Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SELAMA masa pandemi, Hanan punya hobi baru: bercocok tanam. Dia memanfaatkan pekarangan seluas 10 meter persegi di rumahnya untuk ditanami berbagai jenis tanaman. Ia menanam sayur-sayuran dan tanaman yang sedang tren saat ini, seperti aglonema, monstera, dan janda bolong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hanan mengaku belajar dari media sosial tentang cara bercocok tanam sejak awal masa pandemi. Dia juga aktif dalam grup para pemula yang sedang belajar bercocok tanam dengan memanfaatkan lahan terbatas di kota. “Saya juga bertanya kepada pedagang tanaman hias bagaimana merawat tanaman hias yang sedang tren,” tuturnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari kegiatan berkebun di lahan terbatas, kini kebutuhan sayuran, seperti tomat, cabai, dan bayam, bisa dipenuhi dari pekarangan rumahnya. Hanan juga membagikan hasil berkebun kepada para tetangga dan teman. “Tiap kali panen bisa memenuhi kebutuhan sayuran seminggu,” ucapnya.
Badan Pusat Statistik mencatat, dari semua sektor usaha yang terkena dampak pandemi, hanya sektor pertanian yang masih mencatatkan hasil positif. Selama kuartal kedua tahun ini, pertanian tumbuh 16,24 persen dan 2,15 persen pada kuartal ketiga.
Penggerak bertani yang juga Sekretaris Kelompok Tani Sejahtera Makmur, Ahmad Fahrizal, mengatakan selama sembilan bulan masa pagebluk permintaan bibit pohon alpukat Cipedak melonjak. “Permintaan dari seluruh Indonesia,” ujarnya dalam acara Ngobrol Tempo bertajuk Berkebun Selama Pandemi, Kamis, 4 Desember lalu.
Ahmad mengatakan memproduksi bibit alpukat Cipedak sebanyak 2.000 pohon per bulan. Bibit yang diproduksi cepat terserap oleh pasar. “Entah mengapa teman-teman yang menanam alpukat Cipedak tambah banyak pada masa pandemi ini,” ujarnya.
Penanggung jawab Gang Hijau Asmat Jakarta, Latifah, mengatakan kegiatan bertani di lahan terbatas kini makin digemari masyarakat. Selain bermanfaat untuk konsumsi keluarga, hasil bertanam mendatangkan penghasilan. “Kegiatan menanam punya nilai tambah bagi anggota,” tuturnya.
Latifah menceritakan kegiatan berkebun di rumah digagas pada 2017. Kegiatan ini mendapat dukungan dari Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta. Bersama warga, dia menerapkan teknik hidroponik. “Awalnya saya sendiri, kemudian masyarakat terinspirasi dan ikut bergabung.”
Dia menuturkan kegiatan berkebun di rumah membuat orang tetap produktif selama masa pandemi Covid-19. Hasil panen dari kebun dapat dikonsumsi untuk kebutuhan pangan sehari-hari dan tanamannya pun membuat udara lebih segar. “Lingkungan hijau otomatis membuat kualitas udara lebih baik dan enak dipandang,” ucapnya.
Bersama warga, Latifah dapat memanen berbagai jenis sayuran sebanyak 150 kilogram per bulan. Selama pandemi, tingkat permintaan melonjak 100 persen dari biasanya. Pemasaran hasil panen, dia menambahkan, dilakukan secara daring.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, Pertanian (KPKP) DKI Jakarta Suharini Eliawati telah menyiapkan program strategis untuk mengajak masyarakat berkebun di lahan terbatas. Menurut dia, bertani di kota besar kini tidak memerlukan cangkul atau area becek. “Bercocok tanam di kota cukup dengan memanfaatkan teknologi, seperti hidroponik dan teknologi tetes dalam pengairannya,” tuturnya.
Menurut Suharini, pemerintah DKI kerap menggelar edukasi secara virtual kepada masyarakat. “Bukan berarti pandemi tidak melakukan apa pun, tapi bisa dimulai dengan memanfaatkan lahan yang ada di rumah,” ucapnya.
Pemerintah DKI berencana membangun enam kebun agroeduwisata sebagai tempat edukasi sekaligus hiburan warga. Di tempat ini, nantinya masyarakat akan diajak untuk belajar sekaligus berwisata tentang pentingnya pertanian.
Adapun penyuluh pertanian Jakarta Barat, Ghausal Akbar, mengakui tren masyarakat berkebun di rumah meningkat selama masa pandemi. Berkebun di rumah bisa dilakukan walau hanya dengan lahan seluas satu meter persegi. “Tidak harus punya lahan luas,” tuturnya.
Akbar menjelaskan ada beberapa teknik yang dapat diterapkan ketika berkebun di lahan yang terbatas. Pertama, kata dia, warga dapat menerapkan metode budi daya tanaman buah dalam pot. Selanjutnya, warga juga dapat menggunakan metode hidroponik dengan memanfaatkan wadah penampung air dan pipa-pipa. Kemajuan teknologi pertanian membuat kita tak perlu berkotor-kotor saat bercocok tanam.
EKO WAHYUDI, ALI NUR YASIN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo