Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Itu jamaah demonstran iran

Jamaah haji dari Iran membuat keributan di tengah-tengah suasana ibadat haji di mekah, para demonstran membawa poster khomeini, dipimpin oleh hujjatul islam muhammad musawi khoenika. (ag)

2 Oktober 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGIAN jamaah haji Indonesia, yang sekarang ini sedang dalam saat akhir ibadat, barangkali Nrut menyaksikan peristiwa di Mekah itu. Sebuah "demonstrasi revolusioner", digerakkan orang-orang Iran, kembali mengganggu suasana ibadat di sana. Dengan membawa gambar-gambar Khomeini dan slogan-slogan, para "jamaah demonstran" itu mula-mula berkumpul di luar sebuah apartemen. Tanggal kejadiannya 6 Zulhijjah, alias 24 September, menjelang salat Jumat. Di bangunan itu, sebelah atas, sudah dipersiapkan sebuah mimbar persis menghadap ke jalan. Lalu terjadilah keributan itu. Radio Teheran sendiri memberitakan, para jamaah revolusioner itu sudah bergerak untuk mencapai Masjidil Haram ketika polisi Saudi membabat mereka dengan penNngan dan gas airmata. "Tapi itu tidak benar," kata seorang juru bicara Departemen Dalam Negeri Arab Saudi yang dikutip koran International Herald Tribune. Yang benar, mereka sedang siap-siap mendengar pidato (sebelum bergerak, tentunya) ketika polisi datang dan membikin bubar. Gabar-gambar dan seluruh spanduk, mikrofon, disita. Dan semua yang berada dalam gedung diusir. "Puluhan jamaah terluka," kata Radio Iran. "Dan lebih dari 100 ditahan". Pemerintah Saudi sendiri diam mengenai penahanan itu. Mungkin juga karena, Bila berita Radio Iran benar, di antara yang ditahan termasuk Hujjatul Islam Muhammad Musawi Khoeiniha, "utusan khusus" Khomeini. Cukup penting, jadinya. Setidak-tidaknya, Khoeiniha ini dikatakan sebagai tokoh yang mempimpin pendudukan Kedubes AS di Teheran dulu. Dan untuk musim haji tahun ini, Khoeiniha, 44 tahun, dikabarkan memang ditunjuk Khomeini untuk menjadi amirul hajj, pemimpin jamaah. Atau, menurut majalah Time, diNnjuk menjadi 'agen Khomeini' bagi "promosi kebangkiun agama" yang memang pernah dikaukan Ayatullah akan diekspor ke Saudi dan negeri-negeri kaya minyak lain. Time malah, dengan gayanya yang khas, mengaku mendapat laporan tentang pesan Khomeini kepada sang Hujjatul Islam. Yakni: jangan sampai ia "bisa diintimidasi" oleh para mullah yang lebih moderat, di antara 89.000 jamaah Iran itu "Tidak menurut kepada kamu," konon kata Sang Ayatullah, "berarti tidak menurut kepadaku". Khomeini menugasi mempebarui kekuatan Islam" di sana, yang telah "dibikin lupa oleh para Nkang catut dan pemikir aliran-aliran bengkok". Para pemimpin Saudi sendiri, yang selalu hati-hati terhadap kemungkinan keresahan di antara wara minoritasnya yang Syi'ah, memang menakuti pengaruh yang bisa ditimbulkan 'utusan Khomeini' itu. Apalagi karena Kedutaan Iran di Jiddah dilaporkan--menurut Time --telah mencetak dan menghimpun jutaan brosur propaganda. Isinya rezim-rezim "reaksioner" seperti Arab Saudi adalah sekutu musuh-musuh Islam, dan karenanya kaum muslimin di segala penjuru harus bersatu menendang segala pemerintahan yang "antek". Tentunya karena Saudi, misalnya, sekutu akrab AS, "musuh lslam" pendukung utama Syah dulu. Atau juga karena pemerintahan model Saudi, sebuah kerajaan keluarga, memang tidak berkenan di hati para "ideolog" Syi'ah yang meluap-luap. Tapi tak kurang kuatnya adalah alasan perbedaan paham keagamaan: di antara seluruh negeri Sunni Saudilah yang terhitung paling keras terhadap Syi'ah. Paham Wahhabi mereka, yang sangat protestan, anti-hirarki keagamaan (termasuk model Syi'ah) dan segala "bid'ah", adalah satu-satunya yang mencatat perlawanan paling sengit terhadap Syi'ah di zaman mutakhir. Dalam ekspansinya di abad lalu, pasukan Wahhabi misalnya merasa perlu menyerbu Najaf, pusat Syi'ah di Irak, dan menhancurkan bangunan-bangunan megah di berbagai "makam suci" di sana. Tapi itu dulu. Kini, terhadap ancaman Iran khususnya sehubungan dengan jamaah haji, Saudi memilih jalan melarang jamaah Iran mengunjungi pusat-pusat kaum Syi'ah di daerah pantai timur Jazirah Arab itu--dalam perjalanan darat mereka ke Mekah. Ini tentu saja membikin mengkal pihak Iran, yang menurut Time telah menyertakan para anggota kelompok keras Hizbullah di antara rombongan besar yang beribadat. Tapi pihak pers Iran sendiri mengabarkan, dalam kasus demonstrasi keras kemarin ini Hujjatul Islam Musawi Khoeiniha hanya ditahan beberapa jam. Konon, seperti diberitakan Tbe Straits Times, sesudah diporak-porandakan polisi, para jamaah demonstran Iran lantas"mogok duduk" di Masjidil Haram. Bukan i'tikaf--mengheningkan diri di masjid, salah satu bentuk ibadat. Tapi mengancam akan terus di situ sampai kawan-kawan mereka dibebaskan. Itu dikatakan Radio Teheran. Lebih dari dua juta manusia berkumpul tahun ini di Tanah Suci. Dalam pakaian ihram yang sama, mereka bergerak dalam keadaan yang paling damai dan menyerukan talbiah yang terkenal bondongan orang, dari negeri yang konon menandai "kebangkitan Islam", mengangkat potret dan spanduk dan berteriak-teriak, dengan pikiran mereka di tanah Iran. Akankah itu menjadi tontonan setiap tahun?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus