Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Cegah Anemia, Ahli Gizi Sarankan Hati Ayam di Menu Makan Bergizi Gratis

Ahli gizi menyarankan hati ayam dan jeruk dimasukkan dalam menu Makan Bergizi Gratis untuk mengatasi anemia atau kekurangan darah merah pada siswa.

25 November 2024 | 20.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Data Kementerian Kesehatan tahun 2024 menyebut sebanyak 32 persen remaja, terutama remaja putri usia 15-24 tahun, mengalami masalah gizi anemia defisiensi zat besi, yang berisiko dapat melahirkan anak stunting. Dosen pangan dan gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Widjaja Lukito, pun menyarankan hati ayam dan jeruk dimasukkan dalam menu program Makan Bergizi Gratis untuk mengatasi anemia atau kekurangan darah merah pada siswa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saya menyarankan MBG itu ada hati ayam. Kita kadang-kadang masih terlalu kebarat-baratan, misalnya mereka tidak makan jeroan. Tetapi jangan salah, contoh hati ayam satu hari dua biji, itu perbaikan ke anemia jauh lebih dahsyat daripada pil besi," katanya di Jakarta, Senin, 25 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menjelaskan hati ayam mengandung heme atau zat besi yang bisa diserap dengan cepat oleh sel-sel dalam tubuh manusia untuk mengatasi anemia.

"Hati ayam sudah menyediakan heme. Oleh karena itu perbaikannya lebih cepat. Kalau mau pil besi, bisa ditambah vitamin C. Atau dalam MBG itu alangkah baiknya ada jeruk, ada hati ayam, itu penyerapannya jauh lebih bagus," ujarnya.

Ilustrasi anemia. (Style Craze)

Baik untuk daya ingat
Ia juga mengatakan berdasarkan penelitian, apabila kandungan zat besi naik maka daya ingat dan perhatian siswa bisa meningkat. "Kalau zat besi naik, memori dan perhatiannya lebih bagus," ucap Widjaja.

Ia juga menekankan pentingnya memperhatikan efektivitas pemberian makan bergizi gratis yang dapat menjangkau hasil klinis selain status gizi. 

"Kalau anak diberikan makan bergizi dan status gizinya membaik, bukan hanya status gizinya yang membaik tetapi harus menjangkau clinical outcome (hasil klinis), misalnya lebih perhatian pada pelajaran, angka absensinya lebih rendah, perhatiannya lebih bagus," tutur Widjaja.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus