Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Institut Penyakit Tropis di Makassar
Tuberkulosis, demam berdarah dengue, dan malaria adalah penyakit yang khas negeri tropis. Celakanya, hampir semua riset tentang penyakit itu dilakukan di Eropa atau Amerika. Karena itu, “Indonesia perlu lembaga riset khusus tentang penyakit tropis,” kata Profesor Sangkot Marzuki, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta.
Pekan lalu lembaga itu terbentuk. Namanya Institut Penyakit Tropis Novartis NEHCRI, hasil kerja sama tiga lembaga, yaitu Novartis, perusahaan farmasi dari Swiss, dan Lembaga Eijkman serta Pusat Inisiatif Uji Klinis Universitas Hasanuddin. Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulawesi Selatan, menjadi pusat kegiatan lembaga baru ini.
Pekan lalu, Prof. Sangkot menjelaskan bahwa NEHCRI akan menjadi wadah ideal para peneliti untuk berburu obat berbagai penyakit tropik. “Sebagai langkah awal, penelitian difokuskan pada tuberkulosis dan demam berdarah,” kata Sangkot kepada Tempo.
Rumah Sakit Dr. Wahidin dipilih sebagai sentra karena para peneliti dari ketiga lembaga tadi selama ini melakukan bermacam investigasi dan uji klinis di rumah sakit itu.
Para peneliti itu nanti juga memanfaatkan perangkat canggih laboratorium Novartis Institute for Tropical Diseases di Singapura.
Perempuan, Polusi, dan Penyakit Jantung
KAUM perempuan di kota-kota besar perlu waspada. Udara kotor kota ternyata bisa berbahaya bagi jantung. Makin tua seseorang, efek negatif udara kotor makin terasa.
Begitulah hasil riset mutakhir Universitas Washington, Seattle, Amerika Serikat, yang dilaporkan New England Journal of Medicine. Sejumlah ilmuwan universitas itu mengamati 66 ribu perempuan sehat 50-79 tahun. Mereka tersebar di 36 kota Amerika. Kota yang diteliti memiliki kadar pencemaran udara antara 4-20 mikrogram per kubik meter.
Selama hampir satu dasawarsa, tim ilmuwan memantau kondisi kesehatan responden. Riwayat kesehatan yang diamati meliputi adanya serangan jantung, stroke, operasi bypass, atau penyakit kardiovaskuler yang mematikan. Hasilnya: 1.816 perempuan mengalami satu atau lebih dari satu masalah yang berkaitan dengan jantung.
Sebagaimana dilaporkan di BBC Health News pekan lalu, tim peneliti kemudian membandingkan kondisi udara kota tempat tinggal responden. Dari sini diketahui kaitan antara tingkat polusi udara dan peningkatan risiko penyakit jantung. Prof. Joel Kaufman, ketua tim peneliti, mengatakan risiko polusi udara lebih tinggi pada perempuan ketimbang pada laki-laki, karena ”Ukuran pembuluh darah arteri koroner perempuan lebih kecil daripada laki-laki.”
Riset ini juga menghasilkan kesimpulan menarik. Setiap penambahan 10 mikrogram per kubik meter polutan udara berakibat peningkatan risiko terkena penyakit jantung hingga 76 persen.
Jangan Buru-buru Tranfusi
Demam berdarah dengue sedang melanda negeri ini. Pasien yang memerlukan transfusi darah bertambah. Biasanya dokter dan keluarga pasien buru-buru memilih transfusi ketika menduga trombosit pasien merosot. Padahal, sebenarnya,”Transfusi hanya diperlukan bagi pasien yang mengalami pendarahan hebat,” kata Dr. Ari Fahrial Syam, spesialis penyakit dalam dari FKUI/RSCM Jakarta. “Tanpa pendarahan, jumlah trombosit yang minim tidak bisa dijadikan alasan untuk transfusi,” katanya kepada Nunuy Nurhayati dari Tempo.
Menurut Ari, trombosit pasien demam berdarah biasanya akan naik dengan sendirinya. Proses ini terjadi setelah tujuh hari sejak terjadinya demam. Syaratnya, “Pasien diberikan cairan infus untuk menjaga volume cairan di pembuluh darah tetap baik,” kata Ari. Informasi begini tak banyak diketahui. Akibatnya banyak keluarga pasien yang menuntut dokter untuk segera memberikan transfusi. Walhasil, permintaan kantong darah melonjak hingga membuat kelabakan Palang Merah Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo