KANKER sebagai penyakit pembunuh tampaknya masih akan lama berada di urutan paling atas. Di Indonesia, menurut dr. Sudarto Pringgoutomo, Ketua II Lembaga Kanker Indonesia di Seminar Kanker Juli 1983, penyakit itu berperan 15% dalam angka kematian, yakni membunuh 90.000 orang setiap tahun. Ini memang sesuai dengan perkiraan WHO, Organisasi Kesehatan Dunia, yang mencatat 15% dari sekitar 46 juta kematian per tahun di dunia akibat oleh penyakit maut itu. Melihat jumlah kematian itu, banyak ahli menduga bahwa penyakit itu baru akan tersingkir dari daftar teratas penyakit pembunuh sekitar akhir abad ini. Pendapat ini dilontarkan beberapa ahli yang diwawancarai New York Times Februari-Maret lalu. Jumlah penderita kanker sedunia, menurut laporan WHO 1981, setiap tahun bertambah sekitar 8,7 juta. Jumlah itu belum mencakup mereka yang baru berindikasi kanker, yang diperkirakan setiap tahun 37,1 juta orang. Kematian akibat kanker di RRC diduga sekitar 620.000 per tahun, di AS sekitar 450.000, dan di Jepang kurang lebih 50.000 jiwa. Menurut para ahli itu, ternyata masyarakat di kelompok negeri tertentu mengidap penyakit kanker jenis tertentu dalam porsi lebih besar. Misalnya diperkirakan di Asia Tenggara dan Asia Selatan (India dan Sri Lanka), masyarakat yang mengenal kebiasaan mengunyah sugi, dibayang-bayangi kanker mulut dan tenggorokan. Di Jepang lebih banyak penderita kanker lambung. Menurut anallsa para ahli, hal itu terjadi karena orang Jepang mengenal diet tradisional yang berkadar nitrat tinggi seperti yang dihasilkan ikan bakar, sedangkan orang AS menggemari diet yang berkadar lemak tinggi. Anehnya, bila orang Jepang yang mempertahankan dietnya, pindah ke AS dan kemudian terserang kanker, penyakitnya ternyata sering bukan jenis kanker lambung, tapi jenis kanker seperti yang kebanyakan menyerang orang AS. Para ahli belum berhasil menemukan teori jitu tentang cara bekerja carcinogen (penyebab kanker) di tempat-tempat itu. Sejauh ini, mereka hanya mampu berlomba menemukan carcinogen saja. Misalnya di AS diributkan bahwa pembasmi hama jeruk sitrun, ethylene dibromide (EDB), sebagai satu jenis carcinogen. Tahun lalu dioxin, unsur yang dipakai pada Agent Orange yang dipergunakan sebagai penggundul hutan di Vietnam, - juga dituding sebagai jenis carcinogen. Sebelumnya pestisida, seperti DDT dan Kepone, dianggap penyebab kanker. Pada tahun 1970-an, lingkungan sempat jadi kambing hitam penyakit kanker. Waktu itu disebutkan babwa penyebab penyakit kanker meliputi enam faktor, yakni lingkungan pabrik asbes, krom, nikel, arsenik benzene, dan pecahan minyak (polusi knalpot). Faktor-faktor itu dituduh membuahkan 20%-35% kematian kanker akibat pengaruh lingkungan itu. Juga lingkungan kotor di negara berkembang dianggap sebagai sarang carcinogen. Sementara itu, perlombaan penelitian terhadap ramuan kimia sebagai penyebab kanker juga sudah menghasilkan daftar panjang. Mulai dan pemanis sintetis (cyclamate dan saccharin), hormon (DES), pengecat rambut, saus tomat, sampai ke pakaian tidur anak-anak yang diberi unsur tahan api (TRIS). Bahkan kebutuhan sehari-hari, seperti kopi dan daging steak yang dipanggang di atas batu bara, dan hamburger tak luput masuk daftar yang dicurigai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini