KELINCI yang segar itu dibius. Ke dalam matanya disuntikkan
cairan. Setelah mata itu menjadi keruh karena cairan yang
berwarna hijau tadi, lantas operasi pun dilaksanakan. Seluruh
cairan yang mcncemarkan disedot kembali. Luka bekas operasi
dijahit lagi dengan hati-hati. Kemudian binatang itu dibunuh.
Tak sampai hati orang membiarkannya hidup dalam keadaan buta.
Demikianlah pengorbanan umat kelinci untuk para dokter mata
Indonesia. Paling tidak seekor di antara mereka tiap Sabtu ada
yang mati di tangan 6 orang dokter mata yang melatih kemahiran
dalam membedah mata.
Para dokter mata tersebut tak lama lagi akan mempergunakan
sebuah alat operasi bola mata di Rumah Sakit Gatot Subroto,
Jakarta. Mereka tidak semuanya menjadi dokter staf di rumah
sakit itu, ada juga yang dari RS Cipto Mangunkusumo.
Operasi bola mata dilakukan untuk mengatasi kekeruhan bola mata
yang diakibatkan oleh penyakit kencing manis (diabetes mellitus)
ataupun kecelakaan. Selama ini penyakit ini hanya diobati dengan
obat tetes, sedangkan negara maju sudah sejak l0 tahun yang lalu
mengatasinya dengan pembedahan. Selain RS Gatot Subroto, RS
Cicendo, Bandung juga akan menggunakan alat yang sama.
Keenam dokter mata itu nampaknya sudah lihai dalam mengoperasi
mata kelinci yang sengaja dibikin keruh itu. Pembedahannya
mereka lakukan di rumah salah seorang dokter. Karena hari Sabtu
toh libur praktek. Sedangkan kelincinya mereka beli Rp 5.000
seekor. Sehari terkadang mereka mengorbankan dua kelinci yang
sehat-sehat.
Menjahit Bawang
Sekalipun sudah hampir 30 ekor kelinci yang mereka bedah dan
jahit kembali bola matanya, tapi mereka belum yakin bisa
melaksanakan pekerjaan yang sama terhadap mata manusia.
"Sepulangnya dr. Darwan nanti baru kita operasi pasien," kata
dr. Bondan Haryono yang berpangkat letnan kolonel, salah seorang
ahli mata yang ikut mencoba ketrampilan pada mata kelinci.
Darwan Purba adalah dokter yang dikirim RS Gatot Subroto ke
Boston University untuk mempelajari penggunaan alat operasi bola
mata yang bakal masuk ke rumah sakit itu.
Biaya untuk latihan ketrampilan tersebut nampaknya tidak murah.
Sebuah pisau operasi misalnya berharga Rp l,3 juta. Hanya bisa
dipergunakan untuk l0 kali operasi. Itu artinya tiap latihan
memakan biaya Rp 130.000.
Penggunaan kelinci hidup dalam latihan menurut dr. Bondan
Haryono, "untuk lebih mendekatkan pada kenyataan jika mereka
nantinya membedah mata pasien." Itulah makanya tim dokter mata
ini tidak mempergunakan mata kambing saja.
Calon dokter spesialis mata di berbagai fakultas kedokteran
menggunakan mata kambing untuk latihan. Harganya enteng, Rp 200.
Bisa dibeli dari rumah jagal. Sampai awal tahun 1960-an, kata
Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Mata RS Cipto Mangunkusumo dr.
Djoko Sarwono, yang digunakan hanya bawang. Calon ahli dilatih
untuk menjahit kulit ari bawang yang begitu tipis. "Tapi
sekarang tidak begitu lagi, karena sudah ada alat microsurgery,"
katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini