Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pneumonia atau yang juga dikenal sebagai paru-paru basah merupakan peradangan pada paru-paru yang menyebabkan penumpukan cairan sehingga menghambat proses pernapasan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kementerian Kesehatan (Kemkes) menjelaskan bahwa pneumonia atau paru-paru basah adalah kondisi di mana terjadi peradangan pada jaringan paru-paru di tubuh. Kondisi ini menyebabkan alveolus (kantong udara di paru-paru) terisi cairan, yang akhirnya berdampak menghambat fungsi paru-paru secara optimal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada beberapa kasus, individu dengan sistem imun yang lemah dapat mengalami komplikasi, di mana bakteri menyebar ke dalam aliran darah. Hal ini dapat berujung pada kegagalan fungsi organ, yang sering ditandai dengan terbentuknya abses paru hingga munculnya nanah.
Selain itu, jika peradangan tidak segera ditangani, cairan akibat peradangan dapat terbentuk dan menumpuk di lapisan pelindung paru-paru. Dalam kondisi ini, dokter mungkin perlu melakukan prosedur khusus untuk mengeluarkan cairan tersebut.
Pneumonia dipicu oleh virus dan mikroorganisme, termasuk bakteri, jamur, protozoa, dan virus. Beberapa faktor lain yang dapat memicu pneumonia antara lain:
1. Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak jaringan paru-paru dan menurunkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi, sehingga meningkatkan risiko terjadinya pneumonia.
2. Penyakit Jantung Kronis
Gangguan pada jantung dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, yang pada gilirannya meningkatkan kemungkinan seseorang terkena pneumonia.
3. Diabetes Melitus
Diabetes cenderung mengurangi efektivitas sistem imun, sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi pneumonia.
4. Kelemahan Struktur Organ Pernapasan
Struktur organ pernapasan yang tidak kuat membuat paru-paru menjadi lebih mudah terserang infeksi.
5. Penurunan Tingkat Kesadaran
Penurunan kesadaran dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya aspirasi, yang pada gilirannya dapat memicu pneumonia.Selain itu, jenis kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda-beda pada tiap daerah.
Hal ini juga dipengaruhi oleh interaksi antar pasien yang menimbulkan infeksi, cara infeksi dapat terjadi, gangguan pada sistem kekebalan tubuh, keberadaan penyakit kronis, polusi lingkungan, serta penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
Dilansir dari Medical News Today, berikut faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan seseorang berisiko tinggi terkena virus atau bakteri penyebab pneumonia:
- Seorang yang berusia lebih dari 65 tahun atau berusia di bawah 2 tahun
- Tinggal di lingkungan kelompok, seperti panti jompo, penjara, atau asrama
- Bekerja di rumah sakit atau panti jompo
- Merokok tembakau
- Mengonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang
- Menderita penyakit kronis, seperti penyakit jantung, pernapasan, atau autoimun
- Memiliki sistem kekebalan tubuh yang terganggu, bisa karena kanker atau HIV
- Seorang yang sedang dalam masa pemulihan setelah terkena infeksi virus baru-baru ini
Pneumonia bakteri dan virus lebih umum terjadi daripada pneumonia akibat infeksi jamur. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri, yakni Streptococcus pneumoniae menyebabkan bakteri pneumonia. Jenis pneumonia yang disebabkan oleh bakteri ini biasanya lebih parah dibandingkan pneumonia virus.
Gejala bakteri pneumonia dapat dikenali dengan:
- Demam sangat tinggi
- Kedinginan atau menggigil
- Bernapas cepat atau pernapasan cepat
- Mengalami sesak napas
- Batuk disertai darah atau lendir
- Kelelahan atau kekurangan energi.
Virus pneumonia juga memiliki beberapa gejala yang hampir sama, tetapi gejalanya cenderung kurang parah.
Pengobatan pneumonia akibat bakteri pneumonia adalah dengan bantuan pengobatan antibiotik. Antibiotik ini tidak membantu mengobati virus pneumonia kecuali ada penyebab bakteri sekunder.
Virus penyebab penyakit pneumonia terdiri dari berbagai macam virus yang terdiri dari:
- Virus influenza A, B, dan C
- Virus corona, termasuk yang menyebabkan COVID-19, sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) , dan sindrom pernapasan akut berat (SARS)
- Virus parainfluenza
- Adenovirus, yang menyebabkan bronkitis dan beberapa jenis flu biasa
- Virus varicella-zoster, yang menyebabkan cacar air dan herpes zoster
- Virus pernapasan syncytial, biasanya yang paling serius pada anak kecil, tetapi dapat menyebabkan gejala seperti flu pada orang-orang dari segala usia
Catatan penting, virus mudah menyebar saat penderita atau pasien pneumonia bersin atau batuk. Penularan juga dapat terjadi ketika seseorang bersentuhan dengan permukaan yang terkontaminasi.
Pilihan Editor: Hal-hal yang Perlu Dihindari Penderita Paru-paru Basah