JENNY Rachman jatuh cinta--pada pandangan pertama. "Begitu
melihat Jimny, saya ingin sekali punya kata bintang film
pemenang tiga piala Citra itu. Dan idaman hatinya itu akhirnya
dimilikinya beberapa bulan lalu Warna pilihannya: cokelat tua.
Sudah lama Jenny menyenangi kendaraan jenis jip. "Karakternya
gagah dan sportif," katanya--meskipun sudah punya Mercedes
Tiger wama putih.
Deretan pujian kepada jip memang, bisa panjang jika yang
mengucapkannya para penggemarnya sendiri. Kiki Maria, 20 tahun,
menyimpulkannya: "Buat jalan-jalan oke, kuliah boleh, kegunung
mantap, ke pesta juga keren. Pokoknya jip praktis, bisa dipakai
ke mana saja."
Jip tampaknya memang lagi in, pada golongan masyarakat
menengah atas. Semula kebanyakan penggemarnya terbatas pada
warga ABRI, pencinta alam dari remaja. Namun kini meluas. Makin
banyak wanita, kalangan eksekutif dan mereka yang berusia
setengah umur yang suka.
Perubahan selera ini mulai terjadi pada 1980 - terlihat dari
angka produksi kendaraan rakitan dalam negeri. Pada 1979, jumlah
produksi jip hanya 9.691 - dibanding sedan yang 15.060. Tahun
berikutnya, 1980, jip melonjak menjadi 21.158 dibanding sedan
yang 22.468.
Berbagai merk tersedia di pasaran. Yang menguasai tampaknya 4
besar: Cj-7 dari American Motor Company (.MC), Taft dan Hunder
keluaran Daihatsu, Jimny dan Super Jimny buatan Suzuki serta
Land Cruiser produksi Toyota. Harganya berkisar antara Rp 5,4
juta (Jimny) atau Rp 6,9 juta (Super Jimny) sampai sekitar Rp 9
juta untuk CJ-7 dengan bahan bakar solar.
Mengapa penggemar jip meluas? Kondisi jalan yang buruk?
Tampaknya bukan. Keadaan jalan di Indonesia boleh dikata kian
hari malah kian baik. Kemacetan lalu lintas yang makin
menjadi-jadi justru bisa menjadi salah satu alasan. Seperti
diungkapkan salah seorang penggemarnya, dengan mengendarai jip
"kita tidak takut senggolan".
Pesatnya pembangunan juga boleh jadi ikut melambungkan jumlah
permintaan pada jip: kendaraan dengan gardan ganda ini cocok
untuk dipakai dalam berbagai proyek. Juga makin meluasnya
kegemaran pada perjalanan lintas alam, termasuk camping dan
mendaki gunung. Hanya memang tak jelas, benarkah makin banyaknya
penggemar jip bisa diartikan bahwa nilai-nilai kejantanan (jip
itu "lambang kejantanan' ) sedang mengalami pasang naik di
Indonesia.
Melambungnya harga BBM, dalam pada itu mendapat imbangan dengan
munculnya berbagai jenis jip berbahan bakar irit dan murah,
khususnya solar. Dan ini sekali lagi mungkin ikut membantu
naiknya permintaan.
Lagi pula ruangan jip yang luas (tidak semuanya), memperkuat
citra sebagai kendaraan keluarga. "Lebih setengah produksi kami
dimiliki orang yang sudah .berkeluarga. Menurut pengakuan yang
kami terima 'tongkrongan' Toyota Land Cruiser tidak terlalu
'ngoboj' dan tempat duduknya luas," kata Dionysius Hendratmaka,
Kepala Humas PT Toyota-Astra Motor.
Bukan cuma remaja yang menyukai CJ-7. "Perbandingan pemakai
kendaraan kami, dari kalangan muda dan yang setengah umur atau
golongan eksekutif, sekitar separuh-separuh," ujar Hanafiaf dari
Bagian Penjualan PT Djakarta Motor Co.
Tapi Jimny tampaknya memang lebih disukai kalangan muda. Menurut
Bagian Penjualan PT Indo Mobil Uuma, sekitar 60% Jimny dimiliki
mereka itu. "Banyak pengusaha muda yang gemar kendaraan serba
guna ini," ujar Narry Kretarto.
SELAIN praktis, ada juga yang memilih jip karena alasan khusus.
"Seorang pembantu yang sudah lama ikut kami, tidak bisa
menekukkan kaki bila naik mobil. Jadi jip cocok buat keluarga,"
kata seorang direktur perusahaan di Jakarta. Ia menolak tawaran
mobil Honda Accord atau Peugeot sebagai mobil dinasnya.
Yang menarik, kepopuleran jip tampaknya mengagetkan sendiri para
agennya di Indonesia. "Semula kami ragu memproduksi Jimny.
Karena itu produksi petama kami pada akhir 1979 hanya seratus
unit," kata Soebronto Laras, Direktur Utama PT Indo Mobil Utama.
Di luar dugaan, kendaraan mungil itu laris. Kini perusahaannya
kewalahan, tidak bisa melayani permintaan yang tiap bulan
mencapai 600 unit.
Banyak penggemar jip yang merasa kurang sreg kalau tak
melengkapi kendaraannya dengan berbagai hiasan dan perlengkapan.
Perlengkapan luar umumnya meliputi kertas film, stiker
warna-warni yang per meter harganya Rp 3.500, kaca spion segi
empat di sisi pintu, lampu-lampu tambahan seperti Cibie dan
Hella di bemper depan. Yang kini sedang populer adalah lampu
blitz merk The Strobodo, yang menyala kelap-kelip bila pedal rem
diinjak, dan harganya sekitar Rp 30.000.
Karpet sesuai dengan warna cat mobil, pengatur hawa (AC),
pengharum ruang, kaset stereo lengkap dan radio CB (Citizen
Band Transceiver) umumnya dianggap "perlengkapan interior
standar" para pecandu jip. "Beberapa minggu yang lalu ada
langganan yang tenang-tenang saja membayar Rp 3 juta mtuk
melengkapi Toyota Land Cruisernya," ujar A Kiong, pemilik toko
Remaja Motor di Jatinegara, Jakarta.
Ternyata cukup banyak penggemar jip yang memang tidak
tanggung-tanggung mengeluarkan duit buat "menghias". Mas Ulong,
31 tahun, seorang kontraktor di Rantau Prapat, Sumatera Utara,
melapis dinding dalam CJ-7-nya dengan beledu buatan Italia, di
samping berbagai perlengkapan "standar" lain. "Banyak perempuan
bersuitan melirik saya bila mengendarai mobil ini. Untung bini
saya bukan pencemburu," katanya.
Kiki Adilukito, 25 tahun, dari Bandung, lain lagi. Dua tahun
lalu ia membeli jip Willys buatan 1952 seharga Rp 1,3 juta.
Mesinnya kemudian ia ganti dengan mesin baru merk Super
Hurricane, dan tubuh mobil juga diganti berdasar disain dan
garapan Kiki sendiri. Biaya yang dikeluarkan Rp 9 juta. "Saya
tak akan menjual mobil ini, sekalipun ditawar mahal," ujar Ketua
Ikatan Penggemar Jip Bandung (IPJB) ini.
Di Surabaya, para mahasiswa IAIN Sunan Ngampel masih tetap
melotot bila melihat Rektor III A. Mudjib Manan datang ke kampus
mengendarai salah satu dari dua jip Willysnya, buatan 1948 dan
1953. Mobil ini gampang dikenali karena perlengkapannya yang
khas. Sekelilingnya ditempeli besi pipa. Ada empat sekop
ditempelkan di dua sisi. Ada juga dua kapak, lalu dua tabing
pemadam kebakaran. Dan dua jeriken. "Kalau mobil tua begini mau
awet, kuncinya hanya satu: jadikanlah sebagai istri kedua," ujar
Mujib yang lulusan AlAzhar Kairo itu. Ia jarang sekali
mengendarai mobil dinasnya yang Honda civic.
Jip, yang pertama kali lahir di tahun 1943 sebagai kendaraan
perang--hasil karya para ahli Korps Intendans Ankaun Darat
Amerika Serikat--rupanya telah membuktikan diri sebagai
kendaraan multi fungsi yang tangguh (istilah jip sendiri lahir
dari sebutan GP = general purpose = serba guna). Di Indonesia
masih banyak bertebaran berbagai merk jip tua--antara lain--Gaz,
DKW, Puch, Nissan dan Willys. Sebagian telah berubah bentk.
Menjadi oplet misalnya.
LANTAS di banyak kota tumbuh pula kecenderungan di antara
penggemar untuk mendirikan klub. Di Jakarta misalnya, sekitar
200 pemakai Jimny saat ini menjadi anggota Jimny Highway Club.
Kegiatan organisasi yang dibentuk April 1982 ini misalnya aksi
sosial dan usaha membantu panitia j)cnyelenggara pertandingan
olahraga.
Penggemar CJ-7 mempunyai Indonesia Jeep Club yang berdiri
Oktober 1980. "Tujuannya melatih ketangkasan mengendarai jip
serta ikut melaksanakan ketertiban umum di jalan-jalan," kata
ketuanya Brigjen Zahid Husein, 56 tahun. Klub ini pernah tiga
kali menyelenggarakan rally khusus untuk para anggotanya.
Ada gagasan di antara para penggcmar jip di Jakarta untuk
membentuk Four Wheels Drive Club (FWDC), buat semua pemilik
kendaraan serba guna. Malah disebut-sebut juga rencana
menyelenggarakan semacam Jamboree Jip. Jadi peranakan mobil
perang itu tampaknya akan makin menyerbu kehidupan golongan
menengah atas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini