Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Tentang cinta

Sutradara: francois truffant pemain: isabelle adjani, bruce robinson resensi oleh: isma sawitri. (fl)

2 Oktober 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

THE STORY OF ADELE Pemain: Isabelle Adjani, Bruce Robinson Skenario: Francois Truffaut, Jean Gruault, Suzanne Schiffman Sutradara: Francois Truffaut SEBUAH perahu keluar dari kabut dan kegelapan malam. Merapatke pelabuhan yang lebih mirip timbunan barang. Di antara penumpangnya yang mengenakan baju tebal panjang, terselip seorang wanita muda. Dia bepergian sendiri--tidak lazim untuk zaman itu, tahun 1863 juga tidak untuk tempat itu, Halifax, pelabuhan kecil di pantai timur Kanada. Tapi yang lebih menarik adalah sepasang mata wanita yang indah itu, yang nyalang mencari ke sana ke mari. Sampai ia terbaring gelisah di sebuah kamar, penonton belum juga tahu siapa dia. Sutradara Truffaut mungkin sengaja menggantung rasa ingin tahu penonton lewat gambar-gambar suram kecokelatan. Dari situ kemudian, seperti merayap, drama. Dan misteri. Memang, pada credit title disebutkan cerita ini merupakan kisah nyata tentang tokoh yang pernah ada Adele Hugo. Diakah wanita yang turun sendirian dari perahu itu? Bukankah dia mengaku sebagai Nona Lewly, kepada kusir O'Brian? Dan, juga, sebagai nyonya yang dikirim keluarganya untuk mencari seorang letnan Inggris bernama Albert Pinson? Lewat monolog yang tiap kali muncul, terutama di saat wanita itu menulis surat, berkata-kata sendiri atau membuat catatan harian di kamar, barulah bisa diketahui bahwa dialah memang Adele Hugo, putri kedua penyair - pengarang - politikus Prancis kenamaan Victor Hugo. Dan Letnan Pinson itu, oh -- demi Pinson, Adele memutuskan pertunangan dengan seorang penyair terkenal. Malah menyeberangi Lautan Atlantik, memburu letnan itu di Halifax, ribuan mil jauhnya dari Guernsey, pulau kecil tempat pengasingan ayahnya. Perburuan itu memang digerakkan oleh gairah yang berkobar, yang membuat Adele sanggup menulis kalimat: "Aku beragama cinta" -- dalam catatan harian. Lewat dua cara Truffaul berusaha mengembangkan cerita. Pertama, catatan dan monolog Adele. Juga gangguan gangguan yang muncul kala tidur akibat pengalaman traumatis karena kematian Leopoldine, kakaknya yang tenggelam di telaga bersama suaminya. Semua itu mengambil tempat dalam sebuah kamar. Di sini juga Adele membuat altar kecil meletakkan foto Pinson di atasnya. Dan kedua berbagai peristiwa lain yang terjadi di luar kamar. Cerita baru mulai ketika surat Adele dititipkan pada Pinson. Berlanjut pada dialog pertama antara si wanita pemburu dan kijang jantan buruannya. Sejak mula Pinson nampak dingin. Bahkan menasihatkan agar Adele pulang saja ke orang tuanya. Perihal kisah cinta mereka, lupakan saja. Adele terperanjat. Ia tidak percaya. Kemudian ia mendebat. Mengancam. Namun pada akhirnya menyodorkan uang, kepada Pinson. Untuk membayar utang dan untuk apa saja yang disenangi lelaki itu. Adakah ini cinta yang menghamba? Atau takdir dewata? Pada suatu malam, Adele menguntit Pinson ke sebuah rumah. Dilihatnya kekasihnya itu berciuman di ambang pintu, berlanjut sampai ke tangga. Menyaksikan "pengkhianatan" semacam ini biasanya seorang wanita segera lari atau pingsan. Adele tidak. Diawasinya saat-saat mesra itu dengan mata terbuka. Pinson dan pacarnya naik tangga. Adele tidak melepaskan mereka: ia ikut naik ke pondok. Pergumulan kedua makhluk itu pun ditatapnya dengan nanap. Truffaut menghidangkan adegan pengintipan Adele dan adegan hubungan mesra itu (dari jauh) cut-to-cut, bagus sekali. Dan diakhiri dengan close-up wajah Adele: bibir mengatup, mata menantang, tarikan wajah meneras. Segala perasaan menggumpal di sana. Adele kemudian berbuat yang aneh-aneh. Dia membayar seorang wanita P, mengirimkanya ke Pinson untuk melayaninya. Dan dia menulis dalam catatan hariannya: "Sekarang saya mengerti, mengapa wanita lari ke rumah pelacuran." Kepada ayahnya dia minta izin untuk menikah dengan tentara itu (dulu ayahnya menolak letnan ini), juga minta uang untuk gaun pengantin. Sebuah siasat yang amat mengecewakan ayahnya kemudian. Izin dan uang ia dapatkan. Tapi cinta Pinson tidak. Adele memohon, meratap: "Setelah kita kawin, kau bebas berkencan dengan wanita mana saja yang kau suka," katanya putus asa. Pinson tidak bergeming. Terperangkap dalam cinta yang ditolak, Adele semakin rusak. Pada suatu saat ia bermaksud menyewa seorang ahli hipnotis untuk mempengaruhi Pinson. Tapi letnan itu keburu menikah dengan putri hakim di Halifax. Putus asa, Adele menyerbu ke rumah si hakim, membeberkan rahasia pujaannya, bahkan mengaku sedang mengandung anak lelaki itu. Dalam tingkat keranjingan yang lebih parah, ia menghadang Pinson di sebuah lapangan rerbuka, menaburkan uang, lalu mencopot bantal yang tadinya disembunyikan di balik gaunnya. Entah apa maksudnya. Adele tidak tertolong. Meski masih waras, wanita ini tidak sekuat Scarlett O'Hara dalam Gone with the Wind, yang tiap menghadapi kemelut selalu berkata, "I'll think about it." Kesehatan mental dan fisiknya semakin parah, toh ia menolak bujukan ayahnya untuk pulang. Berita tentang ibunya yang sakit pun tidak mencairkan perasaannya. Jiwanya membeku, tanpa kemauan dan tujuan. Tidak digambarkan bagaimana, namun tatkala Pinson dipindahkan ke Barbados, Adele juga memburu ke sana. Dan di pulau inilah ia kehilangan ingatannya yang benar. Tak ubahnya orang gila, ia berjalan-jalan di pasar, dengan rambut kusut-masai, baju compang-camping, dipermainkan anak-anak. Seorang wanita kulit hitam menyelamatkan dan merawatnya. Dalam keadaan seperti ini, Adele sudah tidak lagi mengenali Pinson. Dan jauh sebelumnya sudah tidak lagi membuat catatan harian. Truffaut menutup film ini dengan penuturan panjang tentang nasib Adele kemudian: diantar ke Prancis oleh wanita Negro itu, dirawat di rumah sakit jiwa, tidak menikah seumur hidup, dan mengisi sisa hidupnya konon dengan main piano. Apakah cinta sebuah kutukan? Truffaut, yang membangun cerita berdasar catatan asli Adele, yang bahasanya menurut dia mengandung rahasia itu, agaknya telah melihatnya demikian. Sepati yang mungkin persis terjadi, asmara di sini adalah kekuatan yang tidak dapat dilawan. Adele sebagai korban, nampak tak berusaha sama sekali membebaskan diri dari pesona. Pinson sendiri, kecuali sikapnya yang dingin dan pasif, tidak pernah ditampilkan sebagai jagoan cinta yang hangat yang setidaknya memperkuat motivasi kegilaan Adele. Atau apakah Pinson (dimainkan Bruce Robinson) sejenis mesin cinta yang tanpa jiwa. Segi perwatakan di film ini amat terabaikan kecuali, sekali lagi Truffaut menafsirkannya hitam putih. Dan menampilkan sosok cinta yang menakutkan itu, yang pada penonton bisa merupakan obsesi, dalam kecermatan visualisasi yang luar biasa. Sekaligu sutradara besar Prancis itu tak langsung mengingatkan bahwa Kisah cinta tidak cuma Romeo-Yuliet, Scarlett-Rhet Butler atau Pranacitra-Rara Mendut. Ada Pinson-Adele, terakhir diperankan Isabelle Adjani -- yang aktingnya kurang meledak dan menghempas, meski ekspresi wajahnya amat kuat. Isma Sawitri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus