan tembaga itu mudah larut dan masuk dalam makanan. "Kalau bahan itu dimakan tiap hari kurang dari 0,5 ppm maka tidak berbahaya, sampai orang itu mati," kata Iwan Darmasyah. Sedangkan madu, sampai diketahui mengandung logam berat, itu adalah karena kepiawaian peralatannya. Jadi, walau kandungannya sedikit toh masih terlacak. Apalagi terhadap madu yang tidak dikonsumsi tiap hari. Selama ini madu dikenal sebagai bahan untuk campuran jamu tradisonal, bahkan ada yang memanfaatkan untuk kecantikan. Dalam industri pangan bisa pula digunakan untuk bahan penyerta membuat kue. Produksi madu di Indonesia sekitar 700 ton per tahun, dengan konsumsinya baru mencapai sekitar 3 gram per kapita setahun. Komponen utama madu 90% adalah gula. Selain itu madu juga mengandung protein, serta 11 jenis asam amino, vitamin dan mineral dan bermacam enzim serta bahan mineral. Hasil survei yang dilakukan YLKI pada 40 responden di Jakarta ternyata madu itu 55,5% dipakai untuk kesehatan. Ada juga yang menggunakannya untuk anaknya agar menaikkan selera makan. Dan secara periodik, 51,3% menggunakan madu itu seminggu sekali. Gatot Triyanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini