Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Bodi sudah mati

Candi borobudur yang mengalami kerusakan oleh alam kini sedang dipugar dengan bantuan uang, tenaga ahli dan peralatan dari unesco. disamping iklim, cendawan dan lumut, air juga menyebabkan korosi. (sd)

7 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

POHON bodi tua, yang dulu diketemukan di halaman Borobudur dan juga jadi tempat upacara orang-orang Budha, kini sudah mati. Tapi tidak usah cemas. 17 cangkokan bodi yang masih segar kini siap menjadi saksi Borobudur sampai masa-masa yang akan datang. Sementara itu Borobudur yang sampai bulan Nopember lalu mengeruk wisatawan 450 ribu (untuk tahun 1977), sedang sibuk dibenahi untuk mengalahkan ancaman dewa kehancuran. Candi kebanggaan itu sekarang penuh larangan. Banyak orang suka meremehkan larangan tersebut. Padahal dr. Soekmono, ketua Proyek, menyatakan kalau larangan itu diabaikan bisa membahayakan pekerja candi yang notabene berasal dari penduduk setempat. Memang hehJm pernah ada pekerja mati ditimpa batu. Tapi kesehatan candi sudah sangat menyedihkan. 3 macam penelitian sudah membuktikan ada korosi pengroposan. Yang paling fatal, di samping pengaruh iklim, cendawan dan lumut, adalah banyaknya air yang keluar dari pori-pori dan sela-sela. Sejak 1969 hingga kini, biaya yang sudah dikeluarkan Rp 3 milyar. Tentu saja program yang masuk Pelita ini dapat bantuan Unesco berupa duit, tenaga ahli dan peralatan. Tapi sejak Mei 1975 bantuan tenaga ahli berbenti. Seluruh karyawan sekarang adalah pribumi. Kalau saja pemugaran tersendat-sendat, kerusakan akan bertambah parah. Di samping pemugaran, usaha menyelamatkan daerah Borobudur untuk tidak menjadi kota pun sudah dilakukan dengan pembebasan Borobudur dalam radius 300 meter. Pembebasan itu sendiri berhasil menyingkap misteri--dengan diketemukannya stupa kecil dan lempengan baja di sebelah selatan. Sedang di sebelah barat diketemukan juga genta biara. Ular Hitam Kuning Suyono dan Suwarno, komputer berjalan yang mengikuti pemugaran sejak awal, menceritakan berbagai kejadian sudah mereka alami. Termasuk 2 orang turis yang nleninggal. Sepele sebabnya: gara-gara mau ngambil gambar bagus, mundur-mundur, nah akhirnya berantakan jatuh di tebing candi. Para pekerja sendiri tak ada yang dapat cidera yang fatal. Paling kegencet batu atau kena pecahan besi tatah. Gangguan ular, berwarna hitam-kuning, memang banyak. Tapi karena banyaknya maka sudah tidak asing lagi. Ada ular yang tenang-tenang saja: ngeloyor melewati dada pekerja yang se.dang lelap, santai. Kadang juga ular itu tersesat masuk "pansuit" turis domestik. Syukur belum ada yang mati kena patuk. "Ular banyak, tapi sudah jadi kawan," kata Suyono.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus