Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Wangsit Di Bungkus Rokok

Nama-nama merk rokok kretek umumnya didapat lewat mimpi/wangsit a.l: Tiga Kaki, Bola, Djambu Bbol, Djarum Dji Sam Su, Bentoel, Gudang Raram. Pendiri pabrik rokok moeria dapat wangsit dari Sunan Moeria.

6 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NITISEMITO. Wiraswasta pribumi kelahiran Kudus ini memulai usahanya sebagai pemilik warung kopi. Sambil melayani langganannya, sebagai selingan Pak Niti juga melinting rokok klobot. Ternyata banyak langganannya yang kecanduan rokok lintingan pemilik warung kopi itu. Kemudian nasibnya dicoba lewat rokok klobot. Warung kopi ditinggalkannya. Maju lagi sctapak, Pak Niti mengusahakan rokok kretek. Maju pelahan-lahan. Dan ketika berusia 56 tahun, dia benar-benar berhasil. Sebuah pabrik besar telah berdiri. Tahun 1930 adalah tahun hokkie baginya. Dan selama tujuh tahun berikutnya, rokok kretek Tiga Bola dan Oto Sedan diproduksi dua juta batang sehari. Enam ribu buruh bekerja di sana. Nitisemito jadi kebanggaan dan simbol sukses dari wiraswasta pribumi. Kini, bekas pabriknya di Kudus, paling tidak tembok panjang yang memagari seluruh bekas kompleks pabrik rokok Tiga Bola masih tampak. Nitisemito telah lama meninggal, tetapi keberuntungannya masih sering dibicarakan orang. Sementara itu, sebuah jam besar di masjid Kraton Surakarta masih hidup. Jam tersebut adalah hadiah Nitisemito kepada Raja Paku Buwono X. Saudagar rokok lainnya yang berhasil di Kudus ialah H.A. Ma'ruf, walaupun tak sesukses Nitisemito. Ma'ruf menamakan rokok buatannya Djambu Bol, merek yang didapatnya lewat mimpi. Buah jambu ini -- seperti juga buah-buah lainnya -- kalau mulai berbuah tak pernah putus. Buah bisa berarti bejo yang artinya keberuntungan. Berdasarkan kata bejo (bedjo), timbul kemudian berbagai merek rokok dengan awal huruf dj seperti Djalu, Djagung, Djadi, Djarum, dan sebagainya. Tetapi betulkah huruf dj membawa keberuntungan? Hal ini bisa dilihat dari terkenal tidaknya rokok-rokok tersebut. Tetapi dalam peringatan 40 tahun berdirinya Djambu Bol pada 1977, ejaan dj ini telah diganti menjadi j. Pesta ulang tahun itu menghabiskan biaya sekitar Rp l00 juta itu --setiap tamu mendapat hadiah kipas, korek dan rokok yang semuanya mempunyai lambang jambu. Kuburan H.A. Ma'rut yang besar, mewah dan penuh ukiran lambang jambu di dekat pabrik dan rumah keluarganya, hingga kini masih banyak dikunjungi orang untuk minta berkahnya. Pasaran rokok kretek ini banyak beredar di Sumatera Selatan dan Lampung. Pendiri pabrik rokok Kaki Tiga dan Moeria, Tan Tjip Siang, di tahun 1921 mendapat merek rokoknya lewat mimpi setelah ia berziarah ke makam Sunan Muria di Gunung Muria. Ketika pulang dari ziarah, Tjip Siang tiba-tiba ingin memakai tongkat. Rupanya wangsit telah turun, yaitu tongkat sebagai kaki yang ketiga. Juru kunci kuburan Sunan Muria memang telah berpesan, ilham pertama yang muncul di benak adalah petunjuk dari Sunan Muria. Sedangkan merek Moeria, nama gunung, dipakai karena orang Tionghoa percaya bahwa gunung adalah sumber kemakmuran. Merek rokok lainnya adalah Djarum yang dikelola Oei Wie Gan (juga dari Kudus). Tidak jelas huruf dj (dari Djarum) adakah juga meniru kesuksesan Djambu Bol. Tetapi menurut pengakuan anak Wie Gan yang mengelola perusahaan keluarga itu, merek itu dipakai karena sang ayah gemar memain-mainkan jarum gramopon meskipun ada yang mengatakan bahwa merek Djarum didapat karena bertapa. Bukan hanya Kaki Tiga atau Djarum yang didapat lewat ilham setelah berziarah ke makam yang dianggap keramat atau bertapa. Ong Hok Liang dari Surabaya pada 1930, berziarah ke makam Gunung Kawi. Sepulangnya dari gunung itu, Hok Liang bermimpi ada orang yang memberinya sekeranjang talas yang dalam bahasa daerah disebut juga bentul. Dan akhirnya muncul merek Bentoel. Cina Maupun jawa Sementara itu, pabrik rokok merek Dji Sam Soe yang didirikan Liem Seeng Tee pada 1913 di Surabaya, semula hanya berbentuk industri rumah tangga. Seeng Tee lebih banyak memakai mitologi campuran untuk disain bungkus rokoknya. NV Sampoerna yang memproduksi rokok ini, pada 1964 berubah menjadi PT (Perseroan Terbatas). Orang Cina maupun orang Jawa percaya, angka tertinggi adalah 9. Karena itu Djie Sam Soe berarti pula deretan angka-angka 2, 3 dan 4, yang kalau dilumlah menjadi 9. Tapi tak diungkapkan mengapa angka 9 itu terdiri dari 2, 3 dan 4 dan tidak misalnya 1, 3 dan 5. Masih bersaudara dengan Dji Sam Soe, adalah rokok kretek Wismilak (yang berasal dari ucapan wish me luck), juga memakai 9 buah bintang pada bungkusnya. Dalam menentukan warna bungkus rokok berkaitan dengan arah (mata angin) untuk memasarkannya. Warna-warna hijau dan putih yang menunjukkan arah barat, berarti harus dipasarkan ke daerah-daerah arah barat pabrik -- misalnya, Bentoel Manalagi I, Bentoel Ali, Wismilak. Rokok kretek yang sedang top sekarang ialah Gudang Garam di Kediri. Semula, berasal dari rokok Sembilan Tiga yang berdiri pada 1949. Pada 1956 terjadi perpecahan dalam perusahaan. Tahun I958, Wiyono Wonowijoyo (d/h Tjoa Ing Hwie) memproduksi rokok kretek merek Gudang Garam dengan gambar gudang garam dan rel kereta-api. Nama Gudang Garam diambil dari gudang garam sungguhan yang pernah dibeli Wonowijoyo. Kini setahun tidak kurang dari 4,5 milyar batang rokok diproduksi pabrik ini ditambah 265 juta batang klobot. Tenaga yang dipekerjakan sekitar 2 5.000 pegawai -- 90% di antaranya adalah wanita. Shio Tikus Pabrik rokok Gudang Garam juga memiliki tiga buah helikopter. Kota Kediri dan sekitarnya, hidup dari pabrik ini. Di kota ini pula tampak berseliweran merek-merek mobil mewah yang sering tidak tampak di Jakarta. Setiap pagi kereta-api penuh mengangkut pekerja-pekerja Gudang garam yang tinggal di sekitar Kota Kediri. Cukai yang diserahkannya kepada pemerintah mencapai jumlah Rp 3,5 milyar setiap bulan. Sukses rokok Gudang Garam tak luput dari berbagai cerita. Kata empunya cerita, pada 1972 ketika Gudang Garam mulai memproduksi rokok berfilter, pabrik ini telah memanggil seorang teknisi asing. Salah seorang staf Wiyono Wonowijoyo mengantar tenaga ahli ini keliling pabrik. Dari deretan gudang yang, satu ke gudang yang lain, sampailah mereka di satu gudang yang tidak pernah dipakai. Tapi setelah gudang itu dibuka, ruang besar itu ternyata dihuni oleh ribuan tikus yang agaknya memang sengaja dipelihara. Kabarnya, Ing Hwie alias Wonowijoyo lahir dari shio (angka kelahiran) Tikus. Orang dari shio ini menurut kepercayaan sebagian orang Tionghoa, tidak bisa sukses dalam dunia niaga, kecuali bila ia juga memelihara tikus. Karena itu, demikian menurut cerita, Tjoa Ing Hwie, pemilik Gudang Garam, memuja ribuan tikus. Semakin banyak jumlah tikus peliharaannya, semakin menumpuklah kekayaannya. Betulkah hal-hal mistik membawa keberuntungan? Tidak jelas. Tapi umumnya pabrik rokok menjadi besar hanya pada generasi keluarga pertama saja. Begitu dikelola oleh generasi kedua, pabrik jadi menyusut atau bangkrut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus