PENDUDUK Kota Palembang bernapas lega. Atai alias Syamsul
Rizal, 30 tahun, kini ada di tangan polisi. Pentolan geng GIBB
(Gelandangan Intelek Boom Baru) yang ditakuti itu diduga keras
membunuh Eddy Tenggeng secara sadis, dibantu anak buahnya.
Mayat Eddy ditemukan dekat Gereja Ayam, dengan tubuh penuh bekas
tikaman. Sebelum dibunuh, ia disiksa dulu: jemari tangan kanan
dikerat hingga terjuntai, mata kiri dicungkil, dan kedua tangan,
juga kakinya, dikelupas. Ini hampir mengingatkan orang pada
mayat di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, yang dipotong 13 dan
dagingnya disayat-sayat kecil - yang sampai kini belum diketahui
siapa dia, apalagi si pembunuhnya.
"Motifnya balas dendam," kata Dantabes Kepolisian Palembang,
Letkol Pol. Herman S, pekan lalu. Meski ada dua anggota geng
lain terlibat, Herman menolak anggapan seolah pembunuhan itu
bermula dari perselisihan antargeng. Anggota geng lain, Harun
dan Fauzi, yang biasa beroperasi di seputar stasiun kereta api
Kertapati, kata Herman, hanya membantu Atai karena solidaritas.
Eddy sendiri anggota geng GIBB yang punya daerah operasi di
kawasan Pelabuhan Boom Baru. Sekitar 10 jam sebelum mayatnya
ditemukan 8 September dini hari, ia menikam sampai mati Ucung
alias Zulkarnain, 22 tahun, adik Atai. Gara-garanya cemburu.
Karena Ucung sering menemui Henny, pramuria bar yang menjadi
pacar Eddy.
Eddy dikenal sebagai pemuda berandalan, morfinis dan residivis.
Tapi belakangan, kabarnya, mulai insaf. Ia menjadi petugas
keamanan di pertokoan Jalan Veteran. "Kalau hanya untuk makan
saja," menurut sebuah sumber, "paling tidak ada tiga restoran
yang dengan senang hati selalu bersedia menjamu Eddy." Seorang
kenalannya menerangkan bahwa Eddy mulai sadar setelah ayah, ibu
dan kakak iparnya meninggal. Kabarnya, Eddy juga sudah
mengumpulkan uang untuk segera menikahi Henny.
Rupanya Ucung ikut naksir cewek itu, hingga pernah dihajar Eddy
sampai masuk rumahsakit. Tapi merasa dilindungi Atai, sang
kakak, Ucung terus saja menggahggu. Nah, petang hari 7 September
lalu, Eddy memergokinya tengah bermesraan di rumah kontrakan
Henny. Darah Eddy pun naik, dan Ucung ditikam berkali-kali
sampai mati.
Amarah Atai tentu bisa diduga. Dengan garangnya ia menggerebek
rumah Eddy, tapi hanya menjumpai kakak ipar dan keempat anaknya.
Kebetulan, datang sobat dari Kertapati membawa Toyota Kijang.
Mobil dengan nomor polisi BG 9636 AK itu segera disabet, dan
Atai lebih leluasa melacak buruannya.
Polisi yang mendapat info bahwa Eddy telah melakukan pembunuhan,
segera pula bergerak. Namun kalah cepat. Atai dan kawan-kawannya
yang sedang dibakar dendam lebih dulu bisa menemukan Eddy, entah
di mana. Ia pun dihajar, lalu keduatangannya diikat dengan tali
plastik. Dan disiksa dengan kejam sebelum akhirnya dihabisi.
Para pembunuh semula konon hendak membuang mayat Eddy ke &alam
lubang di bawah tanah di Jalan Joko. Lubang berdinding semen
tempat persembunyian di zaman Jepang itu, memang cukup
tersembunyi untuk menghilangkan jejak.
Namun begitu mayat hendak diturunkan dari mobil, kawanan itu
dikejutkan oleh sorotan lampu. Mengira itu mobil polisi, mayat
Eddy dilempar begitu saja dekat Gereja Ayam di Jalan Jokoitu.
Kawanan pembunuh segera tancap gas menuju Kambang Ikan, semacam
telaga, untuk mencuci mobil dari percikan darah. Di situlah Atai
disergap.
Ada yang menyayangkan, kenapa polisi kalah sigap menemukan Eddy,
hingga ia menemui ajal dengan cara mengenaskan. Tapi, kata
Herman, sudah tentu Atai lebih tahu ke mana kira-kira Eddy
bersembunyi. "Mereka kan teman satu geng," katanya membela diri.
Herman memang lega. Selain pentolan geng GIBB itu, polisi Tabes
64 Palembang, telah membekuk Sobri bin Wahid Roni (adik Atai
yang lain) serta Fauzi dan Harun dari kelompok geng di
Kertapati. Dua tersangka lain, Rusli dan Aladin, bahkan secara
sukarela menyerahkan diri.
Pada September lalu kota empek-empek Palembang memang agak
rawan. Barangkali ada hubungannya dengan kemarau panjang, yang
membuat surut Sungai Musi. Sampai minggu ketiga, menurut Herman,
sudah terjadi lima kasus pembunuhan. Semua pelaku, untungnya,
tertangkap. Sebelumnya, setiap bulan rata-rata terjadi 2-3 kali
kasus pembunuhan. Tapi bulan Mei lalu pernah mencatat rekor,
dengan sembilan kasus.
Namun kasus Eddy memang yang paling berat. Setelah Atai
tertangkap kata Herman lagi,"pengusaha di Boom Baru yang semula
takut-takut, banyak yang menelepon mengucapkan terima kasih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini