BERGUNAKAH latihan di klinik-klinik kesegaran jasmani? Di
Hongkong persoalan ini diperdebatkan. Malahan suasana saling
kecam antar perusahaan kesegaran jasmani muncul akhir-akhir ini.
"Latihan pasif tak berguna," tukas Farouk Esmail dari Hatch and
Turk kepada South China Morning Post, 24 Agustus.
Pihak yang terserang, Eddie Philips mengakui peralatan latihan
seperti slendertone (pelangsing tubuh) yang dimiliki
perusahaannya (Philip Wain) memang tak berguna. "Alat ini hanya
sekedar batu loncatan mencapai kondisi puncak," tangkisnya.
Jakarta tak ketinggalan. Sejak 2 bulan lalu tercatat 7
perusahaan yang berdiri seizin gubernur. Mulai dari yang bernama
Monte Carlo, Metropolitan, sampai Cassa Nova. Tempatnya
bertebaran di pusat perdagangan Jakarta, seperti Jalan Gajah
Mada dan Mangga Besar.
Pusat-pusat kesegaran jasmani yang dikelola secara bisnis memang
sudah ada sebelumnya. Seperti di lantai Vll Sarinah. Juga Clark
Hatch Physical Fitness Centers di Hotel Mandarin. Cuma yang di
Jalan Gajah Mada dan Mangga Besar agak lain. Fasilitasnya lebih
sederhana. Dan sasarannya agak luas, terutama kalangan pedagang.
Satu di antara klinik itu Tiara, di Jalan Mangga Besar VIII
pekan lalu memasang iklan mini di koran. Bisa diduga modal yang
ditanam tidak besar.
Ruangan untuk latihan kelihatan sempit, cuma 3x4 m di lantai II
sebuah bangunan bertingkat III. Di situlah peralatan latihan
ditumpuk, seperti argocycle, jentera pendayung, bangku sit-up
dan sebuah alat untuk melenturkan pinggang. Semua peralatan itu
diperkirakan berharga Rp 750.000.
Siapa saja boleh berlatih di sana. Uang pangkalnya Rp 10.000
seorang. Untuk yang mau latihan 2 kali seminggu dikenakan iuran
Rp 5.000/bulan, yang 3 kali seminggu Rp 7.500. Tarif ini jauh
lebih murah dibandingkan dengan Clark Hatch dengan uang pangkal
US$ 200 dan iuran $24/bulan.
Dokter Pengawas
"Tekanan pekerjaan yang dihadapi para pengusaha menuntut adanya
kesegaran jasmani," kata A.M. Sutiyarso, instruktur di Tiara. Ia
optimistis perusahaan itu akan maju. "Kalau di Jepang dan
Hongkong usaha semacam ini bisa maju, mengapa di sini tidak,"
sambung lulusan Sekolah Tinggi Olahraga Yogyakarta yang berusia
40 itu. Katanya sudah 50 orang yang terdaftar sebagai anggota.
Menurut rencana Tiara juga akan memiliki sauna. Tapi yang paling
mendesak menurut sang pelatih adalah dokter pengawas, yang
sampai sekarang belum juga dimilikinya. Seorang dokter, terutama
yang menaruh perhatian pada latihan fisik sangat diperlukan
untuk memberikan dosis latihan.
Pusat latihan yang nampaknya kurang mengejar keuntungan,
misalnya Club Jantung Sehat yang menggunakan fasilitas peralatan
Gelanggang Mahasiswa Kuningan, memang diawasi oleh dokter.
Sekitar 1200 orang yang ingin mencegah penyakit jantung atau mau
mengembalikan kemampuan fisik, setelah serangan jantung, jadi
anggotanya.
Setelah membayar uang pendaftaran Rp 2000, calon anggola dites
dulu kemampuan jantungnya dengan ECG. Setelah itu barulah Dede
Kusmana, ahli jantung yang memimpin klub itu memberikan dosis
latihan.
"Adanya seorang dokter di tiap tempat latihan jasmani bisa
dikatakan sebagai keharusan. Selain untuk mencegah kecelakaan
buat mereka yang tak tahan latihan, juga untuk menuntun anggota
mencapai kesegaran jasmani," urai Dede Kusmana yang juga dokter
Bagian Kardiologi RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Kesegaran jasmani menurut Dede tidak bisa dicapai dengan
menggenjot katrol dan barbel. Dia bisa dicapai dengan mudah
tanpa peralatan mahal, dengan jalan dan lari di lapangan terbuka
misalnya. "Dengan argocycle kesegaran jasmani yang diukur
menurut sistem nilai ahli aerobic Cooper bisa juga dicapai. Tapi
pekerjaan ini membosankan. Saya tak bermaksud meremehkan alat
olahraga itu. Banyak yang mau berlatih dengan peralatan itu
sudah satu kemajuan," katanya.
Dede Kusmana maupun Hario Tilarso menyebutkan segar tidaknya
jasmani diukur melalui kemampuan jantung dan paru-paru.
"Sedangkan pemekaran otot soal kosmetika saja. Kalau kerempeng
'kan kurang enak kelihatannya?" kata Dede.
Juga banyak dokter yang menganggap slendertone maupun pembalut
khusus seperti yang bisa ditemukan di salon-salon kecantikan tak
banyak gunanya. "Dengan peralatan itu lemak takkan hilang. Yang
hilang hanya air. Menghilangkan lemak harus dengan gerakan,"
kata dr Hario Tilarso, dari Pusat Kesehatan Olahraga DKI.
Tapi bergerak, itulah yang umumnya dienggani orang, yang ingin
dengan mudah -- asal bayar -- kepingin langsing dan tetap segar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini