Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
It’s a kind of magic One shaft of light that shows the way
Mirip lirik lagu lawas kelompok musik Queen itu, Deddy Corbuzier, 31 tahun, menemukan seberkas cahaya dalam terowongan hidupnya gara-gara magic alias sulap. Ketika memulai karier, ia praktis tak punya apa-apa. Pergi ke mana-mana pun harus naik turun bus kota. Sekarang dia wira-wiri menggunakan Mercedes-Benz keluaran terbaru.
Beberapa rumah dan mobil lain yang ia miliki membuat hidupnya kini terasa nyaman. ”Semua itu saya dapatkan dari profesi ini,” katanya. Wajar saja, honornya untuk sekali manggung dipatok hingga Rp 60 juta. Tak ada perbedaan untuk launching produk atau sekadar pesta ulang tahun. Jumlah itu bertambah bila acara dilangsungkan di luar kota.
Deddy sedang menikmati booming bisnis sulap yang telah ia rintis sejak sembilan tahun silam. Dari pertunjukan di acara-acara kecil, ia mulai membetot perhatian publik setelah tampil di layar televisi dalam salah satu segmen acara puspa ragam.
Di panggung, ia tampil memikat dengan gaya baru, dandanan ala gothic dengan pakaian serba hitam dan rambut panjang terikat rapi. Juga dengan intonasi khas ketika berbicara yang membuatnya lekas diingat penonton. Gongnya apalagi kalau bukan teknik sulapnya yang mencengangkan. Sendok pun jadi bengkok.
Publik seakan mendapati seorang David Copperfield lokal dalam diri pesulap bernama asli Deddy Cahyadi Sundjojo itu. David yang asal Amerika telah lebih dulu memukau khalayak dengan ilusi-ilusi ciptaannya sejak pertengahan 1990-an lewat acara di televisi swasta hampir tiap malam.
Tak cuma menyukai trik-trik yang dilakukan Deddy, sejumlah orang ingin mempelajari dan menguasai teknik sulapnya. Ia tak menyia-nyiakan peluang itu dan membuka sekolah sulap. Mula-mula bernama Pentagram dan belakangan diganti menjadi Corbuzier School of Magic. Seperti pertunjukan sulapnya, sekolah ini juga mendatangkan duit.
Di sekolah itu ada beberapa kelas. Ada kelas untuk mereka yang sekadar ingin bersenang-senang atau bergaya, ada juga kelas untuk profesional yang memakai ilmu sulap untuk membantu pekerjaannya seperti dokter atau petugas penjualan. Beberapa tokoh publik seperti Aa Gym dan Agum Gumelar, menurut Deddy, pernah ikut kelas ini. ”Mereka belajar sulap cuma untuk melepas penat,” ujarnya.
Salah satu muridnya adalah Gede Kamajaya, 37 tahun. Pria yang berprofesi sebagai dokter ini berasal dari Bali. ”Kebetulan saya sedang libur selama tiga bulan di Jakarta,” katanya. Tiap akhir pekan ia menyempatkan diri belajar sulap. Sekarang ia telah mengetahui tipuan permainan sulap yang selama ini membuatnya terpesona. ”Ternyata ada rahasianya,” katanya sambil terbahak.
Gede tidak mereken biaya dan juga jarak perjalanan yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, menuju Bintaro, Banten, tempat sekolah sulap Deddy. ”Kini saya sudah bisa pamer keahlian kepada istri saya,” ujarnya lagi-lagi tergelak.
Biaya belajar sulap di sekolah Corbuzier tidaklah murah. Mereka yang ingin have fun alias sekadar tahu trik, mesti membayar Rp 1,5 juta untuk 12 kali pertemuan selama tiga bulan. Bila ingin cepat terampil, bisa dengan menggunakan jasa guru private yang biayanya dua kali lipat. Kalau ingin langsung diajari Deddy harga belajarnya menjadi Rp 6 juta.
Banyak pula yang datang untuk menjadi pesulap profesional. Umumnya, berawal dari hobi mereka sudah memiliki kemampuan menguasai trik permainan. ”Di sini tinggal memoles performance saja,” kata Deddy. Termasuk memberikan nama—biasanya mengikuti nama pesulap legendaris di luar negeri—dan ciri-ciri yang khas saat tampil.
Demian adalah salah satu murid Deddy yang kini mulai naik daun. Pesulap muda nan tampan ini dikenal dengan dandanan rambut berdiri dilumuri jelly gaya spike. Kecepatan tangan dan gaya membawakan trik-trik ilusi Aditya Prambudi, nama asli pemuda 27 tahun ini, mampu mempesona penonton.
Acaranya yang bertajuk Demian Sang Ilusionis di sebuah televisi swasta disukai pemirsa. ”Tak terasa sekarang sudah berjalan lebih dari setengah tahun,” ujarnya. Hari-hari Demian sekarang diisi kesibukan tak berkesudahan. Beraksi di depan kamera dan di atas panggung atau bertemu klien kian sering dilakukan. ”Hanya Senin dan Rabu saya bisa istirahat, santai atau tiduran di rumah,” katanya.
Sejumlah pesulap muda lain didikan Deddy bermunculan di stasiun TV yang berbeda. Acara yang mereka bawakan memang masih trik sulap magic on the street yang murah meriah. Salah satunya Oge Arthemus yang terkenal dengan keahlian melepaskan diri dari ikatan. Beberapa waktu lalu bersama Erick Wesz dan Bow Vernon, pesulap bernama asli Iwan Saputra ini memecahkan rekor dunia bermain sulap selama 70 jam nonstop.
Mereka semua menganggap Deddy Corbuzier sebagai guru yang tidak saja memberikan ilmu tentang pertunjukan sulap, tapi juga rasa percaya diri ketika tampil di depan khalayak umum. ”Dia merupakan profesor sulap di sini,” Demian memuji Deddy. Namun, mereka juga menggali ilmu sulap dari internet dan sumber-sumber lain.
Sukses para pesulap muda ini diperoleh dengan kerja keras dan pengorbanan. Untuk menekuni sulap, Oge rela berhenti bekerja di sebuah perusahaan event organizer. Sedangkan Demian sempat cuti kuliah selama dua tahun. ”Sekarang saya sedang menyusun skripsi,” katanya.
Pengorbanan itu tak sia-sia. Demian dan teman-temannya sudah mulai menikmati buah manis dari profesi yang bermula dari hobi itu. Demian, misalnya, dalam waktu singkat sudah mendapatkan kontrak untuk rangkaian acara launching sebuah sepeda motor baru di beberapa kota. ”Honornya gurih,” katanya.
Sekolah sulap lain bertumbuhan di berbagai tempat di ibu kota. Salah satunya yang menyedot banyak murid adalah Magic Station yang terletak di kawasan Cinere, Depok, Jawa Barat. ”Murid kami mulai dari anak-anak, mahasiswa sampai bapak-bapak,” kata Didi Ipusu, 29 tahun, pengelola sekolah.
Gata, salah satu murid Didi, pekan lalu di depan Tempo menunjukkan kebolehan memainkan sulap menggunakan kartu remi dan untaian kalung yang lumayan untuk ukuran anak usia 12 tahun. ”Kalau mau undang saya boleh aja, Om,” ujarnya berpromosi.
Tak hanya tempat belajar, ajang untuk unjuk kebolehan sulap makin menjamur. Di sebuah mal kawasan Cinere ada restoran yang selalu diisi dengan pertunjukan sulap. Begitu pula di tengah kawasan Bisnis Sudirman, ada Midas Magic House, tempat makan yang memiliki nuansa magic.
Kini sulap memang naik derajat, tidak lagi sekadar hiburan pengganjal dalam satu acara tapi sudah menjadi tontonan tersendiri yang menarik. Berbagai kegiatan dan atraksi para pesulap pun memicu minat orang untuk berlatih. Berkelana di dunia yang penuh trik memang amat mengasyikkan.
Irfan Budiman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo