Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Kapan terakhir kali Anda mencuci botol minum? Lakukanlah sekarang juga. Sebab, botol minum plastik bisa menjadi tempat tumbuh bakteri. Sebuah penelitian terbaru dari Brazil menunjukkan “shaker bottle” (botol minum) yang dapat digunakan lagi mungkin mengandung kotoran dengan jumlah yang lebih dari perkiraan.
Baca juga: Sekitar 18 Persen Kulit Alpukat Terinfeksi Bakteri? Cek Solusinya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam penelitian tersebut, para peneliti meminta 30 peserta olahraga untuk menyerahkan “shaker bottle” mereka untuk pengujian, dan membandingkan hasilnya dengan 30 botol yang tidak pernah digunakan. Mereka menemukan kontaminasi bakteri sebanyak 83 persen pada botol plastik bekas, sebagaimana dilansir Runners World, Kamis 3 januari 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yang paling umum adalah bakteri Staphylococcus aureus (ditemukan pada 27 persen botol) dan bakteri E. coli (ditemukan pada 17 persen).
“Kami secara mendadak meminta botol-botol di tempat olahraga. Kami meminta mereka secara mendadak untuk menghindari mereka membersihkannya secara berlebihan sebelum dilakukan tes ini," ujar penulis penelitian Gilmar Weber Senna, Ph.D., profesor di Federal University of State of Rio de Janeiro kepada Runner’s World.
Para pemilik botol tidak kaget dengan hasil penelitian yang mengatakan botol mereka kotor, ujar Philip Tierno, Ph.D., profesor mikrobiologi dan patologi di NYU School of Medicine. Pertama, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengumumkan sebenarnya bakteri Staphylococcus aureus ada di dalam hidung 30 persen manusia, dan umumnya tidak menyebabkan kerusakan. Begitu juga bakteri E. coli yang sebenarnya ada di saluran sistem pencernaan yang sehat. Walau begitu, CDC juga mengungkapkan bahwa jenis tertentu bakteri E.coli dapat menyebabkan penyakit diare.
Jadi seberapa besar kemungkinan botol minum membuat Anda sakit? Menurut Tierno, ada beberapa faktor yang diperhitungkan. Jumlah dan jenis bakteri yang ada, dan sistem kekebalan tubuh seseorang.
Menurut Tierno, bakteri berasal dari kontaminasi selama penanganannya. Banyak orang hanya mengisi botol, bakteri dapat berpindah melalui kontak tidak langsung. Jika Anda tidak mencuci tangan setelah dari toilet atau menyentuh wajah Anda, misalnya, Anda menyebarkan kuman ke botol.
“Cuci tangan selama 20 detik. Taruh sabun di bagian atas dan bawah tangan dan di antara sela-sela jari dan buku-buku kuku. Kemudian, basuh tangan seperti mencakar di tengah telapak tangan dengan arah berlawanan ke arah buku-buku kuku sembari menyanyikan lagu ‘Happy Birthday’ dua kali untuk mencuci tangan
Ia menyarankan agar orang menggunakan botol baja, logam, atau gelas jika memungkinkan, karena bakteri lebih mudah menempel pada plastik dan permukaan yang lebih kasar. Permukaan baja, logam, kaca yang lebih halus lebih mudah dibersihkan dan mencegah terbentuknya biofilm (tempat bakteri bisa tumbuh).
Baca juga: Tilik Bahaya Bakteri E. Coli dalam Jajanan Anak, Cek Daftarnya