Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Berlatih Di Mata Kelinci

RS. Gatot Subroto (Jakarta) & RS. Cicendo (Bandung) akan memakai alat operasi bola mata, para dokter giat berlatih dengan mempergunakan mata kelinci dan kambing.

6 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KELINCI yang segar itu dibius. Ke dalam matanya disuntikkan cairan. Setelah mata itu menjadi keruh karena cairan yang berwarna hijau tadi, lantas operasi pun dilaksanakan. Seluruh cairan yang mcncemarkan disedot kembali. Luka bekas operasi dijahit lagi dengan hati-hati. Kemudian binatang itu dibunuh. Tak sampai hati orang membiarkannya hidup dalam keadaan buta. Demikianlah pengorbanan umat kelinci untuk para dokter mata Indonesia. Paling tidak seekor di antara mereka tiap Sabtu ada yang mati di tangan 6 orang dokter mata yang melatih kemahiran dalam membedah mata. Para dokter mata tersebut tak lama lagi akan mempergunakan sebuah alat operasi bola mata di Rumah Sakit Gatot Subroto, Jakarta. Mereka tidak semuanya menjadi dokter staf di rumah sakit itu, ada juga yang dari RS Cipto Mangunkusumo. Operasi bola mata dilakukan untuk mengatasi kekeruhan bola mata yang diakibatkan oleh penyakit kencing manis (diabetes mellitus) ataupun kecelakaan. Selama ini penyakit ini hanya diobati dengan obat tetes, sedangkan negara maju sudah sejak l0 tahun yang lalu mengatasinya dengan pembedahan. Selain RS Gatot Subroto, RS Cicendo, Bandung juga akan menggunakan alat yang sama. Keenam dokter mata itu nampaknya sudah lihai dalam mengoperasi mata kelinci yang sengaja dibikin keruh itu. Pembedahannya mereka lakukan di rumah salah seorang dokter. Karena hari Sabtu toh libur praktek. Sedangkan kelincinya mereka beli Rp 5.000 seekor. Sehari terkadang mereka mengorbankan dua kelinci yang sehat-sehat. Menjahit Bawang Sekalipun sudah hampir 30 ekor kelinci yang mereka bedah dan jahit kembali bola matanya, tapi mereka belum yakin bisa melaksanakan pekerjaan yang sama terhadap mata manusia. "Sepulangnya dr. Darwan nanti baru kita operasi pasien," kata dr. Bondan Haryono yang berpangkat letnan kolonel, salah seorang ahli mata yang ikut mencoba ketrampilan pada mata kelinci. Darwan Purba adalah dokter yang dikirim RS Gatot Subroto ke Boston University untuk mempelajari penggunaan alat operasi bola mata yang bakal masuk ke rumah sakit itu. Biaya untuk latihan ketrampilan tersebut nampaknya tidak murah. Sebuah pisau operasi misalnya berharga Rp l,3 juta. Hanya bisa dipergunakan untuk l0 kali operasi. Itu artinya tiap latihan memakan biaya Rp 130.000. Penggunaan kelinci hidup dalam latihan menurut dr. Bondan Haryono, "untuk lebih mendekatkan pada kenyataan jika mereka nantinya membedah mata pasien." Itulah makanya tim dokter mata ini tidak mempergunakan mata kambing saja. Calon dokter spesialis mata di berbagai fakultas kedokteran menggunakan mata kambing untuk latihan. Harganya enteng, Rp 200. Bisa dibeli dari rumah jagal. Sampai awal tahun 1960-an, kata Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Mata RS Cipto Mangunkusumo dr. Djoko Sarwono, yang digunakan hanya bawang. Calon ahli dilatih untuk menjahit kulit ari bawang yang begitu tipis. "Tapi sekarang tidak begitu lagi, karena sudah ada alat microsurgery," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus