Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebulan yang lalu, Gunawan—sebut saja namanya begitu—masih risau saat menjalani kewajibannya sebagai suami di tempat tidur. Dia selalu gagal memuaskan pasangannya setiap kali berhubungan suami-istri. Pasalnya, kemaluan pria asli Surabaya ini tak lagi bisa mengalami ereksi. "Istri saya sampai memprotes," kata Gunawan, Selasa pekan lalu.
Semula Gunawan menghibur diri bahwa ketidakperkasaannya itu akibat usianya yang menua. Ia sudah hampir 60 tahun kini. Apalagi ia juga gampang lelah setiap kali berjalan kaki. "Jalan 40 langkah saja sudah capek."
Keadaan berubah setelah ia dirawat dokter Dono Antono, spesialis penyakit dalam konsultan kardiovaskular. Ia menyambangi Pak Dokter karena pada kaki kirinya muncul luka sebesar telapak tangan yang tak kunjung sembuh. Meski selalu diobati dan dibersihkan, borok itu tak kunjung mengering. Dagingnya malah membusuk sehingga terpaksa dibuang dan meninggalkan sebuah lubang.
Dono mendiagnosis Gunawan mengalami penyempitan pembuluh darah di bagian perut. Dia menawari pasiennya memasang ring di lokasi terjadinya penyempitan. Tujuannya agar pembuluh kembali longgar dan darah mengalir lancar. Gunawan tak berkeberatan.
Maka sebulan lalu pemasangan ring pun dilakukan. Dan, jreng! Perubahan langsung dirasakan oleh Gunawan. Kini dia sudah bisa berjalan jauh. Luka di kaki kirinya juga terus membaik. "Sekarang lukanya tinggal seukuran kuku," katanya. Dan, ehm, ini yang paling membuatnya girang: di ranjang pun kinerja Gunawan kembali yahud, karena alat kejantanannya tak lagi layu. Protes tak terdengar lagi dari sang istri.
Menurut Dono, penyempitan pembuluh darah yang dialami Gunawan itu terjadi karena saluran ditempeli plak atau kerak. Penumpukan plak ini biasanya dialami orang yang menderita diabetes, darah tinggi, dan kolesterol tinggi serta perokok. "Makin banyak faktor pemicunya, makin cepat plaknya menebal," kata dokter yang berpraktek di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan RS Medistra Jakarta ini.
Sumbatan di bagian perut ini mirip yang terjadi pada saluran yang menuju otak dan jantung. Jika terjadi di pembuluh darah otak, biasa mengakibatkan stroke. Kalau terjadi di jantung, menyebabkan penyakit jantung koroner. Penyumbatan juga bisa terjadi di kaki. Pada penderita diabetes, penyakit ini dinamakan kaki diabetik.
Pada kasus impotensi, sumbatan bisa terjadi di dua tempat, yakni pembuluh darah besar atau pembuluh darah kecil. Ibarat batang pohon, pembuluh darah di tubuh manusia juga memiliki saluran-saluran kecil seperti cabang. Pembuluh darah besar berada di bagian perut, sedangkan yang kecil—yang cabang-cabang itu—mengalirkan darah di sekitar penis. Aliran darah inilah yang membuat penis menegang.
Jika penyempitan terjadi di pembuluh darah kecil, tentu saja ini menyebabkan kemaluan gagal tegak. Tapi, jika penyempitan terjadi di pembuluh darah besar, eksesnya lebih banyak. Sebab, pembuluh darah besar juga menyuplai darah dan oksigen ke bagian kaki. Kalau pasokannya tak lancar, kaki pun ikut bermasalah.
Dalam banyak kasus, hal itu menyebabkan kaki bisa mengecil, mengalami gangrene atau muncul luka terbuka yang tak kunjung sembuh, bahkan membusuk. Kalau dokternya tak paham, menurut Dono, pembusukan daging di kaki ini akan berujung pada amputasi.
Padahal sebenarnya, kata Dono, berbagai masalah tersebut bisa diatasi dengan melebarkan kembali pembuluh darah. Caranya dengan memasang ring di pembuluh darah yang menyempit tadi. Pengerjaannya mirip dengan pemasangan ring pada pembuluh darah jantung. Metode ini—memasang ring pada pembuluh darah untuk mengatasi impotensi—baru diterapkan pada awal 2016.
Caranya sederhana saja. Ring dikirim melalui kateter yang dimasukkan lewat paha atau lengan. Kateter tersebut akan bergerak ke pembuluh darah yang mampet dan membereskannya dengan memasukkan balon serta ring. Sesampai di lokasi, ring akan mengembang dan menyangga pembuluh darah sehingga ukurannya kembali normal.
Kalau ukurannya sudah melebar, aliran darah kembali mengalir deras. Penis pun bisa tegang dan masalah di kaki perlahan hilang. "Kinerja organnya juga akan sama seperti saat belum ada penyempitan."
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik dan diabetes, Em Yunir, mengatakan problem impotensi dan penyakit di kaki ini banyak dialami penderita diabetes. Sebanyak 30-40 persen dari mereka punya problem dengan penis. Tapi, masalahnya, tak semua orang sadar mereka menderita diabetes. Akibatnya, impotensinya pun kerasan di sana akibat tak ada pengobatan yang tepat.
Kebanyakan pria pengidap masalah impotensi menggunakan obat kuat, seperti pil biru, untuk mendongkrak kejantanan. Obat ini memang mujarab merilekskan dinding pembuluh darah sehingga gampang terjadi ereksi. Namun, "Pil itu cuma efektif untuk merenggangkan pembuluh darah kecil," kata Yunir." Kalau pasokan darah dari pembuluh besarnya tetap tak lancar, hasilnya juga tak akan maksimal."
Ada lagi yang memilih menggunakan metode vakum. Cara kerjanya, tekanan udara dalam vakum akan menyedot darah hingga mengalir lancar ke penis. Tapi metode ini cukup merepotkan. "Setelah penis membesar, pangkal penisnya harus diikat," kata Yunir. "Kalau tidak, ya, aliran darahnya kembali ke tempat asal, penis jadi kecil lagi."
Selain itu, ada obat suntik untuk melebarkan pembuluh darah. Cara kerjanya sama dengan obat biasa, hanya metode ini difokuskan dengan menyuntik langsung ke titik masalahnya. Tapi, seperti menggunakan obat atau vakum, penis tetap tak bisa berdiri secara alami.
Jadi apa pilihannya? Bagi Gunawan, metode ring paling sesuai dengan kebutuhannya, baik untuk urusan berjalan maupun kinerja di ranjang. Dia toh memang sudah merasakan faedahnya. "Sekarang rasanya usia saya menjadi 20 tahun lagi."
Nur Alfiyah
Proses terjadinya sumbatan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo