TAK ada susunan gizi yang ideal dan bisa dianjurkan untuk semua
orang. Begitu kesimpulan ahli mikrobiologis terkemuka dari
Amerika Serikat, Rene Dubos.
Dalam sebuah tulisannya yang dimuat majalah Natural History dan
dikutip koran Houston Post, 6 Juli yang lalu, ahli dari
Universitas Harvard dan Rockefeller itu menyatakan bahwa
"kebutuhan gizi berbeda dari satu lingkungan maupun kebudayaan
tertentu dengan lainnya, disebabkan metabolisme dan genetika
tubuh yang tidak sama."
Orang-orang Masai yang tegap-tegap dari Kenya, kata Dubos, hidup
dari daging, susu dan darah binatang. Tapi suku Kikuyu, tetangga
mereka juga memiliki tubuh yang sama kuatnya sekalipun mereka
berpantang daging. Mereka hidup dari sayur dan buah-buahan. Tak
mungkin untuk mengubah gizi kedua suku bangsa itu. "Karena
susunan makanan yang cocok untuk seseorang mungkin akan
mengakibatkan bahaya untuk yang lain."
Susunan makanan sangat tergantung pada lingkungan. Dan jika
terjadi perubahan dalam susunan makanan, tubuh manusia ternyata
memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang tinggi. Orang-orang di
desa Guatemala, kata Rene Dubos, memakan makhluk tertentu,
termasuk serangga. Satu keadaan yang mungkin tak masuk akal buat
negara-negara makmur.
Kalau terdapat kekurangan dalam susunan makanan tubuh manusia,
katanya bisa mengembangkan penyesuaian diri "biologis" untuk
menghasilkan zat-zat makanan yang dibutuhkan. Vitamin dan amino
acid, misalnya akan dibuat oleh kuman yang terdapat di perut.
Tetapi Rene Dubos tidak menjelaskan kalau seseorang misalnya
mengalami kekurangan gizi, sampai berapa lama penyesuaian diri
tadi akan tiba.
Beberapa tahun yang lalu, dilakukan penelitian terhadap sejumlah
besar pengemis di India. Sudah sejak lama para pengemis itu
memakan makanan yang kurang kalori, zat besi, kalsium, vitamin
A, B, C dan D. Sekalipun begitu keadaannya, para peneliti ketika
itu hanya menemukan 4%, dari pengemis itu yang menunjukkan
tanda-tanda kekurangan gizi. Wanita dalam kelompok pengemis itu
melahirkan bayi normal dan bisa menyusukannya.
Tentang kemampuan tubuh menyesuaikan diri dengan susunan makanan
yang disediakan alam, dibenarkan oleh R. walujo Soerjodibroto.
Menurut ahli gizi Universitas Indonesia yang meraih gelar Doktor
dari London University itu, orang yang hidup melulu dari
karbohidrat juga bisa tumbuh dengan baik. Contohnya orang Irian
Jaya.
Sekalipun hanya makan ubi, tubuh mereka toh tumbuh sempurna.
Ternyata melalui penelitian yang dilaksanakan tahun 1975
diketahui, bahwa perut orang Irian itu mengandung flora. Asam
amino esensial yang biasanya diperoleh dari protein dan sangat
dibutuhkan sel tubuh, ternyata dihasilkan oleh si flora.
Walujo beranggapan gizi yang terbaik adalah yang diperoleh dari
susunan makanan yang dibuat secara tradisional. Pengubahan yang
drastis bisa menimbulkan pengaruh yang buruk. Orang yang
biasanya hidup berpantang daging kalau berubah menjadi pemakan
daging tentu akan terjadi perubahan dalam tubuhnya. Misalnya
bisa terjadi kerusakan ginjal, yang diakibatkan oleh sampah
buangan dari daging setelah dicerna.
Pengubahan terhadap susunan makanan ke arah peningkatan gizi
menurut Rene Dubos, masih perlu disangsikan kegunaannya.
Orang-orang Jepang zaman sekarang berbadan lebih besar dan
tinggi dibandingkan dengan sebelum Perang Dunia II. Peningkatan
ukuran tubuh ini disebabkan oleh pengubahan susunan makanan yang
terjadi sejak 1950. "Tapi belum bisa dipastikan apakah orang
Jepang zaman sekarang lebih sehat dan bahagia dibandingkan
dengan pendahulu mereka yang bertubuh kecil," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini