Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Cara Pemburu Jentik Melibas Dengue

Demam berdarah terus menyerang. Gerakan bersih lingkungan adalah pencegahan paling mujarab.

5 Februari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namanya Gelis. Dia bukan mojang Priangan, melainkan Gerakan Lingkungan Sehat. Inilah satu program komunitas yang bersinar di sudut Bogor. Gerakan ini cukup sukses meredam laju penyebaran demam berdarah dengue di RW 06, Kampung Babakan Doneng, Bogor. "Sejak tiga tahun lalu, tak ada lagi yang kena demam berdarah," kata Ani Ma-riani, kader Gelis Kampung Babakan

Sebelum Gelis diterapkan, saban musim hujan ada saja korban virus dengue di Kampung Babakan Doneng. Begitu kerap kejadiannya berulang sehingga wilayah ini termasuk salah satu kantong endemik di Jawa Barat.

April 2004, beberapa aktivis Koalisi Bogor Sehat berinisiatif menggerakkan komunitas Babakan untuk melawan demam berdarah. Clara Kusharto, Koordinator Koalisi untuk Bogor Sehat, mitra Koalisi untuk Indonesia Sehat, menjadi salah satu motor gerakan.

Clara dan kawan-kawan segera merekrut puluhan kader, umumnya ibu rumah tangga. Mereka dilatih memantau adanya jentik nyamuk Aedes aegypti di labirin permukiman padat Babakan. Bak mandi, kaleng bekas, vas bunga, pot tanaman, sampai sangkar burung diamati para kader Gelis.

Sarung, baju, celana, mukena, dan kemul beraroma menyengat yang bergelantungan di pojok-pojok kamar tak luput dipelototi kader. "Pakaian kotor seperti ini favorit menjadi sarang nyamuk," kata Nana Juhana, kader seangkatan Ani. Baju kotor mesti dirapikan. Sampah dan semua tempat yang potensial menjadi sarang nyamuk harus dilibas dengan jurus kuno 3M, yakni menutup, menguras, dan menimbun sehingga tiada genangan air.

Mulanya warga sempat merasa risih dengan gaya blusak-blusuk para pemburu jentik, tapi para kader terus menjelaskan aksinya. Kader Gelis pun diterima masyarakat Babakan. "Ini penting untuk kesehatan bersama," kata Sri Hayati, warga Kampung Babakan. Agar efektif, pembagian kerja dilakukan. Seorang kader bertanggung jawab atas 20 rumah. Di RW 06 Babakan, dengan 150 rumah, kini ada 30 relawan pemantau jentik.

Gerakan komunitas ala Gelis ini merupakan cara penting melawan demam berdarah. Mengingat radius terbang nyamuk Aedes aegypti cukup luas, yakni 50-100 meter, pemberantasan harus digelar menyeluruh.

Secara nasional, demam berdarah terbukti masih sulit ditaklukkan. Salah satu penyebabnya, program pemerintah masih bersifat bak pemadam kebakaran, hanya bergerak di level permukaan. Pembenahan kualitas kesehatan lingkungan secara menyeluruh masih langka.

Maka, lihatlah akibatnya. Sejak pertama kali dilaporkan di Surabaya pada 1968, demam berdarah terus berkibar di seantero negeri. Pada 1998, salah satu puncak siklus lima tahunan, tercatat 1.414 pasien meninggal. Simak pula pada 2006, kasus demam berdarah nasional mencapai 111.730 kasus dengan 1.152 orang meninggal.

Tahun ini, virus dengue juga masih kerap menyerang. Sepanjang Januari 2007, jumlah pasien demam berdarah di seantero negeri sudah mencapai 8.019 orang. Dari jumlah itu, 144 orang tewas. Status Kejadian Luar Biasa belum dilekatkan walaupun kasus demam berdarah meningkat pesat di berbagai daerah.

Menyimak cermin suram yang dibawa demam berdarah, beberapa pihak bergerak di level komunitas. Koalisi untuk Indonesia Sehat (Kuis) termasuk lembaga yang sadar bahwa penanganan demam berdarah tak bisa dilakukan sendiri-sendiri. "Harus diatasi bersama-sama," kata Risang Rimbatmaja, aktivis Koalisi untuk Indonesia Sehat.

Ada beragam cara melawan virus dengue. Kader Gelis pun bukan satu-satunya yang bergerak aktif. Dari pojok Duren Sawit, Jakarta Timur, Sri Murwati menyuguhkan alternatif. "Kami mengembangkan ovitrap, perangkap nyamuk ala Duren Sawit," kata Sri dari Bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kecamatan Duren Sawit.

Bersama rekannya, Sigit Darmanto, Sri mengembangkan ovitrap sejak tiga tahun lalu. Ini alat sederhana saja. Siapa saja bisa membuatnya. Ambil bejana, bisa pot bunga yang disumbat lubang bawahnya, ember kecil, kaleng, atau plastik makanan. Bejana ini dicat hitam, diisi air bersih, dan ditutup dengan jaring (idealnya kain tule) hitam. "Warna serba hitam untuk memancing nyamuk agar mau bertelur di situ," kata Sri.

Lalu, begitu nyamuk nangkring bertelur, maka butiran telur nyamuk akan jatuh ke dalam air. Selanjutnya, telur berkembang menjadi kepompong, jentik, dan nyamuk muda. Lantaran terhalang jaring, barisan nyamuk muda pun gagal terbang ke luar bejana, dan akhirnya mati.

Dengan penempatan yang tepat, ovi-trap cukup efektif. Kalau alat ini disinggahi seekor nyamuk, itu sudah lumayan mengurangi serangan. Bayangkan. Seekor nyamuk betina mampu menghasilkan 60-100 butir sekali bertelur. Ovitrap bisa memotong siklus hidup nyamuk berbahaya itu. Syaratnya, penempatan ovitrap mesti tepat. Alat ini bisa diletakkan di lokasi yang lembab dan gelap. Lokasi kegemaran nyamuk itu, antara lain, dekat bak mandi, sudut-sudut rumah, atau dekat bak penampungan air.

Alat sederhana itu pernah diuji coba di RW 16, Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit, pada awal 2003. Setidaknya 600-an alat dibagikan kepada warga. Hasilnya cukup lumayan. Pada 2004, di sana tak terjadi satu pun kasus demam berdarah. Padahal, di perkampungan padat ini sebelumnya kasus demam berdarah datang dan pergi.

Pada 2005, memang sempat muncul satu kasus di Kelurahan Klender, tapi kasus ini tak diketahui sumber penularannya. "Di rumah pasien tidak ditemukan jentik nyamuk demam berdarah," kata Sumini, salah satu kader lapangan RW 16. "Mungkin dia digigit nyamuk saat ada di luar wilayah kami."

Bisakah metode Babakan dan Klender dijadikan model gerakan memberantas demam berdarah secara nasional? Jawabnya, tergantung kepedulian penduduk setempat. "Tingkat partisipasi, motivasi dan kepedulian warga sangat majemuk," kata dr. Rita Kusriastuti, Kepala Subdirektorat Arbovirosis, Departemen Kesehatan.

Pemerintah, menurut Rita, hanya memfasilitasi berbagai cara bagi warga untuk memberantas demam berdarah. Jenis program silakan pilih mana suka berdasar situasi dan kondisi setempat. "Jadi, tak harus sama dan seragam, yang penting bisa menekan berkembangnya jentik," kata Rita.

Apabila dibuat seragam, Rita yakin program tak akan berjalan efektif. Pemerintah DKI Jakarta pada 2004-2005 sempat melaksanakan Program Juru Pemantau Jentik (Jumantik) Profesional. "Setiap orang digaji Rp 750 ribu per bulan," kata Rita. Tapi, apa lacur, berbagai kasus penyimpangan terjadi. Laporan si jumantik kadang tidak akurat. Bahkan ada yang memanipulasi laporan dengan mengatakan kampungnya seratus persen bebas Aedes aegypti, padahal faktanya tidak demikian. Laporan tidak akurat ini membahayakan sistem kewaspadaan dini dalam mengantisipasi penyebaran virus dengue.

Semua tergantung kepedulian warga. "Tidak adil juga menyerahkan semua urusan melawan demam berdarah kepada pemerintah," kata Risang Rimbatmaja. Tanpa warga yang terlibat aktif seperti di Babakan dan Klender, virus berbahaya itu bisa dengan cepat menjadi hantu pencabut nyawa.

Dwi Wiyana

Ini Dia Musuh Si Nyamuk

Obat nyamuk/pengasapan (fogging)membunuh nyamuk biasa yang menghirup zat obat.

Ikan cupang (Trichopsis vittatus) memangsa 50 jentik sehari

Kelambu/kawat lasaMenghalangi gigitan nyamuk

Gerakan 3M (menutup, menguras dan menimbun) Mencegah nyamuk berkembang biak dari awal

Tanaman zodia (Evodia suaveolens), serai wangi (Cymbopogan citratus), lavender, dan geranium Baunya menyengat sehingga nyamuk enggan mendekat

Ovitrap/bejana perangkap nyamuk Menjadi tempat bertelur nyamuk, menjebak nyamuk muda hingga tak bisa terbang dari bejana dan mati.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus